Sejarah Yatsrib Berganti Madinah, Kota yang Didoakan Rasulullah

Sabtu, 22 Januari 2022 - 17:27 WIB
loading...
Sejarah Yatsrib Berganti Madinah, Kota yang Didoakan Rasulullah
Madinah dijuluki sebagai kota bercahaya. Dulunya kota ini bernama Yatsrib dan Rasulullah mengganti namanya setelah beliau Hijrah ke kota ini. Tampak dalam foto, pemandangan Masjid Nabawi saat malam. Foto/Ist
A A A
Madinah Al-Munawwarah yang berarti 'kota bercahaya' yang merupakan tempat bersejarah bagi umat Islam. Di kota ini terdapat Masjid Nabawi yang di arealnya terdapat makam penghulu alam semesta, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Dulu, Kota Madinah bernama Yatsrib yang berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah, beliau mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah.

Dalam Sirah Nabawiyah disebutkan bahwa Yatsrib awalnya kering. Apabila musim panas suhunya melebihi panasnya Kota Makkah. Pada musim dingin suhunya sangat rendah. Banyak Sahabat Muhajirin tidak kuat dengan cuaca itu dan jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang melemahkan tubuh. Sahabat seperti Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin Fuhairah radhiyallahu 'anhuma termasuk yang jatuh sakit.

Dikisahkan, saat sakit Abu Bakar sering berkata: ".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu kita."

Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika sedang sakit. Namun, ketika sakitnya hilang, ia sering menangis karena merindukan Mekah sambil berkata: "Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan jalil (nama pohon yang banyak terdapat di Mekkah). Dan apakah pada suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat k)."

Sama halnya Amir bin Fuhairah, jika menderita demam tinggi sering bersyair: "Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...."

Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa sahabat akibat cuaca panas itu. Beliau juga mendengar keluhan-keluhan mereka. Rasulullah pun berdoa kepada Allah:

"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekkah, atau bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah Kota Madinah ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat lain yang Engkau kehendaki."

Allah mengabulkan doa Rasulullah dan memindahkan panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang letaknya 82 mil dari Madinah.Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah pun melakukan hal lain yang sangat indah agar kaum Muhajirin yang berasal dari Mekkah tumbuh rasa cintanya pada Madinah.

Saling Bersaudara
Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat Muhajirin dan Anshar (penduduk asli Madinah). Di hadapan mereka, beliau bersabda: "Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua orang-dua orang."

Para sahabat saling pandang. Beberapa di antara mereka tersenyum. Kemudian Rasulullah bersabda: "Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, putra angkat Rasulullah."

Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain yang saling dipersaudarakan. Seorang Muhajirin dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat dalam sejarah, ada 100 orang yang saling dipersaudarakan yaitu 50 orang dari Anshar dan 50 dari Muhajirin.

Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam diri sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu, persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang kekurangan.

Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah dan para sahabatnya di Kota Madinah. Ternyata, kalangan Anshar memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada saudara-saudara Muhajirin mereka.

Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira kaum Muhajirin. Mereka begitu mengerti bahwa kaum Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki, termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah. Sebagian besar dari mereka memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang berada dan berkecukupan.

Aqidah Islam menjadai dasar persaudaraan kaum Anshar dan Muhajirin. Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya. Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali ketakwaan dan amal shalih.

Kota Madinah pun semakin bercahaya berkat doa Rasulullah. Buah dari persaudaraan Muhajirin dan Anshar membuat Madinah semakin dicintai sahabat. Dari kota inilah Rasulullah dan sahabat menegakkan Islam dan membangun peradaban hingga akhirnya Islam tersebar di penjuru dunia saat ini.

Baca Juga: Keutamaan Madinah, Kota Suci yang Tak Bisa Dimasuki Dajjal (Bagian 1)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1495 seconds (0.1#10.140)