Waspada Dosa Jariyah, Dosa Yang Terus Mengalir

Minggu, 14 Juni 2020 - 06:37 WIB
loading...
Waspada Dosa Jariyah, Dosa Yang Terus Mengalir
Muslimah harus selalu menjaga perilaku dan menghindari perbuatan yang bisa menimbulkan dosa jariyah. Foto istimewa
A A A
Manusia meninggal akan terputus amalnya kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.

Seperti diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu-anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i dan Turmudzi)

Seperti yang sudah diketahui, bahwa amal jariyah adalah amal yang terus mengalir meski pengamalnya sudah meninggal. Baik amal kebaikan atau amal buruk, maka pahala atau azabnya akan terus ditimpakan kepada pelakunya.

Seperti hadis di atas, ketika semasa hidup seseorang melakukan sedekah jariyah, maka pahala sedekah tersebut akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Pengamalnya akan tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk melakukan ketaatan.

Sebagai seorang muslimah yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentuakan sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.

Karena itulah, mulai saat ini, muslimah harus disadarkan betapa pentingnya membangun pahala jariyah dan menghindari dosa jariyah. Dosa jariyah sangat menakutkan. Sebab dosa ini akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu. (Baca juga : Amalan Yang Bisa Menjadi Dosa Bagi Seorang Istri )

Kepada para ibu, jangan ajarkan anak-anakmu yang meski berusi balita untuk berbangga diri tidak menutup auratnya. Sebab, jika ibu sudah meninggal dan anaknya sampai dewasa terus bangga dengan pakaian yang auratnya terbuka, maka ibu akan menanggung dosa jariyah. Na'udzubillah. Maka bertobatlah, dan mulai saat ini didik anak-anak agar berakhlak sesuai syariat.

Betapa menyedihkannya nasib muslimah yang terjerumus pada dosa jariyah. Di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Maka, bisa dibayangkan, betapa penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.

Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu.

Allah berfirman di surat Yasin,

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12) .

Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.

Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. wal’iyadzu billah, itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.

Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini. Di antara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah mengumbar maksiat kepada publik.

Pertama, memelopori perbuatan maksiat. Memelopori dalam arti, seseorang melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu - anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء

“Siapa yang memelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3424 seconds (0.1#10.140)