Kisah Pengembaraan Ibnu Batutah Sepanjang 120.000 Kilometer selama 30 Tahun

Kamis, 22 September 2022 - 13:39 WIB
loading...
Kisah Pengembaraan Ibnu Batutah Sepanjang 120.000 Kilometer selama 30 Tahun
Ibnu Batutah adalah muslim asal Maroko pengembara yang legendaris. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Ibnu Batutah adalah pengembara muslim yang amat legedaris. Ia tercatat mengarungi lautan dan daratan sepanjang 120.000 kilometer selama 30 tahun. Inspirasi pengembaraan putra Maroko ini saat berangkat haji pada usia 21 tahun.

"Ibnu Batutah juga terdorong dengan sebuah hadis, 'tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negeri Cina'" tulis Mohamad Fadhilah Zein dalam bukunya berjudul "Islam di Yordania, Maroko dan Spanyol".



Ibnu Batutah adalah petualang legendaris dari Maroko. Ia dianggap sebagai pelopor penjelajah abad 13 M yang belum tertandingi.

Sekalipun ada Marcopolo yang juga melakukan penjelajahan dunia, namun hal itu masih belum sebanding dengan Ibnu Batutah, terutama dalam kuantitas perjalanan. Karenanya, ia dijuluki dengan sebutan “Pengembara muslim Arab”.

Perjalanan panjang dan pengembaraannya mengelilingi dunia itu mampu melampaui sejumlah penjelajah Eropa yang diagung-agungkan Barat seperti Christopher Columbus, Vasco de Gama, dan Magellan yang mulai setelah Ibnu Batutah.

Sejarawan Barat, George Sarton, mencatat jarak perjalanan yang ditempuh Ibnu Batutah melebihi capaian Marcopolo. Tak heran, bila Sarton geleng-geleng kepala dan mengagumi ketangguhan seorang Ibnu Batutah yang mampu mengarungi lautan dan menjelajahi daratan sepanjang 120.000 kilometer itu. Sebuah pencapaian yang tak ada duanya di masa itu.



Keturunan Barbar
Sejatinya nama Ibnu Batutah adalah Muhammad Abu Abdullah bin Muhammad Al Lawati Al Tanjawi yang kemudian dikenal dengan Ibnu Batutoh. Ia lahir di Tanger (kota di sebelah utara Maroko) 24 Februari 1304 M/703 H dan wafat di kota kelahirannya pada tahun 1377 M/ 779 H.

Versi lain mengatakan, ia wafat di kota Fez atau Casablanca. Namun pendapat yang rajih (benar) ia dimakamkan di tanah kelahirannya, sebagaimana makamnya terdapat di kota wisata Tanger-Maroko.

Ibnu Batutah berasal dari keturunan bangsa Barbar. Besar dalam keluarga yang taat memelihara tradisi Islam. Saat itu, Maroko sedang dikuasai Dinasti Mariniah. Ia dikenal sangat giat mempelajari fiqih dari para ahli yang sebagian besarnya menduduki jabatan Qadhi (hakim).

Beliau juga mempelajari sastra dan syair Arab. Pada usia sekitar 21 tahun 4 bulan, ia menunaikan rukun iman kelima. Perjalananya menuju ke Baitullah telah membawanya berpetualang dan menjelajahi dunia. Ia mengarungi samudera dan menjelajah daratan demi sebuah tujuan mulia. Sampai kemudian Ia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi sekitar 44 negara selama 30 tahun.

Rihlah Ibnu Batutoh inilah salah satu buku legendaris yang mengisahkan perjalanan seorang petualang agung itu pada 1325 hingga 1354 M.



Sejatinya, kata Mohamad Fadhilah Zein, Rihlah bukanlah judul buku, tetapi hanya menggambarkan sebuah genre (gaya sastra). Judul asli dari buku yang ditulis Ibnu Batutah itu adalah Tuhfat al-Nuzzhar fi Ghara'ib al-Amshar wa 'Aja'ib al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan) ditulis oleh Ibnu Juzay, juru tulis Sultan Maroko, Abu Inan. Karya ini telah menjadi perhatian berbagai kalangan di Eropa sejak diterjemahkan ke berbagai bahasa seperti Perancis, Inggris dan Jerman.

Buku itu disusun menjadi sebuah perjalanan dunia yang mengagumkan dengan mengaitkan berbagai peristiwa, waktu pengembaraan serta catatan-catatan penting yang berisi berita dan peristiwa yang dialami Ibnu Batutah selama pengembaraanya.

Dalam karyanya tersebut, Ibnu Batutah tidak mengumpulkan rujukan atau bahan-bahan dalam menunjang tulisannya hanya mengisahkan pengalaman atau sejarah empiris negara atau kota-kota yang pernah disinggahinya terutama yang menyangkut kultur setempat.

Pencapaian Ibnu Batutah yang luar biasa itu, konon dirampas dan disembunyikan Kerajaan Prancis saat menjajah benua Afrika, termasuk Maroko.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Tuntutlah ilmu walaupun hingga ke negeri Cina”. Islam memerintahkan umatnya untuk mencari ilmu pengetahuan, hingga ke tempat yang jauh sekalipun.

Menurut Mohamad Fadhilah Zein, terinspirasi hadis itu, Ibnu Batutah pun melakukan perjalanan untuk mencari pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan membentuk konsep Al-Rihlah fi talab al-'ilmi (Perjalanan untuk Mendapatkan Ilmu Pengetahuan).
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2511 seconds (0.1#10.140)