Inilah Parameter Tanda Kebahagiaan

Rabu, 08 Juli 2020 - 20:25 WIB
loading...
A A A
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nahl: 18)

Karena itulah, sepenat apapun problem kehidupan, jangan terlarut dalam kerisauan. Tenggelam dalam kegalauan. Lengah dalam lamunan. Terlena dalam kesibukan. Pikiran melayang tak tentu arah. Terpaku dalam ketidakberdayaan. Khilaf dalam pusaran dosa. Hendaknya manusia menunaikan salat dan bertasbihlah menyebut nama-Nya. Baca dan renungkanlah Al-Quran sebagai pedoman hidup dan obat hati. Semua masa kelam pasti akan terlewati, dengan sabar dan keyakinan penuh.

Jangan ragu dan bimbang. Teruslah berikhtiar mencari dan kelak semua akan diberi. Hapuslah air mata kepedihan dan duka lara. Tapaki hari demi hari dengan kebesaran hati. Hidup dengan penuh rasa syukur yang ada hanyalah kebahagiaan . Dalam suka maupun duka sambutlah sang mentari dengan senyuman. Karena hari ini akan lebih baik dari hari kemarin. Tunaikan amal ibadah untuk kebahagiaan hati. Tersenyumlah penuh keikkhlasan untuk meringankan beban di hati.

Hendaknya fokus aja kepada Sang Pemberi Keabhagiaan. Sebab, kata Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah :

من وَطَّنَ قلبَه عند ربه سكن واستراح، ومن أرسله في الناس اضطرب واشتد به القلق

"Barangsiapa memfokuskan hatinya kepada Rabb-nya maka ia akan tenang dan nyaman. Dan barangsiapa melepaskan hatinya kepada manusia maka ia akan goncang dan sangat gelisah."

Artinya, akan selalu ada harapan bagi mereka yang bersungguh-sungguh memanjatkan doa. Teruslah berdoa dan jangan berhenti berharap, karena hanya itu yang bisa kita andalkan. Selalu ada jalan bagi mereka yang mau berusaha. Tidak usah takut gagal. Berikhtiarlah semaksimal mungkin dan percayalah bahwa semua jerih payah ihtiar kita akan diperhitungkan oleh Allah Azza wa Jalla. (Baca juga : Fatima al-Fihri, Penggagas Pertama Terbentuknya Universitas )

Tanda Cinta Pada Allah Ta'ala

Setiap musibah harus direnungi sebagai tanda cinta kita kepada Allah jika kita memiliki kesabaran atas musibah itu. Ada beberapa syariat yang bisa menjadi renungan agar hati selalu bahagia meski kesedihan datang melanda.

Pertama, dzikir saat musibah menimpa.

قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَل

"Ini adalah takdir Allah, apapun yang Dia kehendaki, pasti Dia lakukan".

Ulangilah dzikir ini beberapa kali hingga meresap dalam hati. Ini agar hati rela dengan apa yang terjadi. Karena itu adalah putusan Allah yang harus berjalan sesuai kehendakNya. Dan DIA telah memberikan banyak kenikmatan di sepanjang hidup hamba-Nya.

Kedua, berdoa saat tertimpa musibah.

اَللَّهُمَّ اأْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا

"Ya Allah berikanlah pahala kepadaku karena musibahku, dan berikanlah ganti untukku sesuatu yang lebih baik darinya". Alangkah pas dan baiknya doa ini. Cobalah mengulang-ulangnya saat tertimpa musibah . Sehingga doa dikabulkan dan manusia mendapatkan pahala, sekaligus ganti yang lebih baik dari-Nya.

Ketiga, bersabar dalam menghadapi musibah. Ini bukan berarti pasrah, namun menerima musibah tersebut dengan lapang dada. Sabar juga akan mendatangkan pahala dan kebaikan. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: "Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim.

Begitulah wahai muslimah. Islam telah menyatakan bahwa "kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan. Dan juga bukan kepada diri hayawani sifat basyari. Dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.

Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir, yakni keyakinan akan Allah Ta'ala. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. (Baca juga : Sebaiknya Hindari Memakai Pakaian Syuhrah )

Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan pada Allah Ta'ala, Rasul-Nya, dan syariat agama-Nya. .
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1554 seconds (0.1#10.140)