Warith Deen Mohammed, Imam Amerika yang Ubah Nation of Islam Jadi Islam Sunni

Rabu, 23 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
Warith Deen Mohammed, Imam Amerika yang Ubah Nation of Islam Jadi Islam Sunni
Warith Deen Mohammed. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Warith Deen Mohammed (1933-2008) adalah seorang pemimpin agama, teolog, filsuf, revivalis Islam, dan pemikir Islam progresif Amerika Serikat. Dia membubarkan Nation of Islam pada tahun 1976 dan mengubahnya menjadi gerakan Islam Sunni. Dia pula yang menyerukan antirasisme dan membawa Muslimin Amerika diakui eksistensinya.

Ia mengajak Muslim Amerika memahami Islam Sunni sebagaimana ajaran Rasulullah SAW . Tak heran jika ia mendapat julukan “America's Imam” atau imamnya bangsa Amerika.

Warith lahir di tengah keluarga Muslim, namun berpemikiran non-mainstream. Sang ayah, Elijah Muhammad, bahkan mengaku sebagai nabi dan mendirikan gerakan Nation of Islam (NOI).

Warith merupakan putra bungsu sekaligus anak kesayangan sang ayah dan dipersiapkan menjadi penerusnya. Namun, di kemudian hari Warith mendapati kesesatan dalam gerakan dan pemikiran sang ayah.



Pada 1961 Warith dipenjara di LP Federal Sandstone karena menolak bertugas dalam pelayanan militer negara. Namun, saat di balik jeruji itulah, Warith mendapat pencerahan sepenuhnya. Ia mulai yakin kesalahan ideologi sang ayah dan NOI.

Ia mengetahui banyaknya penyimpangan yang dilakukan mereka hingga jauh dari ajaran agama yang benar. Selama 3 tahun dipenjara, ia giat berdoa memohon petunjuk dan semakin giat mengkaji Al-Qur'an. Ia pun memahami Islam secara benar dan menolak ajaran sang ayah yang menyimpang.

Keluar dari penjara, ia masih menyembunyikan gejolak hatinya. Namun pertentangan Warith terhadap gerakan ini pun akhirnya terkuak. Ia sempat dikucilkan oleh NOI dan diusir dari keluarga. Istri dan anak Warith juga tak segan dilecehkan.

Saat itu, kondisi Warith begitu menyedihkan. Ia bahkan sempat bekerja sebagai buruh pabrik dan tukang las. Namun, semangat Warith tak akan padam. Ia bertekad mengenalkan pemahaman Islam yang benar sesuai ajaran Rasulullah.

Waktu bagi Warith pun tiba. Pada 1975 ayahnya meninggal dunia. Para pengikutnya pun kebingungan mencari penggantinya, mengingat Warithlah yang direncanakan memegang estafet kepemimpinan. Tak ada pilihan lain, mereka pun memanggil kembali Warith.

Inilah kesempatan yang dimanfaatkannya untuk meluruskan ajaran yang menyimpang. Memimpin NOI, Warith menyadarkan para pengikut ayahnya yang disebut-sebut mencapai lebih dari dua juta orang.

Ia mengajarkan ajaran Islam Suni dan meminta mereka membaca Al-Quran. Rukun iman dan Islam yang secara cacat dimaknai pengikut NOI, kemudian diajarkan kembali oleh Warith.



Kuil milik NOI diubah menjadi masjid. Pemimpin NOI yang dianggap sebagai utusan Tuhan pun diubah sekadar sebagai pemimpin atau imam. Warith menghapus anggapan bangsa kulit putih adalah setan. Dengan bijaksana, ia berhasil memberi petunjuk kepada mereka.

Bicara tentang manfaat pengucilan dirinya terhadap rasa keagamaannya, Warith menyebut keadaan itu sangat membantu mempersiapkan kepemimpinan dirinya.

"Mereka benar-benar membawa saya ke situasi pengadilan, melakukan pemeriksaan, yang merupakan prosedur pengadilan yang normal. Apabila seseorang mempunyai masalah dengan Nation of Islam atau dengan ajaran-ajarannya, mereka akan diperiksa di hadapan pengikutnya dan benar-benar diberi hukuman," ujarnya.

Kadang-kadang jika hal itu terjadi pada seorang atau beberapa orang penting dalam staf, katanya, Elijah Muhammad akan mengadakan pemeriksaan pribadi dalam sidang tertutup dan menjatuhkan hukumannya. "Begitulah cara penyelesaian kasus saya. Dan saya ingat banyak kasus lain yang ditanganinya dengan cara yang sama," jelasnya.

Berikut penuturan dan tanya jawab Steven Barbosa dengan Warith Deen Mohammed sebagaimana dinukil dalam buku berjudul "American Jihad, Islam After Malcolm X" yang diterjemahkan Sudirman Teba dan Fettiyah Basri menjadi "Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X" (Mizan, 1995).



Saya harus mengatakan bahwa saya adalah seorang mubalig atau guru agama.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1421 seconds (0.1#10.140)