Ini Sosok di Balik Naiknya Umar Bin Abdul Aziz Menjadi Khalifah

Minggu, 12 Juli 2020 - 13:38 WIB
loading...
A A A
“Kami mendengar, dan akan taat kepada Amirul Mukminin penggantinya,” sambut mereka.

Setelah itu mereka minta izin menemui Amirul Mukminin untuk mengucapkan salam.

Setelah mereka masuk, Sulaiman berkata, “Sesungguhnya surat yang berada di tangan Raja’ berisi pesan bagi khalifah penggantiku maka taatilah dia dan baiatlah kepada orang yang kusebutkan namanya di dalamnya.” ( )

Satu demi satu orang-orang membaiat. Kemudian Raja’ keluar dengan membawa surat yang tertutup rapi dan tak ada seorangpun yang tahu selain dirinya dan Amirul Mukminin.

Setelah orang-orang membubarkan diri, Umar bin Abdul Aziz mendekati Raja’ dan berkata, “Wahai Abu Miqdam, selama ini Amirul Mukminin begitu baik kepadaku dan telah memberiku kekuasaan karena kebijaksanaan dan ketulusannya dalam masalah ini. Oleh sebab itu, aku bertanya karena Allah, atas nama persahabatan dan kesetiakawanan kita, beritahukanlah kepadaku nama tersebut, seandainya dalam wasiat Amirul Mukminin tersebut ada sesuatu yang ditujukan khusus kepadaku, agar aku bisa menolaknya sebelum terlambat.”

“Tidak, demi Allah aku tidak akan memberitahukan walau satu huruf pun dari isi surat itu tentang apa yang kau inginkan,” balas Raja’. Umar bin Abdul Aziz pun pergi dengan kecewa.



Setelah itu giliran Hisyam bin Abdul Malik mendekati Raja’ dan berkata, “Wahai Abu Miqdam, di antara kita telah terjalin persahabatan yang begitu lama. Aku mengucapkan banyak terima kasih untuk itu dan tak akan pernah melupakan jasa-jasamu. Maka tolonglah beritahukan kepadaku isi surat Amirul Mukminin itu. Jika jabatan tersebut diserahkan kepadaku, aku akan tutup mulut, tetapi jika diberikan kepada yang lainnya, aku akan bicara. Orang seperti saya tidak selayaknya dikesampingkan dalam urusan ini. Aku bersumpah tidak akan membocorkan rahasia ini.”

“Tidak. Demi Allah aku tidak akan memberitahukan kepadamu satu huruf pun dari isi surat yang dipercayakan Amirul Mukminin kepadaku,” jawab Raja’.



Hisyam bin Abdul Malik pergi dengan mengepalkan tangannya seraya menggerutu, “Kepada siapa lagi dia menyerahkan jabatan jika aku disingkirkan? Mungkinkah khilafah ini akan lepas dari tangan anak-anak Abdul Malik? Demi Allah, akulah yang paling utama di antara anak-anak Abdul Malik!”

Kemudian Raja’ masuk untuk menjumpai Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik. Beliau semakin bertambah parah dan mendekati sakaratul maut. Melihat kegelisahannya, Raja’ menghadapkan beliau ke arah kiblat sementara beliau berkata dengan berat: “Belum tiba saatnya wahai Raja’.” ( ).

Raja’ mengulanginya lagi, dan ketika dipalingkan ke kiblat untuk ketiga kalinya beliau berkata, “Sekarang jika engkau hendak melakukan sesuatu, lakukanlah wahai Raja”.

Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.”

Raja memalingkan beliau ke arah kiblat dan tak lama kemudian beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Raja’ memejamkan kedua mata beliau, lalu menutup tubuhnya dengan kain. Selanjutnya Raja’ menutup pintu ruangan itu rapat-rapat. Pada saat utusan istri khalifah, ingin menengoknya Raja’ menghalangi pintu masuk sambil berkata, “Lihatlah dia baru bisa tidur setelah gelisah semalam suntuk. Karena itu biarkanlah dulu dia dengan ketenangannya.”



Syukurlah, ketika utusan istri Sulaiman bin Abdul Malik menyampaikan alasan Raja’ diterima dengan baik oleh istri khalifah. Dia yakin kalau suaminya memang sedang tidur. Raja’ kemudian mengunci pintu dan menempatkan seorang penjaga yang sambil berpesan kepadanya, “Jangan izinkan seorang pun masuk hingga aku kembali nanti.”

Kemudian Raja’ pergi menemui kerabat Amirul Mukminin. Ketika itu mereka bertanya, “Bagaimana keadaan Amirul Mukminin?”

“Belum pernah beliau setenang ini semenjak sakitnya,” Raja’ menjawab.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2176 seconds (0.1#10.140)