Ramadan Datang, Penjual Lemang Kebanjiran Pesanan
A
A
A
PADANG - Datangnya Bulan Ramadan membawa berkah bagi pengusaha lemang di Kota Padang, Sumatera Barat. Mereka kebanjiran pesanan dari warga.
Keberkahan itu antara lain dirasakan Martina (29), warga Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat.
"Kalau hari-hari biasa kita hanya memasak 35 batang bambu, tapi kalau menjelang puasa ini kita memasak lebih 100 ruas lebih bambu," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (17/6/2016)
Banyaknya orderan ini lantaran menjelang puasa biasanya anak yang sudah berkeluarga menemui orangtuanya atau mertua untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
"Kita kan punya tradisi namanya manjalang mintuo (silaturahmi mertua), biasanya membawa oleh-oleh, tapi khususnya lemang," tuturnya.
Dengan adanya tradisi tersebut, perempuan beranak dua orang ini sudah mendapat pesanan selama 10 hari menjelang puasa. Rata-rata lemang yang dimasak sudah dipesan orang.
"Yang memesan itu rata-rata orang perantau yang pulang kampung, baik dari Jakarta, Malaysia, Batam, Pekanbaru dan di daerah Sumbar," ucapnya.
Sementara, bahan bambu tempat lemang ini dipesannya di Kabupaten Solok. Satu batang bambu dihargai Rp2.500.
Sementara, bahan-bahan lain seperti daun pisang, pandan, beras pulut putih, hitam dan merah itu dibeli di pasar.
Tina, panggilan akrab Martina, biasanya menjual lemang dengan harga Rp50 ribu sampai Rp60 ribu untuk ukuran besar. Sementara, untuk ukuran kecil Rp35 ribu.
Tina juga memasak secara tradisional memakai alat pembakar dari kulit kelapa dan kayu bakar.
"Dua jam lamanya untuk memasak lemang ini, satu kali masak di tungku ini ada 35 batang. Hari ini kita sanggup memasak tiga kali. Meski tiga kali memasaknya itu masih kurang, apalagi saat ini," tambahnya.
Ada tiga jenis lemang yang dimasak Tina, yakni lemang pisang, lemang baluo, dan lemang pulut putih.
"Bisanya kalau kita masak lemang yang paling penting itu ada bambu, daun pisang sebagai pembungkus, pandan pengharum, dan santan kelapa yang dicampurkan dengan beras pulut putih," ujarnya.
Di daerah Kelurahan Seberang Padang ini ada sekitar tiga titik memasak lemang. Semuanya dimasak secara tradisional.
Diarni (48) warga Parak Karakah Padang mengaku membeli lemang untuk dibawa ke tempat orangtua dan mertua.
"Ini tradisi sudah saya jalankan sejak saya nikah. Sudah kebiasaan orang Padang kalau menemui mertua atau orangtua harus ada lemang. Rasanya lebih dihargai kalau lemang. Kalau makanan lain ada juga tapi wajibnya lemang," tuturnya.
"Ini juga tanda penghormatan kita kepada orangtua dan mertua sampai saat ini masih dijalankan meski anaknya sudah dewasa. Kalau tidak bawa lemang saat kita bermaaf-maafan dengan mertua atau orangtua, rasanya tak lengkap, itu makanya saya pesan lemang," pungkasnya.
Keberkahan itu antara lain dirasakan Martina (29), warga Kelurahan Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat.
"Kalau hari-hari biasa kita hanya memasak 35 batang bambu, tapi kalau menjelang puasa ini kita memasak lebih 100 ruas lebih bambu," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (17/6/2016)
Banyaknya orderan ini lantaran menjelang puasa biasanya anak yang sudah berkeluarga menemui orangtuanya atau mertua untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan.
"Kita kan punya tradisi namanya manjalang mintuo (silaturahmi mertua), biasanya membawa oleh-oleh, tapi khususnya lemang," tuturnya.
Dengan adanya tradisi tersebut, perempuan beranak dua orang ini sudah mendapat pesanan selama 10 hari menjelang puasa. Rata-rata lemang yang dimasak sudah dipesan orang.
"Yang memesan itu rata-rata orang perantau yang pulang kampung, baik dari Jakarta, Malaysia, Batam, Pekanbaru dan di daerah Sumbar," ucapnya.
Sementara, bahan bambu tempat lemang ini dipesannya di Kabupaten Solok. Satu batang bambu dihargai Rp2.500.
Sementara, bahan-bahan lain seperti daun pisang, pandan, beras pulut putih, hitam dan merah itu dibeli di pasar.
Tina, panggilan akrab Martina, biasanya menjual lemang dengan harga Rp50 ribu sampai Rp60 ribu untuk ukuran besar. Sementara, untuk ukuran kecil Rp35 ribu.
Tina juga memasak secara tradisional memakai alat pembakar dari kulit kelapa dan kayu bakar.
"Dua jam lamanya untuk memasak lemang ini, satu kali masak di tungku ini ada 35 batang. Hari ini kita sanggup memasak tiga kali. Meski tiga kali memasaknya itu masih kurang, apalagi saat ini," tambahnya.
Ada tiga jenis lemang yang dimasak Tina, yakni lemang pisang, lemang baluo, dan lemang pulut putih.
"Bisanya kalau kita masak lemang yang paling penting itu ada bambu, daun pisang sebagai pembungkus, pandan pengharum, dan santan kelapa yang dicampurkan dengan beras pulut putih," ujarnya.
Di daerah Kelurahan Seberang Padang ini ada sekitar tiga titik memasak lemang. Semuanya dimasak secara tradisional.
Diarni (48) warga Parak Karakah Padang mengaku membeli lemang untuk dibawa ke tempat orangtua dan mertua.
"Ini tradisi sudah saya jalankan sejak saya nikah. Sudah kebiasaan orang Padang kalau menemui mertua atau orangtua harus ada lemang. Rasanya lebih dihargai kalau lemang. Kalau makanan lain ada juga tapi wajibnya lemang," tuturnya.
"Ini juga tanda penghormatan kita kepada orangtua dan mertua sampai saat ini masih dijalankan meski anaknya sudah dewasa. Kalau tidak bawa lemang saat kita bermaaf-maafan dengan mertua atau orangtua, rasanya tak lengkap, itu makanya saya pesan lemang," pungkasnya.
(zik)