Menunggu Waktu Berbuka di Taman Museum Gunung Merapi
A
A
A
YOGYAKARTA - Taman di Museum Gunung Api Merapi (MGM) begitu menarik minat para pengunjung, termasuk di Bulan Ramadan ini. Apalagi, bentuk atau gaya bangunannya cukup unik.
Selama masuk Ramadan ini, minat pengunjung untuk datang ke tempat ini menurun dibandingkan hari biasa. Akan tetapi, ketika sore menjelang, taman di depan kawasan museum ini pun menjadi daya tarik sendiri dari warga Yogyakarta dan wisatawan luar daerah yang memakai jasa penyewaan Jeep Lava Tour Merapi.
"Malah puasa ini yang menjadi daya tarik di MGM itu di tamannya. Pengunjung yang datang untuk ngabuburit, sambil berfoto ria, selfie biasanya di depan museum," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) MGM Suharno, Kamis (25/6/2015).
Dia menjelsakan, bentuk bangunan memang didesain khusus. Pembangunan tersebut mengambil contoh dari beberapa bentuk artefak bangunan di Yogyakarta, dari Candi Ratu Boko, Sambisari, hingga Tugu Yogya.
"Yang mengilhami budaya Jawa, sehingga dibentuk suatu gedung dengan arsitektur modern," tuturnya.
Untuk fasilitas tamannya pun cukup memadai, mulai tempat duduk, ayunan, dan pohon yang cukup meneduhkan di saat siang hari.Tempat sampah pun tersedia.
Namun, karena jaraknya cukup jauh, biasanya orang tak terlalu lama-lama ngabuburit di tempat ini.
"Tidak terlalu lama, sampai sekitar pukul 17.00 WIB biasanya sudah berangsur pulang. Karena di depan museum tidak ada pedagang yang menjual makanan. Hanya beberapa di luar kawasan," katanya.
Apalagi, selama puasa ini waktu buka museum dikurangi dibandingkan ketika hari biasa. Hari biasa, museum buka hingga pukul 15.30 WIB. Tapi, selama Ramadan ini hanya sampai pukul 14.30.
Lanjut Suharno, lokasi dari museum ini memang sudah melalui berbagai pertimbangan. Museum ini, lanjut dia, jika ditarik garis lurus, sejajar dengan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, serta Laut Selatan. "Jika ditarik garis imajiner, memang sejajar."
Keunikan MGM yang berada di Jalan Kaliurang KM 22, Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, diakui warga Yogyakarta, salah satunya mahasiswi bernama Vivi Ayu Sartika (20), yang tinggal di daerah Rukeman, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini.
"Memang jaraknya jauh juga. Tapi cukup tertarik juga dengan keunikan bentuk bangunannya sekadar untuk menunggu waktu berbuka," ucapnya.
Selama masuk Ramadan ini, minat pengunjung untuk datang ke tempat ini menurun dibandingkan hari biasa. Akan tetapi, ketika sore menjelang, taman di depan kawasan museum ini pun menjadi daya tarik sendiri dari warga Yogyakarta dan wisatawan luar daerah yang memakai jasa penyewaan Jeep Lava Tour Merapi.
"Malah puasa ini yang menjadi daya tarik di MGM itu di tamannya. Pengunjung yang datang untuk ngabuburit, sambil berfoto ria, selfie biasanya di depan museum," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) MGM Suharno, Kamis (25/6/2015).
Dia menjelsakan, bentuk bangunan memang didesain khusus. Pembangunan tersebut mengambil contoh dari beberapa bentuk artefak bangunan di Yogyakarta, dari Candi Ratu Boko, Sambisari, hingga Tugu Yogya.
"Yang mengilhami budaya Jawa, sehingga dibentuk suatu gedung dengan arsitektur modern," tuturnya.
Untuk fasilitas tamannya pun cukup memadai, mulai tempat duduk, ayunan, dan pohon yang cukup meneduhkan di saat siang hari.Tempat sampah pun tersedia.
Namun, karena jaraknya cukup jauh, biasanya orang tak terlalu lama-lama ngabuburit di tempat ini.
"Tidak terlalu lama, sampai sekitar pukul 17.00 WIB biasanya sudah berangsur pulang. Karena di depan museum tidak ada pedagang yang menjual makanan. Hanya beberapa di luar kawasan," katanya.
Apalagi, selama puasa ini waktu buka museum dikurangi dibandingkan ketika hari biasa. Hari biasa, museum buka hingga pukul 15.30 WIB. Tapi, selama Ramadan ini hanya sampai pukul 14.30.
Lanjut Suharno, lokasi dari museum ini memang sudah melalui berbagai pertimbangan. Museum ini, lanjut dia, jika ditarik garis lurus, sejajar dengan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, serta Laut Selatan. "Jika ditarik garis imajiner, memang sejajar."
Keunikan MGM yang berada di Jalan Kaliurang KM 22, Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, diakui warga Yogyakarta, salah satunya mahasiswi bernama Vivi Ayu Sartika (20), yang tinggal di daerah Rukeman, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul ini.
"Memang jaraknya jauh juga. Tapi cukup tertarik juga dengan keunikan bentuk bangunannya sekadar untuk menunggu waktu berbuka," ucapnya.
(zik)