Sejarah Masjid Raya Ganting, Masjid Tertua di Padang
A
A
A
JAKARTA - SEJUMLAH masjid tua di Provinsi Sumatera Barat, memiliki sejarah dan cerita tersendiri. Berikut sekilas catatan tentang Masjid Raya Ganting.
Masjid Raya Ganting (juga ditulis dan dilafalkan Gantiang dalam bahasa Minangkabau) adalah sebuah masjid yang terletak di Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat.
Menurut Wikipedia, masjid ini mulai dibangun pada tahun 1805. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Padang dan salah satu yang tertua di Indonesia serta telah menjadi cagar budaya.
Saat ini, selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama dan pesantren kilat bagi pelajar serta menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Padang.
Pemerhati sejarah yang juga Dosen STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh Fikrul Hanif Sufyan pernah melakukan riset tentang Sejarah Masjid Tua di Sumatera Barat. Riset tersebut dilakukan bersama dengan Prof Azrin dari Fakulti Teknik Universiti Kebangsaan Malaysia.
Dalam hasil riset itu disebutkan, pada tanggal 22 April 2011 Masjid Raya Ganting di Padang ditetapkan masuk sebagai salah satu masjid terindah di Tanah Air dan akan dipublikasikan dalam bentuk buku berjudul 100 Masjid terindah di Indonesia.
Masjid didirikan pada tahun 1810 oleh tiga ulama dan saudagar di Padang yaitu Gapuak, Syekh Haji Uma, Syekh Kepala Kota, dan pemerintah Belanda, serta saudagar China.
Masjid yang berukuran 30x30 meter ini memang unik arsitekturnya karena memadukan desain Timur Tengah, Cina, dan corak Eropa. Masjid ini memiliki empat atap susun tingkat tiga dan empat serta delapan pintu dan delapan jendela.
Keunikan lain dari masjid ini adalah tiang-tiang yang berjejer dalam lima baris. Diameter tiang sekitar 80 sentimeter bertinggi 4,2 meter dengan cat warna putih. Tanpa hiasan, kecuali nama-nama nabi dalam tulisan Arab dan sedikit cat warna kuning keemasan di bagian teratas dan terbawahnya.
Tiang-tiang itu dahulu terbuat dari batu bata. Tiang-tiang tersebut menjadi penopang atap bagian atap yang berbentuk segi delapan.
Pada bagian atap kubah dengan bentuk itu dikerjakan oleh tukang-tukang asal China di bawah perintah Kapten Lou Chian Ko. Pengaruh arsitek China terlihat dari bentuk atap kubah bertingkat segi delapan yang menyerupai bentuk atap wihara.
Disebutkan pula, Masjid Ganting menjadi tempat persinggahan Soekarno, ketika menunaikan salat pada masa pendudukan Jepang.
Memasuki masa Bulan Ramadan, masjid ini ramai disesaki oleh jamaah yang berasal dari berbagai daerah di Kota Padang.
Masjid Raya Ganting (juga ditulis dan dilafalkan Gantiang dalam bahasa Minangkabau) adalah sebuah masjid yang terletak di Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Sumatera Barat.
Menurut Wikipedia, masjid ini mulai dibangun pada tahun 1805. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Padang dan salah satu yang tertua di Indonesia serta telah menjadi cagar budaya.
Saat ini, selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid satu lantai ini juga digunakan sebagai sarana pendidikan agama dan pesantren kilat bagi pelajar serta menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Padang.
Pemerhati sejarah yang juga Dosen STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh Fikrul Hanif Sufyan pernah melakukan riset tentang Sejarah Masjid Tua di Sumatera Barat. Riset tersebut dilakukan bersama dengan Prof Azrin dari Fakulti Teknik Universiti Kebangsaan Malaysia.
Dalam hasil riset itu disebutkan, pada tanggal 22 April 2011 Masjid Raya Ganting di Padang ditetapkan masuk sebagai salah satu masjid terindah di Tanah Air dan akan dipublikasikan dalam bentuk buku berjudul 100 Masjid terindah di Indonesia.
Masjid didirikan pada tahun 1810 oleh tiga ulama dan saudagar di Padang yaitu Gapuak, Syekh Haji Uma, Syekh Kepala Kota, dan pemerintah Belanda, serta saudagar China.
Masjid yang berukuran 30x30 meter ini memang unik arsitekturnya karena memadukan desain Timur Tengah, Cina, dan corak Eropa. Masjid ini memiliki empat atap susun tingkat tiga dan empat serta delapan pintu dan delapan jendela.
Keunikan lain dari masjid ini adalah tiang-tiang yang berjejer dalam lima baris. Diameter tiang sekitar 80 sentimeter bertinggi 4,2 meter dengan cat warna putih. Tanpa hiasan, kecuali nama-nama nabi dalam tulisan Arab dan sedikit cat warna kuning keemasan di bagian teratas dan terbawahnya.
Tiang-tiang itu dahulu terbuat dari batu bata. Tiang-tiang tersebut menjadi penopang atap bagian atap yang berbentuk segi delapan.
Pada bagian atap kubah dengan bentuk itu dikerjakan oleh tukang-tukang asal China di bawah perintah Kapten Lou Chian Ko. Pengaruh arsitek China terlihat dari bentuk atap kubah bertingkat segi delapan yang menyerupai bentuk atap wihara.
Disebutkan pula, Masjid Ganting menjadi tempat persinggahan Soekarno, ketika menunaikan salat pada masa pendudukan Jepang.
Memasuki masa Bulan Ramadan, masjid ini ramai disesaki oleh jamaah yang berasal dari berbagai daerah di Kota Padang.
(zik)