Mengenal Masjid Al-Mubarok Tambahrejo Gresik

Senin, 30 Juli 2012 - 01:06 WIB
Mengenal Masjid Al-Mubarok Tambahrejo Gresik
Mengenal Masjid Al-Mubarok Tambahrejo Gresik
A A A
TRADISI kota Wali ternyata tetap terwarisi di Kabupaten Gresik. Salah satunya terjadi di Masjid Al-Mubarok, Tambahrejo, Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, Gresik. Lantas kegiatan keagamaan apa saja?

Petang itu, Jumat 27 Juli 2012, Ramadan memasuki sepekan. Suasana Jalan Raya Tambahrejo, Desa Sembayat, Kecamatan Manyar, cukup ramai lalu lalang kendaraan ke Gresik dan sebaliknya ke Lamongan.

Kendati beduk tanda berbuka satu jam lagi, aktifitas di Masjid Al Mubarok yang berlokasi di tepi Jalan Raya Tambahrejo kian meningkat.

Sekilas aktivitas di Masjid Al Mubarok tidak beda jauh dengan masjid lain. Sebelum waktu berbuka ada ceramah agama dan disediakan takjil. Namun, ceramah agama dan penyediaan takjil berbeda dengan masjid lain di Gresik, bahkan di Jawa Timur.

Setiap hari selama Ramadan, Takmir Masjid Al Mubarok menyediakan makan sebanyak 300 porsi. Sedangkan setiap Jumat disediakan makan khusus dengan menyembelih seekor sapi. Tidak salah setiap hari ratusan orang menyempatkan berbuka. Tidak hanya dari Sembayat, mereka juga berasal dari Kecamatan Sidayu, Bungah maupun dari Manyar sendiri.

"Sudah dua kali saya berbuka di Masjid Al Mubarok. Beda dengan masjid lain. Di sini selalu disediakan makan dan minuman bahkan lalapan setelah berbuka. Makanya saya kerap mampir untuk berbuka saat pulang kerja," aku Yahya (40), warga Desa Bedanten, Kecamatan Bungah. Menariknya lagi, makanan tersebut disajikan secara tradisional.

Ada nilai kebersamaan yang bisa dipetik dari warga di sekitar masjid. "Warga Tambahrejo rata-rata pendatang. Tetapi, pola-pola gotong royong tetap kuat. Ada nilai kebersamaan yang tidak memandang si kaya atau miskin, semua sama," aku Noer Alhudy yang juga mantan Carik Desa Sembayat.

Bukan hanya itu, uniknya lagi Masjid Al Mubarok meniru kebiasaan Masjidil Harom di Makkah. Sejak berdiri pada 1987, tidak satupun terlihat kotak amal yang biasa berada di depan pintu masjid.

"Semuanya ditanggung seorang pengusaha Tambahrejo bernama H Thohiron Ishaq. Kami tidak menolak sumbangan, tapi kami tidak meminta. Karena itu adalah komitmennya bersama KH Thoyyib Syamduddin (pemuka agama dari Driyorejo)," terang H Achmad Siddiq, Takmir Masjid Al Mubarok.

Kegiatan lain yang berbeda dari masjid lainnya, di Masjid Al Mubarok dilakukan tahlil dan doa untuk mengisi waktu antara salat Maghrib hingga Isya. Imam salat Tarawih setiap harinya menghabiskan satu juz Alquran.

Thohiron sendiri mengaku, awal mendirikan Masjid Al-Mubarok karena desakan KH Thoyyib Syamsuddin. Masjid yang berdiri di atas lahan 4.000 meter persegi itu hanya ingin memberi wadah bagi warga Tambahrejo beribadah.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5508 seconds (0.1#10.140)