Mudik dengan motor niaga lebih asyik

Rabu, 15 Agustus 2012 - 03:05 WIB
Mudik dengan motor niaga lebih asyik
Mudik dengan motor niaga lebih asyik
A A A
SIAPA yang bisa menampik, bahwa momen Idul Fitri adalah peristiwa berharga yang tidak boleh dilewatkan untuk berkumpul bersama keluarga. Makanya, tak sedikit warga perantauan yang rela berdesak-desakan atau bersusah payah tiba di kampung halaman demi bersilaturahmi dengan keluarga besarnya.

Perjuangan berkumpul bersama keluarga besar juga ditunjukkan Nurhadi (45) yang sudah setahun ini meninggalkan kampung halamannya di Sukoharjo, Solo, untuk bekerja di daerah Barito, Tanggerang Selatan.

Berbeda dengan pemudik lain yang menggunakan mobil atau sepeda motor roda dua, Nurhadi mudik dengan sepeda motor roda tiga atau motor niaga. Tidak hanya sendiri, di atas motor dengan nopol B 3418 NWS itu, Nurhadi juga bersama Istrinya Siti (40) dan anaknya Aldo (10). Keduanya berada di bak belakang.

Supaya nyaman, bak motor yang terbuat dari besi itu bagian bawahnya dialasi kardus yang kemudian ditambah kasur kecil untuk tempat tidur anak dan istrinya. Sementara untuk atap dan samping kanan kiri diberi penutup dari Banner bekas, supaya tidak terlalu panas di siang hari.

Saat ditemui ketika beristirahat di Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang, Nur Hadi mengaku, menggunakan Sepeda motor roda tiga untuk mengurangi risiko kecelakaan.

”Tahun lalu pakai motor roda dua, tapi membahayakan karena dinaiki bertiga belum lagi ditambah barang bawaan,” ujarnya.

Menggunakan sepeda motor roda tiga memang sedikit lambat dari pada sepeda motor roda dua, karena dia hanya bisa memacu kendaraannya dengan kecepatan rata-rata 50 kilometer per jam.

“Dari Bintaro setelah buka puasa, dan baru sampai Semarang siang ini,” ujarnya.

Namun, menurut Nur Hadi, kendaraan tersebut lebih nyaman terutama untuk anak dan istrinya. Barang bawaan untuk oleh-oleh pun bisa dibawa lebih banyak.

”Kalau pakai ini (motor roda tiga) kan anak istri bisa tidur,” ujarnya.

Selama perjalanan Nur Hadi sudah lebih dari 10 kali berhenti, tidak hanya untuk istirahat tetapi juga untuk mendinginkan mesin kendaraan.

”Sudah lebih dari 10 kali berhenti, tadi di Pekalongan berhenti, kemudian di Kendal berhenti lagi, ini di Semarang berhenti lagi,” ujarnya.

Dia mengungkapkan sengaja mudik Lebaran lebih awal dikarenakan untuk menghindari kemacetan sepanjang jalur Pantura. Selain itu dia juga ingin lama berada di kampung halaman.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3274 seconds (0.1#10.140)