Penderita anemia juga bisa berpuasa
A
A
A
Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit (sel darah merah) dalam darah kurang dari nilai normal. Untuk wanita, hemoglobinnya kurang dari 12, dan untuk pria dikatakan anemia jika kadar hemoglobinnya kurang dari 13,5.
Gejala anemia ini biasanya lemas, lemah, letih, lesu, dan lelah. Kondisi ini tentu sangat mengganggu saat harus menjalankan ibadah puasa. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Divisi Hematologi-Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Nadia Ayu Mulansari, pasien anemia secara umum bisa berpuasa, tergantung penyebab dasar anemia tersebut dan seberapa berat anemianya.
“Pada umumnya, penderita anemia karena kekurangan zat besi atau zat nutrisi lain. Jika tidak terlalu berat, tetap bisa berpuasa, asalkan asupan ma kanan tetap terjaga,” ujarnya.
Asupan tepat dan terjaga dengan baik adalah dengan menyantap saat Sahur dan buka puasa dengan memperbanyak makanan yang mengandung zat besi. Dengan begitu, tidak ada halangan untuk berpuasa.
Menurut Nadia, puasa tidak akan menyebabkan terjadinya anemia karena gangguan nutrisi, asalkan tetap Sahur dan berbuka. Puasa dikenal dengan istilah prolonged intermittent fasting, yaitu perubahan pengaturan makan yang biasanya dilaksanakan tiga kali sehari menjadi dua kali sehari dengan jarak makan 14 jam lamanya. Hanya prolonged starvation atau kelaparan berkepanjangan yang dapat menyebabkan anemia.
Saat berpuasa, beberapa perubahan metabolisme terjadi di dalam tubuh, salah satunya organ lebih banyak beristirahat, produksi lebih banyak dari imunitas, rendahnya kadar asam urat, dan lain-lain.
Dia mendiskripsikan penelitian di Iran yang dipublikasikan pada 2010. Di negara tersebut, peneliti melakukan meta analisis dari tahun 1960–2009 mengenai dampak puasa tehadap kesehatan.
Hasilnya di dapat bahwa puasa aman dan menyehatkan pada hampir semua orang. “Tidak ada perubahan profil hematologi pada mereka yang berpuasa. Hanya pada keadaan penyakit tertentu mereka harus mengonsultasikan dengan dok termasing-masing,” tuturnya. Head of Marketing Divisi Consumer Health PT Merck Tbk Feni Herawati mengatakan, anemia menjadi fokus perusahaan bagaimana membantu penderita.
Dia mengatakan, edukasi yang baik mengenai anemia dapat meningkatkan produktivitas nasional sampai 20%. “Anemia dapat dicegah dengan mudah, salah satunya me lalui edukasi yang benar. Karena itu, kami menghadirkan Tanya Anemia Center bagi masyarakat ,” tandasnya.
Gejala anemia ini biasanya lemas, lemah, letih, lesu, dan lelah. Kondisi ini tentu sangat mengganggu saat harus menjalankan ibadah puasa. Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Divisi Hematologi-Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Nadia Ayu Mulansari, pasien anemia secara umum bisa berpuasa, tergantung penyebab dasar anemia tersebut dan seberapa berat anemianya.
“Pada umumnya, penderita anemia karena kekurangan zat besi atau zat nutrisi lain. Jika tidak terlalu berat, tetap bisa berpuasa, asalkan asupan ma kanan tetap terjaga,” ujarnya.
Asupan tepat dan terjaga dengan baik adalah dengan menyantap saat Sahur dan buka puasa dengan memperbanyak makanan yang mengandung zat besi. Dengan begitu, tidak ada halangan untuk berpuasa.
Menurut Nadia, puasa tidak akan menyebabkan terjadinya anemia karena gangguan nutrisi, asalkan tetap Sahur dan berbuka. Puasa dikenal dengan istilah prolonged intermittent fasting, yaitu perubahan pengaturan makan yang biasanya dilaksanakan tiga kali sehari menjadi dua kali sehari dengan jarak makan 14 jam lamanya. Hanya prolonged starvation atau kelaparan berkepanjangan yang dapat menyebabkan anemia.
Saat berpuasa, beberapa perubahan metabolisme terjadi di dalam tubuh, salah satunya organ lebih banyak beristirahat, produksi lebih banyak dari imunitas, rendahnya kadar asam urat, dan lain-lain.
Dia mendiskripsikan penelitian di Iran yang dipublikasikan pada 2010. Di negara tersebut, peneliti melakukan meta analisis dari tahun 1960–2009 mengenai dampak puasa tehadap kesehatan.
Hasilnya di dapat bahwa puasa aman dan menyehatkan pada hampir semua orang. “Tidak ada perubahan profil hematologi pada mereka yang berpuasa. Hanya pada keadaan penyakit tertentu mereka harus mengonsultasikan dengan dok termasing-masing,” tuturnya. Head of Marketing Divisi Consumer Health PT Merck Tbk Feni Herawati mengatakan, anemia menjadi fokus perusahaan bagaimana membantu penderita.
Dia mengatakan, edukasi yang baik mengenai anemia dapat meningkatkan produktivitas nasional sampai 20%. “Anemia dapat dicegah dengan mudah, salah satunya me lalui edukasi yang benar. Karena itu, kami menghadirkan Tanya Anemia Center bagi masyarakat ,” tandasnya.
(nfl)