Bubur Panembahan Bodho jadi menu wajib tiap puasa
A
A
A
Sindonews.com - Tradisi menyajikan bubur sebagai menu buka puasa masih dipertahankan pengurus Masjid Sabiilurrosyaad, Kauman Wijirejo, Pandak, Bantul.
Tradisi ini juga sangat dinanti masyarakat karena bubur untuk buka puasa hanya muncul satu tahun sekali tiap Ramadan. Takjil atau makanan pembuka berupa bubur ini sudah menjadi sebuah tradisi turuntemurun, sejak masjid tertua ini didirikan. Masjid tersebut konon dibangun Panembahan Bodho seorang ulama besar yang diyakini sebagai Waliyulloh (kekasih Allah). Panembahan Bodho bernama asli Raden Trenggono adalah Adipati Terung III pada awal abad ke-15 Masehi.
Dia merupakan salah satu murid dari Sunan Kalijaga. Pembuatan bubur di masjid tersebut juga tidak dilakukan sembarang orang. Bubur tersebut harus dibuat juru masak bubur khusus yang masih keturunan generasi pertama. Bubur itu dibuat empat lelaki yang kini sudah memasuki usia senja, masing-masing Zurkoni, Wardani, Jamhani dan Hasanudin. “Mboten enten paksaan, semua sukarela,” papar Wardani, 60. Bubur itu disajikan dengan piring dari logam seng warna kuning dan putih. Bubur lantas diberi sayur dengan hiasan potongan tahu putih serta beberapa potongan tempe dengan pemanis irisan cabai kecil.
Satu hari proses pembuatan bubur menghabiskan 4,5 kg beras dan tujuh butir kelapa serta memotong beberapa tempe dan tahu. Ketua Takmir Masjid Sabiilurrosyaad, Haryadi mengatakan semua bahan mulai dari beras, uba rampe berasal dari sumbangan warga sekitar. “Kami sadar ini sebuah tradisi yang harus kami lestarikan,” ujar Kabag Kesra Desa Wijirejo ini. Menurut Haryadi, tradisi bubur awalnya untuk syiar agama Islam.
Tradisi ini dibawakan Panembahan Bodho, kakak kandung Panembahan Senopati. Bubur sangat cocok untuk buka puasa karena lembut dan segar sehingga enak di perut yang baru saja kosong karena puasa. Bubur, ujar Haryadi, bisa bermakna bibirrrin berarti hal yang bagus, yaitu di masjid harus menjadi sumber dan pusat kebaikan dan hal yang bagus bagi masyarakat. Beber, yaitu membeberkan karena di dalam masjid Kanjeng Panembahan Bodho menerangkan ajaran Islam.
Babar, yaitu meratakan ajaran agama islam ke seluruh lapisan masyarakat. Bubur juga artinya melebur yaitu ajaran Islam agar dapat melebur dengan jiwa masyarakat penganutnya.
Tradisi ini juga sangat dinanti masyarakat karena bubur untuk buka puasa hanya muncul satu tahun sekali tiap Ramadan. Takjil atau makanan pembuka berupa bubur ini sudah menjadi sebuah tradisi turuntemurun, sejak masjid tertua ini didirikan. Masjid tersebut konon dibangun Panembahan Bodho seorang ulama besar yang diyakini sebagai Waliyulloh (kekasih Allah). Panembahan Bodho bernama asli Raden Trenggono adalah Adipati Terung III pada awal abad ke-15 Masehi.
Dia merupakan salah satu murid dari Sunan Kalijaga. Pembuatan bubur di masjid tersebut juga tidak dilakukan sembarang orang. Bubur tersebut harus dibuat juru masak bubur khusus yang masih keturunan generasi pertama. Bubur itu dibuat empat lelaki yang kini sudah memasuki usia senja, masing-masing Zurkoni, Wardani, Jamhani dan Hasanudin. “Mboten enten paksaan, semua sukarela,” papar Wardani, 60. Bubur itu disajikan dengan piring dari logam seng warna kuning dan putih. Bubur lantas diberi sayur dengan hiasan potongan tahu putih serta beberapa potongan tempe dengan pemanis irisan cabai kecil.
Satu hari proses pembuatan bubur menghabiskan 4,5 kg beras dan tujuh butir kelapa serta memotong beberapa tempe dan tahu. Ketua Takmir Masjid Sabiilurrosyaad, Haryadi mengatakan semua bahan mulai dari beras, uba rampe berasal dari sumbangan warga sekitar. “Kami sadar ini sebuah tradisi yang harus kami lestarikan,” ujar Kabag Kesra Desa Wijirejo ini. Menurut Haryadi, tradisi bubur awalnya untuk syiar agama Islam.
Tradisi ini dibawakan Panembahan Bodho, kakak kandung Panembahan Senopati. Bubur sangat cocok untuk buka puasa karena lembut dan segar sehingga enak di perut yang baru saja kosong karena puasa. Bubur, ujar Haryadi, bisa bermakna bibirrrin berarti hal yang bagus, yaitu di masjid harus menjadi sumber dan pusat kebaikan dan hal yang bagus bagi masyarakat. Beber, yaitu membeberkan karena di dalam masjid Kanjeng Panembahan Bodho menerangkan ajaran Islam.
Babar, yaitu meratakan ajaran agama islam ke seluruh lapisan masyarakat. Bubur juga artinya melebur yaitu ajaran Islam agar dapat melebur dengan jiwa masyarakat penganutnya.
(nfl)