Waspada daging oplosan, Disnak gencar operasi pasar
A
A
A
Sindonews.com - Untuk mengantisipasi beredarnya daging oplosan di pasaran, jajaran Dinas Peternakan (Disnak) Sulsel menurunkan tim ke pasar-pasar tradisional dan rumah potong hewan (RPH).
Kepala Dinas Peternakan Sulsel Murtala Ali mengatakan, tim dari Dinas Peternakan sudah turun ke lapangan setiap pagi sejak pukul 05.00 wita hingga pukul 10.00 wita. Khusus untuk di RPH Tamangapa, Disnak melakukan pemeriksaa menyeluruh sebelum dan sesudah sapi dipotong.
Selain menyasar daging oplosan lanjut Murtala, operasi di pasar tradisonal juga difokuskan pada daging kadaluarsa serta daging yang berasal bukan dari rumah potong hewan resmi serta keberadaan ayam mati kemarin (tiren) dan ayam berformalin.
“Sejauh ini, kami tidak menemukan daging-daging yang tidak aman seperti itu. Kami menjamin, daging ayam maupun daging sapi yang beredar di Makassar aman untuk dikonsumsi,”ungkapnya kepada Koran SINDO, Kamis (18/7/2013).
Menurut Murtala, naiknya harga daging ayam dan sapi memang bisa memancing pedagang nakal untuk melakukan tindakan mengoplos. Akan tetapi harga pasar saat ini yang mencapai Rp80 ribu per kilogram untuk daging sapi, dinilai masih wajar.
Kecuali jika harga sudah menyentuh level Rp100 ribu, maka kewaspadaan akan dintensifkan dua kali lipat. Ataukah daerah mengalami kelangkaan stok. Akan tetapi Makassar dan Sulsel lanjutnya, tidak akan mengalami hal tersebut. Bukan hanya mampu memenuhi kuota daerah, Sulsel juga memenuhi kebutuhan daging nasional.
Meski demikian, Murtala tetap meminta kerja sama masyarakat jika menemukan pedagang atau pihak-pihak yang dicurigai menjual daging oplosan.
“Pada H-7 mendatang, kami akan mengirim 5 ton daging sapi local Sulsel ke Jakarta yang sudah dibekukan untuk memenuhi stok daging di Jakarta,”katanya.
Kasi Pelayanan Usaha, H Andi Panggeleng mengatakan berdasarkan data Disnak Sulsel, diketahui untuk kebutuhan daging sapi bagi warga kota Makassar dan sekitarnya, RPH Tamangngapa rata-rata memotong 45 ekor sapi per hari. Sementara menjelang Idul Fitri, RPH akan memotong dua kali lipat atau sekitar 100 ekor per hari.
Menurutnya, untuk pemenuhan kebutuhan daging ayam khususnya ayam potong atau ayam ras, dalam kondisi normal dipotong 80 ribu ekor per hari namun menghadapi Ramadhan dan jelang Lebaran disiapkan 200 ribu ekor ayam per hari.
“Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lonjakan yang terlalu tinggi, Disnak terus menjalin koordinasi dengan sentra-sentra penghasil sapi seperti Wajo, Bone, Sinjai, Bulukumba, Maros, dan Barru, untuk menjamin tidak terjadinya kelanggkaan daging di kota Makassar dan kabupaten/kota lainnya di Sulsel,”ungkapnya.
Kepala Dinas Peternakan Sulsel Murtala Ali mengatakan, tim dari Dinas Peternakan sudah turun ke lapangan setiap pagi sejak pukul 05.00 wita hingga pukul 10.00 wita. Khusus untuk di RPH Tamangapa, Disnak melakukan pemeriksaa menyeluruh sebelum dan sesudah sapi dipotong.
Selain menyasar daging oplosan lanjut Murtala, operasi di pasar tradisonal juga difokuskan pada daging kadaluarsa serta daging yang berasal bukan dari rumah potong hewan resmi serta keberadaan ayam mati kemarin (tiren) dan ayam berformalin.
“Sejauh ini, kami tidak menemukan daging-daging yang tidak aman seperti itu. Kami menjamin, daging ayam maupun daging sapi yang beredar di Makassar aman untuk dikonsumsi,”ungkapnya kepada Koran SINDO, Kamis (18/7/2013).
Menurut Murtala, naiknya harga daging ayam dan sapi memang bisa memancing pedagang nakal untuk melakukan tindakan mengoplos. Akan tetapi harga pasar saat ini yang mencapai Rp80 ribu per kilogram untuk daging sapi, dinilai masih wajar.
Kecuali jika harga sudah menyentuh level Rp100 ribu, maka kewaspadaan akan dintensifkan dua kali lipat. Ataukah daerah mengalami kelangkaan stok. Akan tetapi Makassar dan Sulsel lanjutnya, tidak akan mengalami hal tersebut. Bukan hanya mampu memenuhi kuota daerah, Sulsel juga memenuhi kebutuhan daging nasional.
Meski demikian, Murtala tetap meminta kerja sama masyarakat jika menemukan pedagang atau pihak-pihak yang dicurigai menjual daging oplosan.
“Pada H-7 mendatang, kami akan mengirim 5 ton daging sapi local Sulsel ke Jakarta yang sudah dibekukan untuk memenuhi stok daging di Jakarta,”katanya.
Kasi Pelayanan Usaha, H Andi Panggeleng mengatakan berdasarkan data Disnak Sulsel, diketahui untuk kebutuhan daging sapi bagi warga kota Makassar dan sekitarnya, RPH Tamangngapa rata-rata memotong 45 ekor sapi per hari. Sementara menjelang Idul Fitri, RPH akan memotong dua kali lipat atau sekitar 100 ekor per hari.
Menurutnya, untuk pemenuhan kebutuhan daging ayam khususnya ayam potong atau ayam ras, dalam kondisi normal dipotong 80 ribu ekor per hari namun menghadapi Ramadhan dan jelang Lebaran disiapkan 200 ribu ekor ayam per hari.
“Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi lonjakan yang terlalu tinggi, Disnak terus menjalin koordinasi dengan sentra-sentra penghasil sapi seperti Wajo, Bone, Sinjai, Bulukumba, Maros, dan Barru, untuk menjamin tidak terjadinya kelanggkaan daging di kota Makassar dan kabupaten/kota lainnya di Sulsel,”ungkapnya.
(lns)