Gosok gigi dan junub

Sabtu, 20 Juli 2013 - 07:58 WIB
Gosok gigi dan junub
Gosok gigi dan junub
A A A
Tanya :
Ada dua hal yang ingin saya tanyakan:

1. Ketika berpuasa, apakah berkumur/gosok gigi bisa membatalkan puasa bagaimana dengan berkumur saat berwudhu?

2. Apa saja yang membatalkan puasa, apakah orang yang junub sejak malam sementara waktu sudah tiba dan dia belum mandi berarti puasanya tidak sah?, bagaimana dengan orang yang tidur di siang hari kemudian bermimpi hingga mengeluarkan air mani?

Jawab :
Berkumur dan bersiwak/menggosok gigi tidak termasuk hal-hal yang membatalkan puasa, jadi tak ada masalah, apalagi kalau waktu berwudhu anda menggosok gigi dan berkumur-kumur selama air wudhu itu tidak anda telan dengan sengaja.

Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain: makan dan minum dengan sengaja, bersenggama, keluar darah haid atau nifas, gila dan keluar mani dengan sebab bersetubuh dengan wanita atau ada rangsangan seksual.

Bila seseorang dalam keadaan junub di malam hari bulan Ramadan lalu dia belum mandi padahal waktu fajar sebagai tanda dimulai puasa sudah tiba, maka puasanya tetap sah sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah dan Ummu Salamah yang artinya: “ada kalanya Nabi SAW masih berjunub sampai terbit fajar, karena ia bersetubuh dengan isterinya pada waktu malam, kemudian beliau langsung mandi dan berpuasa”.

Dalam hadits lain disebutkan juga yang artinya: “seorang pria bertanya kepada Nabi SAW: “saya ini terbangun subuh dalam keadaan junub, sedangkan aku hendak berpuasa, bagaimana itu ya Rasulullah?. Maka bersabda Rasulallah: akupun pernah terbangun subuh dalam keadaan junub, sedangkan aku hendak berpuasa” (HR. Muslim dari Aisyah).

Kalau dalam keadaan junub saja Rasulullah tetap berpuasa padahal waktu fajar sudah tiba, apalagi dengan keluar mani yang disebabkan oleh mimpi itu kan tidak disengaja oleh seseorang yang tidur, makan saja yang jelas-jelas membatalkan puasa tidak membatalkan puasa kalau hal itu terjadi tidak disengaja.

Namun bila junubnya seorang wanita disebabkan haid, maka ia sudah harus mandi sebelum subuh untuk mengakhiri status haidnya.

Demikianlah jawabannya, semoga hal ini bermanfaat bagi kita semua.

Amal yang dicintai
Kehidupan kita di dunia yang singkat ini merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT untuk beramal yang saleh. Dengan amal yang shaleh itulah, kehidupan ini bisa dijalani dengan baik dan di akhirat akan memperoleh jaminan masuk surga dari Allah SWT. Banyak sekali ajaran Islam yang harus kita amalkan dan ini menjadikan kewajiban kita semua, namun keterbatasan yang ada pada kita membuat kita harus mengutamakan suatu amal tanpa bermaksud mengabaikan amal yang lain. Diantara amal yang harus kita utamakan melaksanakannya adalah amal yang amat dicintai oleh Allah SWT. Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:

أَحَبُّ اْلأَعْمَالِ اِلَى اللهِ تَعَالَى: سُرُوْرٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ أَوْ تَكْشِفُ عَنْ كُرْبَةٍ أَوْ تَقْضِى عَنْهُ دَيْنًا أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا
Amal yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah: rasa gembira yang engkau resapkan ke dalam hati muslim atau memecahkan suatu masalah darinya atau membayarkan utangnya atau mengusir rasa laparnya (HR. Ibnu Abi Dunya dan Thabrani).

Dari hadits di atas, ada empat amal yang harus menjadi prioritas kita untuk melaksanakannya dalam kehidupan ini.

1. Menggembirakan orang lain

Dalam kehidupan sehari-hari kita dapati banyak orang yang dirundung kesedihan dengan berbagai sebab sehingga wajahnya nampak murung dan tidak punya gairah dalam menjalani kehidupan yang baik. Akibatnya mereka menjadi minder dan tidak punya rasa optimisme untuk menghadapi hari esok yang lebih baik, bila ini kita lakukan, maka Allah SWT akan memberikan ampunan kepada kita,

Rasulullah SAW bersabda:

مِنْ مَوْجِبَاتِ الْمَغْفِرَةِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى أَخِيْكَ الْمُسْلِمِ
Diantara amalan yang mendapat ampunan apabila dikerjakan adalah membahagiakan saudara muslim lainnya (HR. Thabrani).

Karena itu, Rasulullah SAW dan para sahabat biasa menghibur dan menggembirakan orang lain. Ketika hendak melaksanakan salat Idul Fitri, Rasul mendapati ada seorang bocah yang belum mandi, berpakaian lusuh dan amat murung, berbeda dengan kebanyakan kawannya yang nampak begitu gembira. Kepada anak itu, beliau bertanya: “mengapa engkau nampak sedih, padahal teman-temanmu amat bergembira”.

Anak itu menjawab meski tetap sambil menunduk: “mereka gembira karena punya ayah dan ibu, sedangkan aku sedih karena yatim piatu dan hidup sebatang kara”.

Rasulullah balik bertanya meskipun anak itu tetap menunduk: “Kalau begitu, mau tidak tidak engkau menjadikan Hasan dan Husein sebagai teman mainmu dan Fatimah sebagai kakakmu?”.

Mendengar nama-nama itu, sang yatim menjadi tahu siapa yang bertanya kepadanya, maka iapun langsung menjawab dengan begitu gembira: “Mau ya Rasulullah”.

Anak itupun diajak pulang oleh Rasul, dimandikan, diberi pakaian yang baik dan diberi makan. Sesudah itu kembali lagi ke tempat salat Ied dan ia berkumpul kembali bersama teman-temannya dengan amat gembira yang membuat mereka menjadi heran dan bertanya: “Mengapa engkau nampak begitu gembira, padahal tadi engkau nampak sedih?”.

Jawabnya: “Memang sekarang aku anak yang paling gembira diantara kalian, dengan sebab aku yatim, sekarang Rasulullah SAW telah menjadikan aku sebagai anak angkatnya”.

Mendengar hal itu, teman-temannya menjadi iri, bahkan ada diantara mereka yang berkata: “coba bapak kita juga mati”. Mereka ingin menjadi yatim agar dijadikan anak angkat oleh Rasulullah saw. Begitulah diantara contoh bagaimana Rasul menggembirakan orang lain.

2. Memecahkan problematika orang lain.

Dalam hidupnya, ada saat manusia mengalami kesenangan dengan segala kemudahannya, namun pada saat lain bisa jadi ia mengalami kesulitan dan kesengsaraan. Problematika hidup yang dialami orang lain sangat bagus bila kita berkontribusi memecahkan masalahnya itu, bukan kita yang malah menambah masalah orang lain.

Bila kita bisa pecahkan persoalan orang lain di dunia ini, kitapun akan mendapat pemecahan masalah di akhirat, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَعَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَاكَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيْهِ
Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya (HR. Muslim).

Karena itu, sesama manusia idealnya bisa saling memudahkan, termasuk dalam jual beli. Manakala kita sudah bisa memudahkan orang lain, maka hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat kita mendapat jaminan surga, Rasulullah SAW bersabda:

أَنَّ رَجُلاً مَاتَ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ فَقِيْلَ لَهُ: مَاكُنْتَ تَعْمَلُ؟ قَالَ: فَإِمَّا ذَكَرَ وَإِمَّا ذُكِّرَ, قَالَ: فَقَالَ: كُنْتُ أُبَايِعُ النَّاسَ فَكُنْتُ أُنْظِرُ الْمُعْسِرَ وَأََتَجَوَّزُ فِى السِّكَّةِ أَوْ فِى النَّقْدِ فَغُفِرَ لَهُ
Sesungguhnya seorang lelaki masuk surga. Dia ditanya: “Apa yang dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab, dia ingat atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual beli dengan manusia lalu aku memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan dengan pembayaran dengan dinar atau dirham. Maka dia diampuni (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

3. Membayarkan utang orang lain.

Ketika seseorang mengalami kesulitan ekonomi, pilihan terakhir yang harus dilakukannya adalah dengan meminjam uang kepada orang lain atau berutang untuk bisa memenuhi kebutuhannya. Namun memiliki utang merupakan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan sehingga Rasulullah saw berdoa setiap harinya agar terbebas dari lilitan utang kepada pihak lain.

Karena itu sangat menyenangkan hidup ini apabila bisa kita jalani tanpa utang. Rasulullah SAW bersabda:

ِايَّاكُمْ وَالدَّيْنِ فَاِنَّهُ هَمٌّ بِاللَّيْلِ وَمَذَلَّةٌ بِالنَّهَاِر
Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari (HR. Baihaki)

Karena hidup tanpa utang merupakan sesuatu yang menyenangkan, maka bila ada orang yang mempunyai utang dan ia nampaknya tidak mampu lagi untuk membayarnya, maka alangkah bagusnya bila kita punya kemampuan, membayarkan utangnya dan ini merupakan amal manusia yang amat disenangi oleh Allah SWT karena hal itu termasuk memudahkan orang lain, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ
Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah memudahkannya di dunia dan akhirat (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

4. Memberi makan orang lain.

Berada dalam kondisi lapar merupakan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Manakala kita bisa memberik makan kepada orang lain, sangat bagus bila kita bisa membantunya dengan memberikan makanan dan minuman, ini merupakan salah satu faktor yang membuat manusia akan dimasukkan ke dalam surga, Rasulullah SAW bersabda:

أُعْبُدُو الرَّحْمَنَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَأَفْشُوا السَّلاَمَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِالسَّلاَمِ
Sembahlah Allah Yang Maha Rahman, berikanlah makan, tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan selamat (HR. Tirmidzi)

Memberi makan lebih ditekankan lagi kepada orang yang secara fisik lebih dekat kepada kita, misalnya tetangga, bahkan apabila kita tahu bahwa tetangga dalam keadaan lapar tapi kita tidak memberikan makan, maka Rasulullah SAW bersabda:

مَاآمَنَ بِى مَنْ شَبْعَانَ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يَعْلَمُ

Tidak beriman kepadaku orang yang dapat tidur dengan perut kenyang, sementara tetangganya kelaparan, padahal dia mengetahui (HR. Bazzar).

Dari uraian di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa Allah swt akan mencintai kita bila kita melakukan hal-hal yang amat disukai-Nya.



(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2594 seconds (0.1#10.140)