Terminal bayangan jelang Lebaran marak
A
A
A
Sindonews.com – Sejumlah lokasi berubah fungsi menjadi terminal bayangan di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Seperti di Kecamatan Wonomulyo dan Polewali, terminal resmi justru terlihat sepi dengan kendaraan.
Berdasarkan pantauan di Kecamatan Wonomulyo, dalam beberapa pekan terakhir, kendaraan angkutan baik dalam kota Polewali maupun antar provinsi sudah mulai meninggalkan terminal untuk mengisi penumpang.
Jangankan mobil angkutan yang menggunakan pelat hitam, pelat kuning saja perlahan mulai meninggalkan terminal resmi. Padahal, pemerintah sengaja membangunkan terminal agar kendaraan lebih tertib dalam mengisi penumpang.
Para sopir angkutan memilih untuk mangkal di pinggir jalan ketimbang di dalam terminal sebab penumpang lebih gampang diperoleh. Apalagi, menjelang perayaan Idul Fitri.
“Sekarang ini penumpang sulit kita dapat di dalam terminal. Makanya, mangkal di pinggir jalan lebih mudah bisa didapatkan,” ujar April, salah satu sopir angkutan provinsi jurusan Polewali–Makassar, Selasa (30/7/2013).
Hal tersebut tidak hanya ditemui pada Terminal Wonomulyo, tapi juga di Polewali. Terminal induk yang berada di wilayah Rea, belum juga berfungsi maksimal. Sebab, masih banyak saja kendaraan angkutan yang mangkal di ruas jalan. Hal itupun dapat ditemui di persimpangan Jalan Mambulilliling, Kecamatan Polewali.
Di lokasi terminal bayangan ini, semua kendaraan angkutan baik jurusan Polewali–Makassar, Polewali–Mamasa, Polewali–Mamuju, bahkan Polewali–Palu bisa didapatkan.
Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi (Dishubkominfo) seperti tidak bisa berkutik mengatasi masalah terminal bayangan itu.
“Terminal bayangan ini sangat mengganggu kelancaran arus lalu-lintas. Apalagi kalau kendaraan yang mangkal di pinggir jalan semakin banyak,” kata Rusman, salah satu warga Polewali.
Dia berharap, pemerintah bisa mengatasi permasalahan terminal bayangan ini. Bukan hanya menjelang Lebaran, tapi di hari-hari biasanya pun kadang marak. Khususnya di Polewali.
Sementara itu, Sekretaris Dishubkominfo Polman Aco Jalaluddin, ketika dikonfirmasi mengakui adanya terminal bayangan di Polman. Meski demikian, Aco membantah jika pihaknya sengaja membiarkan terminal bayangan merajalela.
“Kita sudah lakukan beberapa kali peringatan dan operasi, tapi tetap para sopir kembali,”ujar Aco.
Menurut dia, untuk menertibkan terminal bayangan, memang agak sulit. Bukan hanya di Polman, tapi hampir di seluruh daerah. Di Makassar saja, sulit ditertibkan. Hal itu, kata Aco, terjadi karena masyarakat yang meminta adanya terminal bayangan.
“Jadi, kalau mau menertibkan terminal bayangan, harus ada kesadaran dari semua pihak. Bukan hanya kami yang harus bertindak ke lapangan,” tandas Aco Jalalauddin.
Tak hanya di Polewali, terminal bayangan juga terlihat di daerah lain seperti Kabupaten Majene. Kendaraan angkutan terlihat mangkal di pusat pertokoan dan depan toko Sulawesi untuk angkutan antar provinsi dan kota.
Di dalam Kota, ada dua terminal yakni terminal induk dan terminal pembantu yang terletak di tengah kota. Kedua terminal itu juga tidak berfungsi dengan maksimal. Khususnya terminal induk yang baru selesai dibangun.
Berdasarkan pantauan di Kecamatan Wonomulyo, dalam beberapa pekan terakhir, kendaraan angkutan baik dalam kota Polewali maupun antar provinsi sudah mulai meninggalkan terminal untuk mengisi penumpang.
Jangankan mobil angkutan yang menggunakan pelat hitam, pelat kuning saja perlahan mulai meninggalkan terminal resmi. Padahal, pemerintah sengaja membangunkan terminal agar kendaraan lebih tertib dalam mengisi penumpang.
Para sopir angkutan memilih untuk mangkal di pinggir jalan ketimbang di dalam terminal sebab penumpang lebih gampang diperoleh. Apalagi, menjelang perayaan Idul Fitri.
“Sekarang ini penumpang sulit kita dapat di dalam terminal. Makanya, mangkal di pinggir jalan lebih mudah bisa didapatkan,” ujar April, salah satu sopir angkutan provinsi jurusan Polewali–Makassar, Selasa (30/7/2013).
Hal tersebut tidak hanya ditemui pada Terminal Wonomulyo, tapi juga di Polewali. Terminal induk yang berada di wilayah Rea, belum juga berfungsi maksimal. Sebab, masih banyak saja kendaraan angkutan yang mangkal di ruas jalan. Hal itupun dapat ditemui di persimpangan Jalan Mambulilliling, Kecamatan Polewali.
Di lokasi terminal bayangan ini, semua kendaraan angkutan baik jurusan Polewali–Makassar, Polewali–Mamasa, Polewali–Mamuju, bahkan Polewali–Palu bisa didapatkan.
Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi (Dishubkominfo) seperti tidak bisa berkutik mengatasi masalah terminal bayangan itu.
“Terminal bayangan ini sangat mengganggu kelancaran arus lalu-lintas. Apalagi kalau kendaraan yang mangkal di pinggir jalan semakin banyak,” kata Rusman, salah satu warga Polewali.
Dia berharap, pemerintah bisa mengatasi permasalahan terminal bayangan ini. Bukan hanya menjelang Lebaran, tapi di hari-hari biasanya pun kadang marak. Khususnya di Polewali.
Sementara itu, Sekretaris Dishubkominfo Polman Aco Jalaluddin, ketika dikonfirmasi mengakui adanya terminal bayangan di Polman. Meski demikian, Aco membantah jika pihaknya sengaja membiarkan terminal bayangan merajalela.
“Kita sudah lakukan beberapa kali peringatan dan operasi, tapi tetap para sopir kembali,”ujar Aco.
Menurut dia, untuk menertibkan terminal bayangan, memang agak sulit. Bukan hanya di Polman, tapi hampir di seluruh daerah. Di Makassar saja, sulit ditertibkan. Hal itu, kata Aco, terjadi karena masyarakat yang meminta adanya terminal bayangan.
“Jadi, kalau mau menertibkan terminal bayangan, harus ada kesadaran dari semua pihak. Bukan hanya kami yang harus bertindak ke lapangan,” tandas Aco Jalalauddin.
Tak hanya di Polewali, terminal bayangan juga terlihat di daerah lain seperti Kabupaten Majene. Kendaraan angkutan terlihat mangkal di pusat pertokoan dan depan toko Sulawesi untuk angkutan antar provinsi dan kota.
Di dalam Kota, ada dua terminal yakni terminal induk dan terminal pembantu yang terletak di tengah kota. Kedua terminal itu juga tidak berfungsi dengan maksimal. Khususnya terminal induk yang baru selesai dibangun.
(hyk)