Hari ini Naqsabandiyah rayakan Idul Fitri
A
A
A
Sindonews.com - Sejak kemarin tarekat Naqsabandiyah, Sumatera Barat, sudah menggenapkan puasanya 30 hari. Hari ini mereka sudah melakukan salat Id pada pukul 08.00 WIB.
“Hari ini kita sudah merayakan Idul Fitri khususnya pengikut tarekat Naqsabandiyah, sudah melakukan shalat Idul Fitri di beberapa masjid di Sumatera Barat,” kata Edizon Revindo, Sekretaris Naqsabandiyah Kota Padang, Sumatera Barat, usai salat Id di Masjid Baitul Makmur, Kecamatan Pauh, Selasa (6/8/2013).
Meski MUI menyatakan Lebaran serempak, namun perhitungan Naqsabandiyah berbeda. “Kami sudah menghitung hari menurut kalender Arab, 360 hari lamanya sejak tahun lalu dan tahun ini, hari ini jatuhnya Idul Fitri,” tambahnya.
Salat Id langsung dipimpin sendiri oleh Edizon, sementara kotbah disampaikan Buya Syafri Malin Mudo guru Naqsabandiyah di Kota Padang. Seperti tahun-tahun lalu, penyampaian kotbah ini memakai bahasa Arab dengan ciri khas memakai sorban dan tongkat sambil berdiri.
“Meski tidak dimengerti sebagian jamaah lainnya, namun sebelum kita mulai kotbah dari awal sudah disampaikan pengertian kotbah sebelum salat,” ujar Edizon.
Kata Edizon, tema kotbah untuk tahun ini adalah menjadi manusia yang tidak merugi baik itu harta maupun imam. “Artinya dalam kehidupan ini hidup dengan sederhana, tidak kurang iman dan tidak kurang harta untuk kebutuhan hidup,” ujarnya.
Memang diakui Edizon, komonitas jamaah ini sudah sedikit dan kebanyakan lanjut usia, namun saat ini cara penyebaran Naqsabandiyah tidak lagi tertutup.
“Kami banyak pengikut muda di masjid yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan di Kota Padang juga. Untuk mengantisipasi habisnya generasi ini, kami sudah terbuka menyampaikan ajaran Naqsabandiyah ini. Jika mereka suka akan kita ajak lagi mempelajari ajaran ini lebih mendalam,” ungkapnya.
Meski beda hari Lebaran, Edizon meminta kepada jamaah Naqsabandiyah jangan terlalu dinampakkan kepada umat muslim lainnya bahwa mereka sudah merayakan Idul Fitri. “Ini cara kita menghargai saudara kita yang masih berpuasa, artinya janganlah makan di depan mereka yang masih berpuasa,” ujarnya.
Usai salat Id para jamaah ini mencicipi kue-kue yang dibawa dari rumah, tidak hanya itu saja mereka juga menikmati hasil kebun seperti pisang dan buah-buahan lainnya.
“Hari ini kita sudah merayakan Idul Fitri khususnya pengikut tarekat Naqsabandiyah, sudah melakukan shalat Idul Fitri di beberapa masjid di Sumatera Barat,” kata Edizon Revindo, Sekretaris Naqsabandiyah Kota Padang, Sumatera Barat, usai salat Id di Masjid Baitul Makmur, Kecamatan Pauh, Selasa (6/8/2013).
Meski MUI menyatakan Lebaran serempak, namun perhitungan Naqsabandiyah berbeda. “Kami sudah menghitung hari menurut kalender Arab, 360 hari lamanya sejak tahun lalu dan tahun ini, hari ini jatuhnya Idul Fitri,” tambahnya.
Salat Id langsung dipimpin sendiri oleh Edizon, sementara kotbah disampaikan Buya Syafri Malin Mudo guru Naqsabandiyah di Kota Padang. Seperti tahun-tahun lalu, penyampaian kotbah ini memakai bahasa Arab dengan ciri khas memakai sorban dan tongkat sambil berdiri.
“Meski tidak dimengerti sebagian jamaah lainnya, namun sebelum kita mulai kotbah dari awal sudah disampaikan pengertian kotbah sebelum salat,” ujar Edizon.
Kata Edizon, tema kotbah untuk tahun ini adalah menjadi manusia yang tidak merugi baik itu harta maupun imam. “Artinya dalam kehidupan ini hidup dengan sederhana, tidak kurang iman dan tidak kurang harta untuk kebutuhan hidup,” ujarnya.
Memang diakui Edizon, komonitas jamaah ini sudah sedikit dan kebanyakan lanjut usia, namun saat ini cara penyebaran Naqsabandiyah tidak lagi tertutup.
“Kami banyak pengikut muda di masjid yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan di Kota Padang juga. Untuk mengantisipasi habisnya generasi ini, kami sudah terbuka menyampaikan ajaran Naqsabandiyah ini. Jika mereka suka akan kita ajak lagi mempelajari ajaran ini lebih mendalam,” ungkapnya.
Meski beda hari Lebaran, Edizon meminta kepada jamaah Naqsabandiyah jangan terlalu dinampakkan kepada umat muslim lainnya bahwa mereka sudah merayakan Idul Fitri. “Ini cara kita menghargai saudara kita yang masih berpuasa, artinya janganlah makan di depan mereka yang masih berpuasa,” ujarnya.
Usai salat Id para jamaah ini mencicipi kue-kue yang dibawa dari rumah, tidak hanya itu saja mereka juga menikmati hasil kebun seperti pisang dan buah-buahan lainnya.
(hyk)