Jalur altenatif Prambanan-Tempel sepi pemudik
A
A
A
Sindonews.com - Jalur alternatif Prambanan-Tempel sebagai akses masuk dan keluar wilayah DIY dari arah timur dan utara hingga Selasa 6 Agustus atau H-2 Lebaran 2013 masih sepi pemudik.
Terbukti jalan tersebut masih lengang dari aktivitas lalu lintas arus mudik, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Dari pantauan yang melewati jalan ini masih didominasi warga sekitar, terutama kendaraaan roda dua dan hanya satu dua kendaraan yang berasal dari luar daerah.
Padahal jalur alternatif ini merupakan jalur yang langsung menghubungkan antara pengendara dari arah Solo atau Klaten menuju arah Magelang dari arah timur, serta sebaliknya dari Magelang ke Solo atau Klaten dari arah utara tanpa melewati Yogyakarta. Dengan demikian, akan mengurangi kepadatan dan kemacetan arus lalu lintas di kawasan Yogyakarta.
“Masih sepi, belum banyak kendaraan pemudik yang melintas,” kata warga Tulung, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Purnomo (37), Selasa (6/8/2013).
Jalur alternatif tersebut memang melewati jalan-jalan desa. Hanya saja, jalan-jalan tersebut sebenarnya telah umum dilewati, terutama jika arus lalu lintas dari Solo atau Magelang menuju Yogyakarta krodit, maka jalur alternatifnya dari arah Solo bisa melewati Prambanan-Kalasan-Cangkringan, Pakem-Turi-Tempel dan sebaliknya dari arah utara Mageleng Tempel-Turi-Pakem-Cangkringan-Kalasan-Prambanan.
Namun saat memasuki daerah Carikan sampai Proliman Bogem, pengguna jalan harus hati-hati, sebab sisi timur jalan itu rusak, seperti aspal mengelupas dan berlubang.
Sementara, akibat banyak pemudik yang memilih jalur yang melintasi Yogyakarta, kepadatan arus lalu lintas, baik dari arah timur maupun barat menumpuk di sepanjang Jalan Yogya-Solo. Terutama mendekati traffic light, mulai dari bandara international Adisutjipto hingga perbatasan Sleman-Klaten di Prambanan.
“Lebih mantap lewat kota (Yogyakarta), karena lebih hafal jalannya. Sekalian mampir Yogyakarta,” kata pemudik Jakarta yang akan ke Solo, Bardi (51).
Terbukti jalan tersebut masih lengang dari aktivitas lalu lintas arus mudik, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Dari pantauan yang melewati jalan ini masih didominasi warga sekitar, terutama kendaraaan roda dua dan hanya satu dua kendaraan yang berasal dari luar daerah.
Padahal jalur alternatif ini merupakan jalur yang langsung menghubungkan antara pengendara dari arah Solo atau Klaten menuju arah Magelang dari arah timur, serta sebaliknya dari Magelang ke Solo atau Klaten dari arah utara tanpa melewati Yogyakarta. Dengan demikian, akan mengurangi kepadatan dan kemacetan arus lalu lintas di kawasan Yogyakarta.
“Masih sepi, belum banyak kendaraan pemudik yang melintas,” kata warga Tulung, Tamanmartani, Kalasan, Sleman, Purnomo (37), Selasa (6/8/2013).
Jalur alternatif tersebut memang melewati jalan-jalan desa. Hanya saja, jalan-jalan tersebut sebenarnya telah umum dilewati, terutama jika arus lalu lintas dari Solo atau Magelang menuju Yogyakarta krodit, maka jalur alternatifnya dari arah Solo bisa melewati Prambanan-Kalasan-Cangkringan, Pakem-Turi-Tempel dan sebaliknya dari arah utara Mageleng Tempel-Turi-Pakem-Cangkringan-Kalasan-Prambanan.
Namun saat memasuki daerah Carikan sampai Proliman Bogem, pengguna jalan harus hati-hati, sebab sisi timur jalan itu rusak, seperti aspal mengelupas dan berlubang.
Sementara, akibat banyak pemudik yang memilih jalur yang melintasi Yogyakarta, kepadatan arus lalu lintas, baik dari arah timur maupun barat menumpuk di sepanjang Jalan Yogya-Solo. Terutama mendekati traffic light, mulai dari bandara international Adisutjipto hingga perbatasan Sleman-Klaten di Prambanan.
“Lebih mantap lewat kota (Yogyakarta), karena lebih hafal jalannya. Sekalian mampir Yogyakarta,” kata pemudik Jakarta yang akan ke Solo, Bardi (51).
(hyk)