Anjuran ke Lapangan Bagi Wanita dan Anak-anak Ketika Idulfitri, Ini Hikmahnya
Kamis, 20 April 2023 - 17:16 WIB
Salah satu sunnah pada Hari Raya Idulfitri adalah keluar menuju lapangan sholat Id bagi wanita dan anak-anak. Rasulullah SAW memerintahkan kaum wanita keluar ke lapangan karena Hari Raya mesti disambut dengan suka cita oleh siapa saja.
Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah mengatakan:
يشرع خروج الصبيان والنساء في العيدين للمصلى من غير فرق بين البكر والثيب والشابة والعجوز والحائض
"Dianjurkan keluarnya anak-anak dan kaum wanita pada dua hari raya menuju lapangan, tanpa ada perbedaan, baik itu gadis, dewasa, pemudi, tua renta, dan juga wanita haid." (Fiqhus Sunnah, 1/318)
Ummu 'Athiyah radhiyallahu 'anha berkata:
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
"Kami diperintahkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun wanita haid, mereka terpisah dari tempat salat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab." Beliau menjawab: "Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya." (HR Al-Bukhari 324 dan Muslim 890)
Apa Hikmahnya?
Menurut Ustaz Farid Nu'man Hasan, hikmah keluarnya wanita menuju lapangan sholat 'Id adalah agar mereka bisa mendapatkan kebaikan dan doa kaum muslimin. Juga sebagai momen bagi kaum wanita dan anak-anak untuk mendapatkan pelajaran dan nasihat agama.
Hal ini ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ketika dahulu masih kecil, katanya:
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ
"Saya keluar bersama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, Beliau salat, kemudian berkhutbah, lalu mendatangi kaum wanita dan memberikan nasihat kepada mereka, memberikan peringatan dan memerintahkan mereka untuk bersedekah." (HR Al-Bukhari 975)
Perlu diperhatikan, hendaknya keluarnya kaum wanita tetap menjaga akhlak dan adab berpakaian yang dibenarkan syariat. Tidak berpakaian dan berhias seperti orang kafir, tidak menampakkan lekuk tubuh, menutup aurat secara sempurna, tidak mencolok, dan menjauhi wangi-wangian.
Tertulis di dalam Al-Mausu'ah:
أَمَّا التَّكْبِيرُ فِي عِيدِ الْفِطْرِ فَيَرَى جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ يُكَبَّرُ فِيهِ جَهْرًا وَاحْتَجُّوا بِقَوْلِهِ تَعَالَى : { وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ } قَال ابْنُ عَبَّاسٍ : هَذَا وَرَدَ فِي عِيدِ الْفِطْرِ بِدَلِيل عَطْفِهِ عَلَى قَوْله تَعَالَى : { وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ } وَالْمُرَادُ بِإِكْمَال الْعِدَّةِ بِإِكْمَال صَوْمِ رَمَضَانَ
"Adapun pada Idulfitri jumhur (mayoritas) fuqaha memandang bahwa bertakbir dilakukan dengan suara dikeraskan. Mereka berdalil dengan firman Allah Ta'ala: "Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu." Berkata Ibnu Abbas: ayat ini berbicara tentang Idul Fitri karena kaitannya dengan firmanNya: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya." Maksudnya dengan menyempurnakan jumlahnya, dengan menggenapkan puasa Ramadhan. (Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 13/213)
Syaikh Sayyid Sabiq rahimahullah mengatakan:
يشرع خروج الصبيان والنساء في العيدين للمصلى من غير فرق بين البكر والثيب والشابة والعجوز والحائض
"Dianjurkan keluarnya anak-anak dan kaum wanita pada dua hari raya menuju lapangan, tanpa ada perbedaan, baik itu gadis, dewasa, pemudi, tua renta, dan juga wanita haid." (Fiqhus Sunnah, 1/318)
Ummu 'Athiyah radhiyallahu 'anha berkata:
أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
"Kami diperintahkan Nabi shollallahu 'alaihi wasallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Adapun wanita haid, mereka terpisah dari tempat salat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: "Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab." Beliau menjawab: "Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya." (HR Al-Bukhari 324 dan Muslim 890)
Apa Hikmahnya?
Menurut Ustaz Farid Nu'man Hasan, hikmah keluarnya wanita menuju lapangan sholat 'Id adalah agar mereka bisa mendapatkan kebaikan dan doa kaum muslimin. Juga sebagai momen bagi kaum wanita dan anak-anak untuk mendapatkan pelajaran dan nasihat agama.
Hal ini ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ketika dahulu masih kecil, katanya:
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ
"Saya keluar bersama Nabi shollallahu 'alaihi wasallam pada hari Idul Fitri atau Idul Adha, Beliau salat, kemudian berkhutbah, lalu mendatangi kaum wanita dan memberikan nasihat kepada mereka, memberikan peringatan dan memerintahkan mereka untuk bersedekah." (HR Al-Bukhari 975)
Perlu diperhatikan, hendaknya keluarnya kaum wanita tetap menjaga akhlak dan adab berpakaian yang dibenarkan syariat. Tidak berpakaian dan berhias seperti orang kafir, tidak menampakkan lekuk tubuh, menutup aurat secara sempurna, tidak mencolok, dan menjauhi wangi-wangian.
Tertulis di dalam Al-Mausu'ah:
أَمَّا التَّكْبِيرُ فِي عِيدِ الْفِطْرِ فَيَرَى جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ يُكَبَّرُ فِيهِ جَهْرًا وَاحْتَجُّوا بِقَوْلِهِ تَعَالَى : { وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ } قَال ابْنُ عَبَّاسٍ : هَذَا وَرَدَ فِي عِيدِ الْفِطْرِ بِدَلِيل عَطْفِهِ عَلَى قَوْله تَعَالَى : { وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ } وَالْمُرَادُ بِإِكْمَال الْعِدَّةِ بِإِكْمَال صَوْمِ رَمَضَانَ
"Adapun pada Idulfitri jumhur (mayoritas) fuqaha memandang bahwa bertakbir dilakukan dengan suara dikeraskan. Mereka berdalil dengan firman Allah Ta'ala: "Hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu." Berkata Ibnu Abbas: ayat ini berbicara tentang Idul Fitri karena kaitannya dengan firmanNya: "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya." Maksudnya dengan menyempurnakan jumlahnya, dengan menggenapkan puasa Ramadhan. (Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, 13/213)
(rhs)