Khutbah Jumat Terakhir di Bulan Syawal, Berbenah Diri Pasca-Ramadan

Jum'at, 19 Mei 2023 - 05:10 WIB
Khutbah Jumat Syawal ini mengingatkan kita untuk berbenah diri setelah berlalu dari Ramadhan, sekaligus persiapan menyambut bulan haram pertama Zulkaidah. Foto/Ist
Hari ini kita berada di Hari Jumat terakhir bulan Syawal bertepatan 19 Mei 2023 atau 28 Syawal 1444 Hijriyah. Berikut materi khutbah Jumat yang dapat kita jadikan pelajaran pasca-Ramadan.

Khutbah Jumat ini mengingatkan kita untuk berbenah diri setelah berlalu dari bulan suci Ramadhan, sekaligus persiapan menyambut bulan haram pertama Zulkaidah. Berikut khutbah Jumat Syawal dilansir dari laman NU Online:

Khutbah Pertama

الحَمْدُ للهِ الّذِي لَهُ مَا فِي السمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَلَهُ الحَمْدُ فِي الآخرَة الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وهو الرّحِيم الغَفُوْر. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


Jamaah shalat Jumat rahimakumullah!

Ramadan telah lewat dan kita memasuki bulan Syawal lalu bulan-bulan berikutnya yang mungkin bagi kebanyakan orang kurang istimewa. Ramadhan yang istimewa hadir dengan janji pelipatgandaan pahala, menekankan pengekangan hawa nafsu, dan momen menumpuk amal saleh sebanyak-banyaknya.

Ramadhan dengan demikian menjadi saat-saat penggemblengan hamba menjadi orang yang semakin dekat dengan Allah atau dalam bahasa Al-Qur'an mencetak insan yang bertakwa (la'allakum tattaqun).

Di dalam Ramadhan, umat Islam dianugerahi malam spesial bernama Lailatul Qadar yang setara dengan seribu bulan. Artinya melakukan satu amal kebaikan pada malam itu setara dengan seribu amal kebaikan pada malam-malam di luarnya. Tidurnya orang berpuasa bernilai ibadah, diamnya orang yang berpuasa bernilai tasbih, doanya dikabulkan, dan balasan atas perbuatan baiknya dilipatgandakan.

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


Artinya: "Setiap amal kebaikan manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Jamaah sholat Jumat rahimakumullah!

Muncul pertanyaan, mengapa Allah memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang. Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu, Allah pun mengistimewakan Ramadhan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba meningkatkan

Kedua, Ramadhan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah nyaris terlupakan.

Kita sering mendengar seorang ibu yang merayu anaknya dengan iming-iming hadiah untuk mencegahnya dari tindakan-tindakan bandel tertentu. Jangan-jangan Ramadhan adalah hadiah karena Allah tahu kita terlalu bandel, tak cukup waktu untuk bermesraan dengan-Nya, tak banyak waktu untuk mengingat-Nya. Itulah mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي


"Ya Allah Engkaulah maha pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku."

Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal? Sudahkah kita bebas dari tindakan menyakiti orang lain?

Seberapa ikhlas kita meninfakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita? Seberapa semangat kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia? Dan seterusnya dan sebagainya.

Pembicaraan ampunan juga muncul dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu. Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan. Melalui Ramadhan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan.

Memahami Ramadhan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah Ta'ala. Tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadhan.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَقَدۡ نَزَّلَ عَلَيۡكُمۡ فِى الۡـكِتٰبِ اَنۡ اِذَا سَمِعۡتُمۡ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكۡفَرُ بِهَا وَيُسۡتَهۡزَاُبِهَا فَلَا تَقۡعُدُوۡا مَعَهُمۡ حَتّٰى يَخُوۡضُوۡا فِىۡ حَدِيۡثٍ غَيۡرِهٖۤ‌ ‌ ۖ اِنَّكُمۡ اِذًا مِّثۡلُهُمۡ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ‌‌‌الۡمُنٰفِقِيۡنَ وَالۡكٰفِرِيۡنَ فِىۡ جَهَـنَّمَ جَمِيۡعَا
Dan sungguh, Allah telah menurunkan ketentuan bagimu di dalam Kitab (Al-Qur'an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena kalau tetap duduk dengan mereka, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di neraka Jahanam,

(QS. An-Nisa Ayat 140)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More