Sikap Muslim Menghadapi Takdir Buruk Menurut Imam Ibnu Qayyim

Minggu, 27 Agustus 2023 - 10:40 WIB
Seorang mukmin hendaknya meyakini bahwa ia hanyalah milik Allah sehingga ia ridha dengan segala pengaturan dan takdir yang diputuskan atasnya. Foto ilustrasi/ist
Segala takdir bagi seorang muslim hendaknya dipercaya hanya dari Allah semata. Baik takdir baik maupun takdir yang buruk. Namun demikian, janganlah kita beranggapan bahwa keburukan itu bagian dari Allah, karena tidak ada satupun keburukan yang terdapat pada diri Allah. Tidak boleh satupun keburukan disandarkan pada dzat, nama, sifat, dan perbuatan-Nya.

Lantas, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim saat mengalami takdir buruk? Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya 'Al Fawaid' menjelaskan, “Jika sebuah takdir yang buruk meninpa seorang hamba, maka ia memiliki enam sikap dan sisi pandang". Apa saja sikap dan sisi pandang tersebut?

1. Pandangan tauhid

Bahwa Allah-lah yang menakdirkan, menghendaki, dan menciptakan kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah kehendaki tidak pasti terjadi.

Seorang mukmin hendaknya meyakni bahwa segala yang terjadi dalam hidupnya telah Allah tetapkan padanya, baik atau buruk. Yakinlah bahwa setiap yang Allah tetapkan punya hikmah di baliknya, yang mungkin nanti akan kita ketahui atau tidak.

Ketika menghadapi sebuah musibah, misalnya bencana, didzalimi, atau difitnah orang lain, maka pandanglah dalam kacamata tauhid tadi. “Bahwasanya Allah telah memilih saya untuk jadi korban musibah ini. Saya tidak akan memprotes takdir.”

Sehingga pada saat tertimpa musibah, seorang hamba akan menerimanya dengan lapang dada dan menggantungkan harapannya semata hanya kepada Allah. Selain itu, cara pandang seperti ini akan meningkatkan ketaqwaan kita sebagai hamba kepada Allah.

2.Pandangan keadilan

Sebaik-baiknya keadilan adalah keadilan dari Allah Subahanahu wa ta’ala. Bahwasanya setiap kejadian yang telah ditakdirkan pada seorang hamba, pastilah yang paling adil dari sisi Allah. Perlu diingatkan pula bahwa Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada hamba-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍ لِّلْعَبِيدِ


“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS Fushshilat: 46).

Kemudian Allah juga berfirman,

“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS Asy-Syuuraa: 30).

3. Pandangan kasih sayang

Bahwa rahmat Allah dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan siksaan-Nya yang keras, serta rahmat-Nya memenuhinya. Jikalau memang takdir buruk tersebut merupakan tanda murkanya Allah kepada hamba-Nya, maka yakinlah bahwa ada rahmat dan kasih sayang Allah yang lebih besar daripada kemuraan-Nya. Bahwa kasih sayangnya tersebut mampu mengalahkan murka-Nya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَٱكْتُبْ لَنَا فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ إِنَّا هُدْنَآ إِلَيْكَ ۚ قَالَ عَذَابِىٓ أُصِيبُ بِهِۦ مَنْ أَشَآءُ ۖ وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ ۚ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِنَا يُؤْمِنُونَ


“Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman: "Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (QS Al Araf: 156).

Dalam salah satu hadis disebutkan,

“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

4.Pandangan hikmah

Hikmah-Nya menuntut menakdirkan kejadian itu, tidaklah Dia menakdirkan begitu saja tanpa tujuan dan tidaklah pula Dia memutuskan suatu ketentuan takdir dengan tanpa hikmah.

Ada alasan di balik tiap peristiwa. Di situlah hikmah Allah berada. Sayangnya, hikmah dan alasan tersebut tidak selalu diketahui oleh seorang hamba. Walau demikian, ketidaktahuan ini janganlah jadi penghalangan bagi kita agar senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Sebagaimana kita tahu, Allah Maha Bijaksana dalam menetapkan takdir bagi tiap makhluknya.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡاۤ اَنۡ يَّسۡتَغۡفِرُوۡا لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ وَ لَوۡ كَانُوۡۤا اُولِىۡ قُرۡبٰى مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ اَنَّهُمۡ اَصۡحٰبُ الۡجَحِيۡمِ
Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabatnya, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.

(QS. At-Taubah Ayat 113)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More