Surat al-'Ashr : Bacaan, Keutamaan dan Penjelasannya
Rabu, 30 Oktober 2024 - 17:20 WIB
Dalam Al Qur'an, Allah Ta'ala telah bersumpah demi waktu atau masa (wal-asr) . Ini menunjukkan pentingnya waktu. Maka sudah sepantasnya manusia memanfaatkan waktu secara baik, efektif dan semaksimal mungkin untuk amal shalih.
Allâh Ta’ala telah bersumpah dengan menyebut masa (waktu) dalam Surat Al-Ashr :
wal-‘aṣr
(Demi masa).
innal-insāna lafī khusr
(Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian).
illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr
(kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran).(QS al-‘Ashr : 1-3).
Allah bersumpah demi waktu
'Ashr. Sebab, waktu adalah salah satu nikmat yang agung dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia.
Selain itu, sesungguhnya di dalam masa terdapat keajaiban-keajaiban. Di dalam masa terjadi kesenangan dan kesusahan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan.
Jika seseorang menyia-nyiakan umurnya, sepanjang hidupnya penuh maksiat, namun ia bertaubat di akhir hayatnya, dengan taubat yang diterima, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan sempurna sebagai balasannya, berada di dalam surga selama-lamanya.
Dia betul-betul mengetahui bahwa waktu hidupnya yang paling berharga adalah sedikit masa taubatnya itu. Sesungguhnya masa merupakan anugerah Allâh Ta’ala, tidak ada cela padanya, manusia-lah yang tercela ketika tidak memanfaatkannya.
Syaikh Muhammad Bin Shalih Bin Al-Utsaimin, dalam Adh-Dhiyâ’ Al-Lâmi’ Min al-Khuthab al-Jawâmi’ menjelaskan, Allâh Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan masa, bahwa setiap manusia berada dalam kerugian.
Meskipun ia berlimpah harta, keturunan dan menjulang tinggi kedudukannya. Kecuali mereka yang mempunyai 4 kriteria yang disebutkan Allah Ta'ala dalam Surat Al-Ashr. Kriteria itu adalah :
Iman. Yaitu iman yang tidak dinodai dengan keraguan. Ini mencakup semua hal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Iman yang berupa aqidah yang shahih dan ilmu yang bermanfaat. Iman ini bukan sekadar membenarkan saja. Namun harus disertai dengan sikap menerima dan tunduk.
Amal shalih. Yaitu semua ucapan atau perbuatan yang mendekatkannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Misalnya, shalat, zakat, bakti pada dua orang tua, menyambung silaturahim dan lainnya.
Allâh Ta’ala telah bersumpah dengan menyebut masa (waktu) dalam Surat Al-Ashr :
وَٱلْعَصْرِ
wal-‘aṣr
(Demi masa).
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
innal-insāna lafī khusr
(Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian).
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
illallażīna āmanụ wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr
(kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran).(QS al-‘Ashr : 1-3).
Allah bersumpah demi waktu
'Ashr. Sebab, waktu adalah salah satu nikmat yang agung dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia.
Selain itu, sesungguhnya di dalam masa terdapat keajaiban-keajaiban. Di dalam masa terjadi kesenangan dan kesusahan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan.
Jika seseorang menyia-nyiakan umurnya, sepanjang hidupnya penuh maksiat, namun ia bertaubat di akhir hayatnya, dengan taubat yang diterima, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan sempurna sebagai balasannya, berada di dalam surga selama-lamanya.
Dia betul-betul mengetahui bahwa waktu hidupnya yang paling berharga adalah sedikit masa taubatnya itu. Sesungguhnya masa merupakan anugerah Allâh Ta’ala, tidak ada cela padanya, manusia-lah yang tercela ketika tidak memanfaatkannya.
Syaikh Muhammad Bin Shalih Bin Al-Utsaimin, dalam Adh-Dhiyâ’ Al-Lâmi’ Min al-Khuthab al-Jawâmi’ menjelaskan, Allâh Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan masa, bahwa setiap manusia berada dalam kerugian.
Meskipun ia berlimpah harta, keturunan dan menjulang tinggi kedudukannya. Kecuali mereka yang mempunyai 4 kriteria yang disebutkan Allah Ta'ala dalam Surat Al-Ashr. Kriteria itu adalah :
Iman. Yaitu iman yang tidak dinodai dengan keraguan. Ini mencakup semua hal yang bisa mendekatkan dirinya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Iman yang berupa aqidah yang shahih dan ilmu yang bermanfaat. Iman ini bukan sekadar membenarkan saja. Namun harus disertai dengan sikap menerima dan tunduk.
Amal shalih. Yaitu semua ucapan atau perbuatan yang mendekatkannya kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Misalnya, shalat, zakat, bakti pada dua orang tua, menyambung silaturahim dan lainnya.