Sihir di Era Nabi Sulaiman: Pada Awalnya Dijalankan Orang Yahudi
Minggu, 17 November 2024 - 05:15 WIB
PARA nabi-nabi dan rasul-rasul sebelum Nabi Muhammad SAW , seperti Nabi Sulaiman dan Nabi Musa as telah menghadapi orang-orang dan musuh yang memakai ilmu sihir .
Dalam al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 102 Allah SWT berfirman: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut.
Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir."
Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu." ( QS Al-Baqarah : 102)
Imam ath-Thabari mencari tahu kepentingan dua malaikat Harut dan Marut di kota Babil, dengan membawa tujuan apakah Allah menurunkan keduanya di kota Babil, sehingga keduanya mengerjakan sihir kepada manusia di sana.
Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya berjudul "Alam Makhluk Supernatural" (Jakarta: CV Firdaus, 1992) menyebutkan sesungguhnya Allah telah menurunkan kebaikan atau kejahatan yang menjelaskan semua ini kepada pengikutnya setelah itu menurunkan kepada Nabi untuk menyuruh mereka agar mengajarkan makhluknya mengenalkan mereka, apa yang dihalalkan bagi mereka dan apa yang dihalalkan.
"Bahwasanya sihir itu adalah suatu objek kemaksiatan yang dikabarkan kepada mereka serta melarang mereka mengerjakanya. Seperti dalam kisah Nabi Sulaiman AS," ujar Umar Sulaiman Al-Asyqar.
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Ma’rut sedang keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu) sebab itu janganlah kamu kafir” maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dan istrinya.
Taufik Hidayat dalam "Eksistensi Sihir Dalam Mendekontruksi Akidah Muslim" menjelaskan mereka itu ahli sihir tidak memberi mudharat dengan sihirnya, kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah, dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak member manfaat.
Sesungguhnya mereka telah percaya bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”.
Penjelasan QS Al-Baqarah 102 di atas dapat disimpulkan bahwa asal mula sihir dijalankan orang Yahudi. Ilmu sihir sudah ada pada masa Nabi Nuh as karena Allah SWT telah menyebutkan kaum Nabi Nuh yang sebagai ahli sihir.
Begitu juga, ilmu sihir ini berkembang pesat pada masa Firaun dan kaumnya. Semua ini terjadi sebelum kenabian Sulaiman as
Beda Tafsir
Para ahli agama berbeda tafsir tentang Surat al-Baqarah ayat 102 ini. Ada yang menafsirkan bahwa Nabi Sulaiman pernah mengumpulkan buku sihir dan perdukunan, setelah itu Nabi Sulaiman menyimpannya di bawah kursi. Sehingga para setan tidak ada yang berani tidak mendekati kursi kursi itu.
Saat Nabi Sulaiman dan para ulama yang mengetahui hal itu maka setan-setan itu mendatangi para kaum Yahudi dan bertanya, “apakah kalian mau aku beri tahu tentang peninggalan yang tidak ternilai harganya?” dengan setuju maka kaum Yahudi menjawab “ya” kemudian setan-setan itu memerintahkan kaum Yahudi untuk mengambil di bawah kursi Nabi Sulaiman, lalu kaum Yahudi mengambil kursi itu dan mereka menemukan kitab-kitab tersebut.
Selanjutnya setan-setan itu berkata kepada mereka “sesungguhnya Sulaiman menguasai manusia dan jin dengan kitab-kitab ini.”
Sejak saat kejadian peristiwa ini tersebarlah berita bahwa Nabi Sulaiman as adalah ahli sihir, maka ketika al-Qur’an turun dan Allah menyebutkan Sulaiman dalam daftar para Nabi, orang-orang Yahudi tidak terima dan mengingkarinya.
Dalam al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 102 Allah SWT berfirman: "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut.
Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir."
Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu." ( QS Al-Baqarah : 102)
Imam ath-Thabari mencari tahu kepentingan dua malaikat Harut dan Marut di kota Babil, dengan membawa tujuan apakah Allah menurunkan keduanya di kota Babil, sehingga keduanya mengerjakan sihir kepada manusia di sana.
Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya berjudul "Alam Makhluk Supernatural" (Jakarta: CV Firdaus, 1992) menyebutkan sesungguhnya Allah telah menurunkan kebaikan atau kejahatan yang menjelaskan semua ini kepada pengikutnya setelah itu menurunkan kepada Nabi untuk menyuruh mereka agar mengajarkan makhluknya mengenalkan mereka, apa yang dihalalkan bagi mereka dan apa yang dihalalkan.
"Bahwasanya sihir itu adalah suatu objek kemaksiatan yang dikabarkan kepada mereka serta melarang mereka mengerjakanya. Seperti dalam kisah Nabi Sulaiman AS," ujar Umar Sulaiman Al-Asyqar.
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Ma’rut sedang keduanya tidak mengerjakan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu) sebab itu janganlah kamu kafir” maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang suami dan istrinya.
Taufik Hidayat dalam "Eksistensi Sihir Dalam Mendekontruksi Akidah Muslim" menjelaskan mereka itu ahli sihir tidak memberi mudharat dengan sihirnya, kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah, dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak member manfaat.
Sesungguhnya mereka telah percaya bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui”.
Penjelasan QS Al-Baqarah 102 di atas dapat disimpulkan bahwa asal mula sihir dijalankan orang Yahudi. Ilmu sihir sudah ada pada masa Nabi Nuh as karena Allah SWT telah menyebutkan kaum Nabi Nuh yang sebagai ahli sihir.
Begitu juga, ilmu sihir ini berkembang pesat pada masa Firaun dan kaumnya. Semua ini terjadi sebelum kenabian Sulaiman as
Beda Tafsir
Para ahli agama berbeda tafsir tentang Surat al-Baqarah ayat 102 ini. Ada yang menafsirkan bahwa Nabi Sulaiman pernah mengumpulkan buku sihir dan perdukunan, setelah itu Nabi Sulaiman menyimpannya di bawah kursi. Sehingga para setan tidak ada yang berani tidak mendekati kursi kursi itu.
Saat Nabi Sulaiman dan para ulama yang mengetahui hal itu maka setan-setan itu mendatangi para kaum Yahudi dan bertanya, “apakah kalian mau aku beri tahu tentang peninggalan yang tidak ternilai harganya?” dengan setuju maka kaum Yahudi menjawab “ya” kemudian setan-setan itu memerintahkan kaum Yahudi untuk mengambil di bawah kursi Nabi Sulaiman, lalu kaum Yahudi mengambil kursi itu dan mereka menemukan kitab-kitab tersebut.
Selanjutnya setan-setan itu berkata kepada mereka “sesungguhnya Sulaiman menguasai manusia dan jin dengan kitab-kitab ini.”
Sejak saat kejadian peristiwa ini tersebarlah berita bahwa Nabi Sulaiman as adalah ahli sihir, maka ketika al-Qur’an turun dan Allah menyebutkan Sulaiman dalam daftar para Nabi, orang-orang Yahudi tidak terima dan mengingkarinya.
(mhy)