Inilah Pandangan Al-Qur'an Tentang Posisi dan Kedudukan Anak
Rabu, 09 September 2020 - 20:23 WIB
Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah Ta'ala berikan kepada setiap orang tua. Mereka adalah hasil cinta kasih kedua orang tuanya, buah hati, pelipur lara, pelengkap keceriaan rumah tangga, penerus cita-cita sekaligus investasi pelindung orang tua terutama ketika mereka sudah dewasa dan orang tua sudah berusia lanjut.
Seorang anak juga bisa menjadi penyelamat orang tuanya nanti di hari akhirat bahkan ada anak yang akan memasangkan mahkota di kepala kedua orang tuanya jika di dunia ini mereka mampu menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi, anak juga bisa menjadi penghalang orang tua untuk masuk surga jika anaknya mengerjakan kemaksiatan di dunia.
(Baca juga : Mengenalkan Ketauhidan Sejak Dini pada Anak )
Oleh sebab itu, Islam memiliki pandangan yang berbeda terhadap anak jika dilihat dari perspektif Al-Qur’an, dan Al-Qur’an menempatkan beberapa posisi anak di dalam kehidupan ini, yakni :
1. Anak sebagai penyejuk hati (Qurrota a'yun)
Sebagai Qurrata a’yun (penyejuk hati) kedua orang tuanya, inilah kedudukan anak yang terbaik yakni manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukan mata kedua orangtuanya. Mereka adalah anak-anak yang apabila ditunjukkan untuk beribadah, seperti salat, mereka segera melaksanakannya dengan suka cita.
Apabila diperintahkan belajar, mereka segera menaatinya. Mereka juga anak-anak yang baik budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan, serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Seperti diungkap dalam firman Allah Ta'ala:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Furqan : 74)
(Baca juga : Waspada Ghibah Model Ini! Tanpa Disadari Kita Sering Melakukannya )
2. Anak sebagai perhiasan dunia (Ziinatun Hayat)
Allah Ta'ala berfirman:
أَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi : 46)
Anak sebagai ziinatun (perhiasan dunia) dimaksudkan bahwa anak bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi orangtuanya. Mereka merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai prestasi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik namanya di depan masyarakat. Ini semua merupakan perhiasan dunia bagi orang tua terhadap prestasi-prestasi yang dicapai oleh anaknya.
(Baca juga : Istri pun Manusia Biasa, Jangan Paksakan Seperti Bidadari Surga )
3. Anak sebagai ujian atau fitnah (Fitnatun)
Allah Ta'ala berfirman:
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Seorang anak juga bisa menjadi penyelamat orang tuanya nanti di hari akhirat bahkan ada anak yang akan memasangkan mahkota di kepala kedua orang tuanya jika di dunia ini mereka mampu menghafal Al-Qur’an. Akan tetapi, anak juga bisa menjadi penghalang orang tua untuk masuk surga jika anaknya mengerjakan kemaksiatan di dunia.
(Baca juga : Mengenalkan Ketauhidan Sejak Dini pada Anak )
Oleh sebab itu, Islam memiliki pandangan yang berbeda terhadap anak jika dilihat dari perspektif Al-Qur’an, dan Al-Qur’an menempatkan beberapa posisi anak di dalam kehidupan ini, yakni :
1. Anak sebagai penyejuk hati (Qurrota a'yun)
Sebagai Qurrata a’yun (penyejuk hati) kedua orang tuanya, inilah kedudukan anak yang terbaik yakni manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukan mata kedua orangtuanya. Mereka adalah anak-anak yang apabila ditunjukkan untuk beribadah, seperti salat, mereka segera melaksanakannya dengan suka cita.
Apabila diperintahkan belajar, mereka segera menaatinya. Mereka juga anak-anak yang baik budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan, serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
Seperti diungkap dalam firman Allah Ta'ala:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS Al-Furqan : 74)
(Baca juga : Waspada Ghibah Model Ini! Tanpa Disadari Kita Sering Melakukannya )
2. Anak sebagai perhiasan dunia (Ziinatun Hayat)
Allah Ta'ala berfirman:
أَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً وَخَيْرٌ أَمَلاً
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS Al-Kahfi : 46)
Anak sebagai ziinatun (perhiasan dunia) dimaksudkan bahwa anak bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi orangtuanya. Mereka merasa sangat senang dan bangga dengan berbagai prestasi yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan terbawa baik namanya di depan masyarakat. Ini semua merupakan perhiasan dunia bagi orang tua terhadap prestasi-prestasi yang dicapai oleh anaknya.
(Baca juga : Istri pun Manusia Biasa, Jangan Paksakan Seperti Bidadari Surga )
3. Anak sebagai ujian atau fitnah (Fitnatun)
Allah Ta'ala berfirman:
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ