Kisah Bijak: Orang-Orang Buta dan Gajah

Sabtu, 09 Mei 2020 - 17:17 WIB
Kisah ini lebih populer dalam versi Rumi, The Elephant in The Dark House. Ilustrasi/Ist
DI seberang negeri Ghor ada sebuah kota. Semua penduduknya buta. Seorang raja beserta rombongannya lewat dekat kota itu; ia membawa pasukan dan bertenda di gurun. Raja itu mempunyai seekor gajah perkasa, yang digunakannya untuk berperang dan membuat rakyat kagum. ( )

Penduduk kota itu sangat antusias ingin melihat gajah tersebut, dan beberapa dari mereka yang buta itu pun berlari seperti orang tolol untuk mendekatinya.

Karena sama sekali tak tahu rupa atau bentuk gajah, mereka hanya bisa meraba-raba, mencari kejelasan dengan menyentuh bagian tubuhnya.

Masing-masing hanya menyentuh satu bagian, tetapi berpikir telah mengetahui sesuatu.

Sekembalinya ke kota, orang-orang yang hendak tahu segera mengerubungi mereka. Orang-orang itu tidak sadar bahwa mereka mencari tahu tentang kebenaran kepada sumber yang sebenamya telah tersesat.

Mereka bertanya tentang bentuk dan wujud gajah, dan menyimak semua yang disampaikan.

Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Jawabnya, "Gajah itu besar, terasa kasar, luas, dan lebar seperti permadani."

Lalu, orang yang meraba belalai gajah berkata, "Aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah. Gajah itu mirip pipa lurus bergema, mengerikan dan suka merusak."

Terakhir, orang yang memegang kaki gajah berkata, "Gajah itu kuat dan tegak, seperti tiang."

Masing-masing hanya menyentuh satu bagian saja, dan keliru memahaminya. Tak ada akal yang tahu segalanya: pengetahuan bukanlah sahabat orang buta. Semua membayangkan sesuatu, sesuatu yang salah.

Ciptaan tidak mengetahui tentang keilahian. Tak ada jalan dalam pengetahuan ini yang bisa ditempuh dengan kemampuan biasa.

Kisah ini lebih populer dalam versi Rumi, The Elephant in The Dark House, yang dimuat dalam Mathnawi. Guru Rumi, Hakim Sanai, lebih dahulu mengisahkan kisah ini lewat buku pertamanya, sebuah karya klasik The Walled Garden of the Truth. Beliau wafat talus 1150.

Kedua kisah tersebut pada dasarnya berbicara tentang hal yang sama, yang menurut tradisi, telah digunakan oleh guru-guru Sufi selama berabad-abad. ( )

Idries Shah, Tales of The Dervishes, The Octagon Press, London, penerjemah Ahmad Bahar.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
لَاۤ اِكۡرَاهَ فِى الدِّيۡنِ‌ۙ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشۡدُ مِنَ الۡغَىِّ‌ۚ فَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِالطَّاغُوۡتِ وَيُؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسۡتَمۡسَكَ بِالۡعُرۡوَةِ الۡوُثۡقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا‌‌ ؕ وَاللّٰهُ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌ
Tidak ada paksaan dalam menganut agama Islam, sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

(QS. Al-Baqarah Ayat 256)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More