Rasulullah Tak Diamkan Kesalahan Akidah Umat yang Baru Peluk Islam

Senin, 13 April 2020 - 11:44 WIB
Selama belum terealisasikan tauhid pada umat ini maka tidak akan mungkin umat ini akan mendapatkan pertolongan. Foto/Ilustrasi: Ist
SEKELOMPOK kaum mu'minin para sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam (SAW) keluar menuju perang Hunain. Sebagian di antara mereka baru masuk Islam. Mereka melihat kaum musyrikin menggantungkan senjata-senjatanya pada sebuah pohon yang disebut dzaatu anwaat. Kepada pohon itu mereka meminta barakah darinya.

Pejuang Islam yang baru meninggalkan kejahiliyahan dan kesyirikan berkata: "Wahai Rasulullah, buatkanlah bagi kami dzaatu anwaat seperti mereka".

Rasulullah Shallallahu 'alaihi salam menjawab : "Allahu akbar" –dalam satu riwayat, subhanallah– ini adalah sunan (cara-cara). Demi jiwaku yang ada di tanganNya sungguh kalian telah mengatakan, seperti perkataan kaumnya Musa kepadanya,

?????? ??????? ???????? ????? ?????? ????????? ?

"Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". (QS. Al-A'raf 138) Diriwayatkan oleh Ahmad dan sahih.

"Perhatikanlah betapa agungnya hadis ini. Keadaan mereka yang baru keislamannya, tidak menghalangi Nabi SAW untuk mengingkari mereka dari satu kalimat yang akan menghantarkan pada kesyirikan," tulis Abdul Malik Ibnu Ahmad Ramadhani dalam buku yang diterjemahkan Ustadz Abu Hamzah Yusuf As-Salafi berjudul As Sabiil (Ilal … wal Tamkiin).

Keadaan mereka yang rapi berkelompok keluar dalam rangka memerangi orang-orang kafir tidak mencegah Rasulllah untuk mendiamkan kesalahan akidah yang ada pada mereka. Karena jika hal itu dilakukan akan lenyaplah jihad itu dan akan menimpa sesuatu yang Allah lebih tahu tentangnya. "Maka, tidak boleh selama-lamanya mendiamkan haq Allah untuk diibadahi ini satu syarat yang agung," tutur Abdul Malik.

Selama belum terealisasikan tauhid pada umat ini dan selama bersikap diam dari orang-orang lemah dan lanjut usia bahkan dari kebanyakan orang yang berpendidikan, menurut dia, maka tidak akan mungkin umat ini akan mendapatkan pertolongan atau menginginkan keberhasilan.

Jika demikian kerasnya sikap Rasulullah SAW dan marahnya karena Allah terhadap orang-orang yang hanya sekadar minta sesuatu yang serupa dengan orang-orang yang menggantungkan senjata-senjatanya pada suatu pohon tanpa menyembahnya atau pun berdoa padanya.

Maka bagaimana akan marahnya beliau terhadap orang-orang yang minta pertolongan pada penghuni kuburan atau yang membawa sebagian tanahnya supaya mendapatkan kemenangan.

Berkata Ibnul Qoyyim dalam Ighosatu lahfan (2/205), "Apabila menjadikan pohon untuk menggantungkan senjata dan berkumpul di sekitarnya adalah berarti telah menjadikan ilah selain Allah, padahal mereka tidak beribadah padanya dan tidak pula meminta padanya, maka apa kiranya dengan orang-orang yang berkumpul di sekitar kuburan, berdoa di sana dan menyeru kepadanya?"
(mith)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَذَرُوۡا ظَاهِرَ الۡاِثۡمِ وَبَاطِنَهٗ‌ؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ یَکْسِبُوۡنَ الۡاِثۡمَ سَيُجۡزَوۡنَ بِمَا كَانُوۡا يَقۡتَرِفُوۡنَ
Dan tinggalkanlah dosa yang terlihat ataupun yang tersembunyi. Sungguh, orang-orang yang mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan diberi balasan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.

(QS. Al-An'am Ayat 120)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More