Ketika Allah Cabut Al-Qur'an di Dalam Hati Hamba-Nya
Rabu, 05 Mei 2021 - 19:24 WIB
KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
Pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Saudaraku, salah satu bagian dari keimanan adalah berusaha menjaga Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan membaca, menghafal, mentadabburi, mengamalkan, dan mengajarkannya. Tiada nikmat terbesar yang diberikan Allah Al-Hafizh kepada orang-orang beriman, selain ditanamkannya rasa cinta kepada Al-Qur'an di dalam dadanya.
Maka, dia rela kehilangan apa saja asalkan keimanannya kepada Allah terjaga dan kecintaannya terhadap Al-Qur'an senantiasa terpelihara. Dia sangat ingin diakui sebagai bagian dari keluarga Allah sehingga dia senantiasa berusaha menjaga interaksi dengan Al-Qur'an, minimal dengan rutin membacanya, lebih jauh lagi berusaha menghafal dan memahami maknanya.
Karena itu, teramat merugi orang-orang yang telah Allah berikan Al-Qur'an kepadanya, akan tetapi mereka tidak berusaha menjaga dan memeliharanya. Akibatnya, Al-Qur'an pun menjauh dari hidup mereka.
Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran agar kita bersungguh sungguh menjaga dan memelihara Al-Quran sebagai bagian dari upaya meneladani asma' Allah Al-Hafizh.
Syekh Muhammad Ya'qub menceritakan bahwa dirinya pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian dia bercerita: "Wahai Syekh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal Al-Qur'an Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya sehingga akhirnya aku pun dapat menghafalkannya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai Al-Qu'ran sedikit pun. La haula wa la quwwata ila billah, justru yang aku rasakan Al-Qur'an adalah kesedihan bagi hatiku.
Aku seringkali berangan-angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan Al-Qur'an, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin.... aku ingin... aku ingin...!"
Kemudian laki-laki itu melanjutkan ceritanya, "Pada suatu malam, aku bermimpi. Aku melihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil Al-Qur'an dariku dengan kasar dan kuat."
Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat Al-Qur'an walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.
Demi Allah, demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap Al-Qur'an.
Sekarang wahai Syekh, aku tidak mampu menghafal Al-Qur'an walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. La haula wa la quwwata ila billah. (Hamdan Hamud Al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghapal Al-Qur'an, hlm. 166-167, Darus Sunnah)
Sumber:
Buku Asmaul Husna untuk Hidup Penuh Makna
Pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Saudaraku, salah satu bagian dari keimanan adalah berusaha menjaga Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan membaca, menghafal, mentadabburi, mengamalkan, dan mengajarkannya. Tiada nikmat terbesar yang diberikan Allah Al-Hafizh kepada orang-orang beriman, selain ditanamkannya rasa cinta kepada Al-Qur'an di dalam dadanya.
Maka, dia rela kehilangan apa saja asalkan keimanannya kepada Allah terjaga dan kecintaannya terhadap Al-Qur'an senantiasa terpelihara. Dia sangat ingin diakui sebagai bagian dari keluarga Allah sehingga dia senantiasa berusaha menjaga interaksi dengan Al-Qur'an, minimal dengan rutin membacanya, lebih jauh lagi berusaha menghafal dan memahami maknanya.
Karena itu, teramat merugi orang-orang yang telah Allah berikan Al-Qur'an kepadanya, akan tetapi mereka tidak berusaha menjaga dan memeliharanya. Akibatnya, Al-Qur'an pun menjauh dari hidup mereka.
Kisah berikut semoga bisa menjadi pelajaran agar kita bersungguh sungguh menjaga dan memelihara Al-Quran sebagai bagian dari upaya meneladani asma' Allah Al-Hafizh.
Syekh Muhammad Ya'qub menceritakan bahwa dirinya pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian dia bercerita: "Wahai Syekh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal Al-Qur'an Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya sehingga akhirnya aku pun dapat menghafalkannya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai Al-Qu'ran sedikit pun. La haula wa la quwwata ila billah, justru yang aku rasakan Al-Qur'an adalah kesedihan bagi hatiku.
Aku seringkali berangan-angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan Al-Qur'an, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin.... aku ingin... aku ingin...!"
Kemudian laki-laki itu melanjutkan ceritanya, "Pada suatu malam, aku bermimpi. Aku melihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil Al-Qur'an dariku dengan kasar dan kuat."
Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat Al-Qur'an walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.
Demi Allah, demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap Al-Qur'an.
Sekarang wahai Syekh, aku tidak mampu menghafal Al-Qur'an walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. La haula wa la quwwata ila billah. (Hamdan Hamud Al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghapal Al-Qur'an, hlm. 166-167, Darus Sunnah)
Sumber:
Buku Asmaul Husna untuk Hidup Penuh Makna
(rhs)