2 Jenis Terapi Penyakit Hasad, Nomor Terakhir Bisa Menjadi Penyempurna Iman
Senin, 07 Maret 2022 - 16:43 WIB
Terapi penyakit hasad merupakan salah satu ikhtiar agar bisa melepaskan diri dari penyakit hati yang berbahaya tersebut. Hasad sendiri, adalah penyakit rohani yang bisa menimpa siapaun. Tidak ada satu orangpun yang mungkin bisa lepas dari penyakit ini, karena itu kita sebagai muslim harus berusaha untuk bisa menyembuhkan diri kita dari penyakit berbahaya tersebut.
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam salah satu kajiannya yang membahas 'Kitab Aktualisasi Akhlak Muslim' di kanal Muslim Rodja menjelaskan, jenis penyakit hasad ini bertingkat-tingkat. Ada hasad yang sekadar membenci nikmat yang diberikan kepada saudara kita, dan ini mungkin adalah hasad yang ringan dan rendah.
"Tingkatan yang lebih berbahaya dari itu adalah hasad yang diiringi harapan agar nikmat itu hilang dari saudaranya. Dan yang lebih buruk dari itu adalah dia melampiaskan hasadnya dengan kata-kata. Misalnya dia menggibahi, menfitnah dan membuat dusta atas orang yang dihasadinya. Sedangkan yang lebih buruk dari itu adalah dia melaksanakan hasadnya itu dengan tindakan. Misalnya dia berusaha mencelakai atau bahkan membuhun orang yang dihasadinya,'ungkap dai yang rutin membahas parenting Islami ini.
Ustadz Abu Ihsan mengingatkan, sebelum hasad berkembang di dalam hati ada baiknya kita terapi. Berusaha membersihkan hati kita dari penyakit hasad. Muslim yang jiwanya lurus, tentu menyadari bahwa hasad harus segera disembuhkan, karena efeknya sangat mematikan dan berbahaya.
Ada beberapa terapi yang disampaikannya, di antaranya terapi penyakit hasad tersebut sebagai berikut:
1. Menggugah Kesadaran
Kita harus menyadari dan meyakini bahwa hasad adalah penyakit yang harus kita sembuhkan. Hasad adalah penyakit yang bisa mencelakakan dan mematikan dirinya sendiri dan bukan mencelakakan orang lain. Walaupun dalam benaknya dia ingin mencelakakan orang yang dia hasadinya.
Tanpa kesadaran ini, orang yang menderita penyakit hasad justru akan memelihara dan memupuknya hingga kian lama kian subur hasad itu bersemi didalam hatinya. Dengan kesadaran ini, akan timbul semangat menyembuhkan penyakit tersebut dari dirinya. Kesadaran ini akan timbul dengan ilmu yang bermanfaat.
2. Menuntut Ilmu
Memperdalam pengetahuan syar’i, terutama yang berkaitan dengan iman kepada takdir dan hal-hal lain yang perlu dia ketahui tentang buruknya hasad. Sehingga dengan ilmu yang mendalam itu seseorang mengetahui buruknya hasad. Lalu dia berusaha untuk menjauhinya. Kemudian setelah itu yang terjadi justru sebaliknya, yaitu dia mengharapkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana kebaikan yang dia inginkan terhadap dirinya sendiri. Itulah yang seharusnya ada didalam hatinya. Maka hasad itu dia ganti dengan perasaan tadi. Bahwa imannya tidak akan sempurna hingga dia menghendaki bagi saudaranya kebaikan seperti kebaikan yang ia kehendaki untuk dirinya sendiri.
Seseorang yang ingin mengobati hasad, maka harus memiliki pemahaman agama yang lurus. Baik dalam konteks yang global maupun yang terpinci. Adapun yang bersifat global yaitu meyakini bahwa segala sesuatu telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala berdasarkan qodho dan qodhar Allah subhanahu wa ta’ala. Segala yang telah ditetapkan pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi.
"Dari situ, seseorang akan meyakini bahwa Allah tidak mungkin salah didalam menetapkan dan membagi rejeki. Ketamakan serta kedengkian tidak akan menghambat rejeki yang telah ditetapkan oleh Allah kepada seseorang. Jika seseorang mengimani hal ini dengan benar, maka akan terkikislah sedikit demi sedikit penyakit hasad tersebut,"papar Ustadz Abu Ihsan.
Adapun pemahaman agama yang bersifat terperinci untuk menyembuhkan ini adalah menyadari bahwa memelihara hasad berarti membiarkan setitik kotoran menodai hati kita. Hasad adalah dosa dan dosa ibarat noda hitam yang menutupi hati. Semakin besar hasad kita, maka semakin besar titik hitam itu ada pada hati kita yang hingga pada akhirnya akan menutupi hati kita sehingga hati kita menjadi gelap tidak bisa memantulkan cahaya kepadanya.
Wallahu A'lam
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam salah satu kajiannya yang membahas 'Kitab Aktualisasi Akhlak Muslim' di kanal Muslim Rodja menjelaskan, jenis penyakit hasad ini bertingkat-tingkat. Ada hasad yang sekadar membenci nikmat yang diberikan kepada saudara kita, dan ini mungkin adalah hasad yang ringan dan rendah.
"Tingkatan yang lebih berbahaya dari itu adalah hasad yang diiringi harapan agar nikmat itu hilang dari saudaranya. Dan yang lebih buruk dari itu adalah dia melampiaskan hasadnya dengan kata-kata. Misalnya dia menggibahi, menfitnah dan membuat dusta atas orang yang dihasadinya. Sedangkan yang lebih buruk dari itu adalah dia melaksanakan hasadnya itu dengan tindakan. Misalnya dia berusaha mencelakai atau bahkan membuhun orang yang dihasadinya,'ungkap dai yang rutin membahas parenting Islami ini.
Ustadz Abu Ihsan mengingatkan, sebelum hasad berkembang di dalam hati ada baiknya kita terapi. Berusaha membersihkan hati kita dari penyakit hasad. Muslim yang jiwanya lurus, tentu menyadari bahwa hasad harus segera disembuhkan, karena efeknya sangat mematikan dan berbahaya.
Ada beberapa terapi yang disampaikannya, di antaranya terapi penyakit hasad tersebut sebagai berikut:
1. Menggugah Kesadaran
Kita harus menyadari dan meyakini bahwa hasad adalah penyakit yang harus kita sembuhkan. Hasad adalah penyakit yang bisa mencelakakan dan mematikan dirinya sendiri dan bukan mencelakakan orang lain. Walaupun dalam benaknya dia ingin mencelakakan orang yang dia hasadinya.
Tanpa kesadaran ini, orang yang menderita penyakit hasad justru akan memelihara dan memupuknya hingga kian lama kian subur hasad itu bersemi didalam hatinya. Dengan kesadaran ini, akan timbul semangat menyembuhkan penyakit tersebut dari dirinya. Kesadaran ini akan timbul dengan ilmu yang bermanfaat.
2. Menuntut Ilmu
Memperdalam pengetahuan syar’i, terutama yang berkaitan dengan iman kepada takdir dan hal-hal lain yang perlu dia ketahui tentang buruknya hasad. Sehingga dengan ilmu yang mendalam itu seseorang mengetahui buruknya hasad. Lalu dia berusaha untuk menjauhinya. Kemudian setelah itu yang terjadi justru sebaliknya, yaitu dia mengharapkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana kebaikan yang dia inginkan terhadap dirinya sendiri. Itulah yang seharusnya ada didalam hatinya. Maka hasad itu dia ganti dengan perasaan tadi. Bahwa imannya tidak akan sempurna hingga dia menghendaki bagi saudaranya kebaikan seperti kebaikan yang ia kehendaki untuk dirinya sendiri.
Seseorang yang ingin mengobati hasad, maka harus memiliki pemahaman agama yang lurus. Baik dalam konteks yang global maupun yang terpinci. Adapun yang bersifat global yaitu meyakini bahwa segala sesuatu telah ditetapkan dan ditentukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala berdasarkan qodho dan qodhar Allah subhanahu wa ta’ala. Segala yang telah ditetapkan pasti terjadi dan apa-apa yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi.
"Dari situ, seseorang akan meyakini bahwa Allah tidak mungkin salah didalam menetapkan dan membagi rejeki. Ketamakan serta kedengkian tidak akan menghambat rejeki yang telah ditetapkan oleh Allah kepada seseorang. Jika seseorang mengimani hal ini dengan benar, maka akan terkikislah sedikit demi sedikit penyakit hasad tersebut,"papar Ustadz Abu Ihsan.
Adapun pemahaman agama yang bersifat terperinci untuk menyembuhkan ini adalah menyadari bahwa memelihara hasad berarti membiarkan setitik kotoran menodai hati kita. Hasad adalah dosa dan dosa ibarat noda hitam yang menutupi hati. Semakin besar hasad kita, maka semakin besar titik hitam itu ada pada hati kita yang hingga pada akhirnya akan menutupi hati kita sehingga hati kita menjadi gelap tidak bisa memantulkan cahaya kepadanya.
Wallahu A'lam
(wid)