Hati-hati Perkara Hujan Bisa Membuat Seseorang Jadi Musyrik
Jum'at, 25 Maret 2022 - 17:02 WIB
Umat Islam hendaknya hati-hati dengan perkara syirik. Salah satu bentuk kesyirikan ialah meyakini sesuatu termasuk perkara turunnya hujan disebabkan oleh bintang ini dan itu.
Bahkan ketika seseorang meyakini turunnya hujan atau berhentinya hujan berkat usaha seorang pawang, maka ia termasuk golongan musyrik. Secara garis besar, syirik terbagi 3 yaitu:
1. Syirik dalam Uluhiyyah, yaitu seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah.
2. Syirik dalam Ar-Rububiyyah, yaitu seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya.
3. Syirik dalam Al-Asma' wa Ash-Shifat, yaitu seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya.
Bagaimana dengan perkara turunnya hujan ? Dalam perspektif Hadis disebutkan bahwa turunnya hujan menjadi penyebab manusia ke dalam dua golongan yaitu mukmin (orang beriman) dan kafir.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami sholat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?"
Orang-orang menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Beliau bersabda: "Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang." (HR Al-Bukhari No 801)
Umat Islam hendaknya meyakini bahwa turunnya hujan merupakan karunia Allah Ta'ala sebagaimana dijelaskan dalam Surat Qaf ayat 9-11:
"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."
Terkait bahaya syirik, Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
"Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) yang sebelummu, "Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi." (QS. Az-Zumar Ayat 65)
Bahkan ketika seseorang meyakini turunnya hujan atau berhentinya hujan berkat usaha seorang pawang, maka ia termasuk golongan musyrik. Secara garis besar, syirik terbagi 3 yaitu:
1. Syirik dalam Uluhiyyah, yaitu seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah.
2. Syirik dalam Ar-Rububiyyah, yaitu seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya.
3. Syirik dalam Al-Asma' wa Ash-Shifat, yaitu seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya.
Bagaimana dengan perkara turunnya hujan ? Dalam perspektif Hadis disebutkan bahwa turunnya hujan menjadi penyebab manusia ke dalam dua golongan yaitu mukmin (orang beriman) dan kafir.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhaini bahwasanya dia berkata, " Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami sholat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Setelah selesai Beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda: "Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?"
Orang-orang menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui."
Beliau bersabda: "Allah berfirman: Di pagi ini ada hamba-hamba Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, orang yang berkata bahwa Hujan turun kepada kita karena karunia Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya, maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang berkata bahwa Hujan turun disebabkan bintang ini atau itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang." (HR Al-Bukhari No 801)
Umat Islam hendaknya meyakini bahwa turunnya hujan merupakan karunia Allah Ta'ala sebagaimana dijelaskan dalam Surat Qaf ayat 9-11:
"Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam, dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, untuk menjadi rezeki hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan."
Terkait bahaya syirik, Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
وَلَـقَدۡ اُوۡحِىَ اِلَيۡكَ وَاِلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِكَۚ لَٮِٕنۡ اَشۡرَكۡتَ لَيَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
"Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-nabi) yang sebelummu, "Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi." (QS. Az-Zumar Ayat 65)
(rhs)