Pentingnya Mewujudkan Khaer Ummah

Selasa, 13 September 2022 - 09:56 WIB
Imam Shamsi Ali, Direktur/Imam Jamaica Muslim Center. Foto/Ist
Imam Shamsi Ali

Imam/Direktur Jamaica Muslim Center,

Presiden Nusantara Foundation

Satu hal yang banyak terlupakan adalah kenyataan bahwa umat ini terlahir dan ditakdirkan untuk memegang kepemimpinan manusia. Hal ini digambarkan dalam Al-Qur'an : "Iinni jaa'iluka linnaas Imaama" (sesungguhnya Aku, Allah, menjadikan kamu, wahai Ibrahim, Pemimpin bagi manusia).

Tentu kepemimpinan yang dimaksud bukan sekadar kepemimpinan biasa (ordinary leadership) yang secara umum dipahami di masyarakat. Tapi kepemimpinan dengan ciri dan karakter yang Allah, Pencipta langit dan bumi, telah tentukan.



Kepemimpinan dalam pemahaman umum adalah kepemimpinan yang selain sekadar berorientasi kekuasaan. Juga pada umumnya diperebutkan dengan cara-cara yang kerap jauh dari nilai dan ajaran Islam. Bahkan tidak jarang kepemimpinan dengan pemahaman seperti itu bertujuan jangka pendek dan and untuk kepentingan sempit lainnya.

Kepemimpinan dalam Islam itu dimaknai sebagai kepemimpinan yang berwawasan, berdasar, dan berorientasi kesalehan (righteousness). Dalam bahasa Al-Qur'an dikenal dengan "imaman lil-muttaqiin" (pemimpin bagi orang-orang bertakwa).

Kutipan ayat ini tentunya selain bahwa kepemimpinan dalam Islam itu bertujuan untuk menghadirkan nilai-nilai kesalehan (ketakwaan) dalam masyarakat. Juga bahwa mereka yang berada pada posisi kepemimpinan itu harus membuktikan kesalehan (ketakwaan) itu. Tanpa kesalehan pemimpin justeru hanya akan menambah kerusakan moral bagi masyarakat luas.

Minimal ada dua hal penting yang mendasari kenapa umat ini penting untuk mengendalikan kepemimpinan yang berkarakter kesalehan (ketakwaan) itu.

Pertama, karena umat ini memang telah ditakdirkan menjadi umat dengan karakter wasathiyah (umat pertengahan). Karakter ini dimaknai salah satunya bahwa umat ini harus mampu menghadirkan ketauladanan bagi seluruh umat manusia. Pemimpin seharusnya memiliki ketauladanan itu.

Kedua, dan ini yang lebih spesifik, karena umat ini telah ditakdirkan untuk menjadi Umat dengan karakter imtiyaz atau an Ummah of excellence. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an (Ali Imran: 110). Dengan karakter Istimewa (excellence) itulah umat ini seharusnya mengendalikan kepemimpinan itu.

Jalan Menuju Khaeriyah (Best) Ummah

Tentu pertanyaan yang paling mendasar adalah bagaimana agar umat ini mampu menjadi umat dengan karakter imtiyaz (excellence) tadi? Pada ayat itu sendiri disebutkan dua hal, yaitu: 1) amar ma'ruf dan nahi mungkar ditegakkan. 2) dengan keimanan yang solid kepada Allah.

Namun rincian dua hal itu akan saya bagi ke beberapa dalam poin penting untuk umat lakukan untuk bisa bangkit dan meraih posisi keutamaan (khaeriyah) tadi.

Pertama, umat perlu mereformasi wawasan keimanannya. Bukan mereformasi iman. Tapi cara pandang keimanan yang seringkali bersifat pasif dan cenderung defensif.

Hampir semua kata iman dalam Al-Qur'an itu berbentuk kata kerja "Aamanuu". Menunjukkan bahwa keimanan itu bukan sesuatu yang bersifat pasif. Tapi kata yang mengharuskan keaktifan dan pergerakan.

Karenanya iman itu selain menjadi fondasi dalam segala aspek kehidupan, juga harus menjadi mesin (engine) bagi perjalanan hidup. Orang beriman itu punya rasa percaya diri (self confidence), bahkan berani dan kuat menghadapi hiruk pikuk dunianya dengan imannya.

Sejarah membuktikan bahwa terbentuknya peradaban yang tinggi dengan karya dan inovasi yang dahsyat karena dorongan iman anak-anak Umat di masa lalu. Tengoklah sejarah, dari Madinah, Baghdad, hingga ke Eropa yang berpusat di Kordoba Spanyol.

Kedua, Urgensi menata hati. Hati itu adalah pusat kehidupan. Hatilah sebagai komando yang menentukan arah hidup. Hitam putihnya hidup seseorang ditentukan oleh hatinya (hadits).
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Semua perbuatan tergantung niatnya, dan balasan bagi tiap-tiap orang tergantung apa yang diniatkan; Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan

(HR. Bukhari No.1)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More