Misionaris Herbert Hobohm: Islam Memberikan Ketenangan Batin

Selasa, 13 Desember 2022 - 05:15 WIB
Mohammad Aman Hobohm. Foto/Ilustrasi: Wikidata
Dia terlahir dengan nama Herbert Hobohm. Seorang misionaris, diplomat, dan pekerja sosial. Dia telah melayani misi diplomatik Jerman di berbagai belahan dunia. Namanya berganti menjadi Mohammed Aman Hobohm setelah memeluk Islam pada tahun 1941.

Pria kelahiran 1926, termasuk di antara segelintir Muslim Jerman yang tinggal di Jerman dan hidup selama Perang Dunia II. Itu adalah masa yang sulit bagi Muslim Jerman.

Banyak yang telah meninggal, sementara yang lain telah meninggalkan negara itu untuk selamanya. Tidak ada imigran Muslim yang tersisa di negara itu.

Sholat Jumat berlangsung di sebuah rumah kecil dan jarang ada lebih dari 10 sampai 15 orang. Masing-masing membawa sebongkah batu bara untuk menghangatkan mushola yang dingin.





Hobohm berkata, “Saya telah hidup di bawah sistem kehidupan yang berbeda dan memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai ideologi, tetapi sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada yang sempurna seperti Islam. Tidak ada sistem yang memiliki kode lengkap tentang kehidupan yang mulia. Hanya Islam yang memilikinya dan itulah sebabnya orang-orang baik menerimanya. Islam tidak teoretis, tapi praktis. Itu berarti penyerahan total pada kehendak Tuhan."

Hobohm sempat bekerja sebagai atase kebudayaan di kedutaan Jerman di Riyadh, dan meninggal pada tahun 2014.

Berikut adalah penuturan Mohammed Aman Hobohm semasa hidupnya tentang Islam sebagaimana dinukil buku berjudul "Mengapa Kami Memilih Islam" oleh Rabithah Alam Islamy Mekkah yang dialih bahasakan Bachtiar Affandie (PT Alma'arif, 1981).

Mengapa orang-orang Barat memeluk agama Islam? Ada berbagai sebab yang mendorong mereka berbuat demikian. Pertama ialah bahwa kebenaran itu selalu kuat. Akidah-akidah/kepercayaan-kepercayaan Islam itu semuanya dapat diterima akal (rasional) dan sesuai dengan alam kemanusiaan, dan keistimewaannya lagi ialah bahwa setiap pencari kebenaran yang jujur pasti menerimanya.

Sebagai contoh ialah akidah Tauhid (Monotheisme). Perhatikan bagaimana akidah ini menimbulkan rasa harga diri pada manusia, membebaskan jiwa dari belenggu khurafat dan tahayul dan secara alamiah membimbing ummat manusia kepada persamaan, karena semua manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Satu dan hanya mengabdi/beribadah kepada-Nya saja.

Bagi orang Jerman khususnya, beriman kepada Tuhan itu merupakan sumber ilham, sumber keberanian dan sumber keamanan/ketenangan.



Iman kepada kehidupan akhirat sesudah mati, dapat mengubah pandangan kita terhadap kehidupan dunia, sehingga kehidupan dunia ini tidak lagi menjadi pusat perhatian kita yang terutama, dan sebagian besar kegiatan kita ditumpahkan dalam usaha mencapai kebahagiaan di akhirat.

Iman kepada hisab (perhitungan amal) mengajak manusia supaya meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat, sebab hanya kebaikanlah satu-satunya jalan ke arah tercapainya kesenangan yang kekal kelak di akhirat, walaupun perbuatan-perbuatan jahat/buruk itu mungkin menguntungkan di dunia yang bersifat sementara ini.

Dan kepercayaan bahwa tidak ada seorangpun yang akan mampu menghindarkan diri dari pembalasan atas segala amal perbuatannya di hadapan keadilan Tuhan, menyebabkan orang akan berpikir dua kali sebelum dia melakukan sesuatu kesalahan atau dosa. Dan pastilah kesadaran ini lebih kuat pengaruhnya dari pada angkatan kepolisian yang paling cakap sekalipun di dunia.

Soal lain yang menyebabkan orang-orang luar tertarik oleh Islam, ialah ketegasannya tentang toleransi. Sembahyang lima waktu setiap hari mengajarkan/melatih supaya orang bersikap teliti, dan puasa sebulan menyebabkan orang mampu menguasai nafsu/dirinya sendiri. Sedangkan ketelitian dan disiplin pribadi merupakan tanda orang besar dan baik.

Sekarang datanglah soal yang menyebabkan Islam sungguh-sungguh berjaya. Islam adalah satu-satunya ideologi yang berhasil menanamkan dalam jiwa para pengikutnya semangat menguasai batas-batas kesopanan dan moral, tanpa membutuhkan kekuatan pemaksa selain dari hati nuraninya sendiri, sebab seorang Muslim mengetahui bahwa di manapun dia berada, tetap di bawah pengawasan Tuhannya.



Kepercayaan inilah yang menghalanginya dari perbuatan maksiat. Dan karena tabiat manusia itu senang kepada kebaikan, maka Islam memberikan ketenangan batin dan ketenteraman hati, dan hal inilah yang tidak ada dalam kehidupan masyarakat Barat dewasa ini.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
cover top ayah
رَبَّنَاۤ اِنَّنَا سَمِعۡنَا مُنَادِيًا يُّنَادِىۡ لِلۡاِيۡمَانِ اَنۡ اٰمِنُوۡا بِرَبِّكُمۡ فَاٰمَنَّا  ۖرَبَّنَا فَاغۡفِرۡ لَنَا ذُنُوۡبَنَا وَكَفِّرۡ عَنَّا سَيِّاٰتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الۡاَبۡرَارِ‌ۚ (١٩٣) رَبَّنَا وَاٰتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلٰى رُسُلِكَ وَلَا تُخۡزِنَا يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ ‌ؕ اِنَّكَ لَا تُخۡلِفُ الۡمِيۡعَادَ (١٩٤)
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu. Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sungguh, Engkau tidak pernah mengingkari janji.

(QS. Ali 'Imran Ayat 193-194)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More