Asbabun Nuzul Surat Fathir yang Tidak Banyak Diketahui
Selasa, 03 Januari 2023 - 15:21 WIB
Surat Fathir adalah surah ke-35 dalam Al-Qur'an terdiri atas 45 ayat (Surah Makkiyah). Fathir artinya Pencipta diambil dari ayat pertama surah ini. Berikut Asbabun Nuzul (sebab turunnya) Surat Fathir.
Sekadar informasi, pada ayat pertama surat ini diterangkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, pencipta Malaikat, pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah sebagai bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Surat ini dinamai juga dengan surat Malaikat karena pada ayat pertama disebutkan bahwa Allah telah menjadikan Malaikat sebagai utusan-Nya yang mempunyai beberapa sayap.
Asbabun Nuzul Surat Fathir ini dijelaskan dalam empat ayat yaitu ayat ke 8, 29, 35, dan 42 sebagaiman dikutip dari Buku "Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuti.
Berikut firman Allah:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَٰتٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya: "Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS Fatir ayat 8)
Diriwayatkan oleh Jubair dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, dia mengatakan turunnya ayat ini, "Maka Apakah orang yang dijadikan (setan) akan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia dia meyakini pekerjaan itu baik..." turun berkenaan dengan Nabi Muhammad SAW yang berdoa:
"Ya Allah, semoga Engkau meneguhkan agama-Mu dengan berimannya Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam." Allah memberikan hidayah kepada Umar dan menyesatkan Abu Jahal. Ayat ini turun berkenaan dengan kedua orang tersebut.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS Fathir ayat 29)
Diriwayatkan oleh Abdul Ghani bin Sa'id Ats-Tsaqafi dalam Tafsir-nya, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini, "Sesungguhnya orang orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam diam dan terang terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Ayat ini turun berkenaan dengan Hushain bin Al Harits.
ٱلَّذِىٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ
Atinya: "Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (QS Fathir ayat 35)
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Kitab Al Ba'ats dan Ibnu Abi Hatim, dari jalur Nafi' bin Al Harits, dari Abdullah bin Abi Aufa, dia mengatakan, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:
"Ya Rasulullah, sesungguhnya tidur merupakan kenikmatan dari Allah di dunia ini. Apakah nanti di surga kita bisa tidur?" Rasulullah SAW menjawab: "Tidak ada. Karena tidur itu kawannya maut, sedang di surga tidak ada maut."
Kemudian dia bertanya lagi, "Bagaimana istirahat mereka (ahli surga) itu?" Pertanyaan ini menyinggung perasaan Rasulullah SAW. Beliau lalu menjawab: "Tidak ada cape di surga, semuanya serba senang dan enak."
Maka turunlah ayat ini: "Yang menetapkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."
وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ لَئِن جَآءَهُمْ نَذِيرٌ لَّيَكُونُنَّ أَهْدَىٰ مِنْ إِحْدَى ٱلْأُمَمِ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُمْ نَذِيرٌ مَّا زَادَهُمْ إِلَّا نُفُورًا
Artinya: "Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran)." (QS Fathir ayat 42)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abi Hilal, bahwasannya telah sampai kepadanya, sesungguhnya kaum Quraisy pernah berkata: "Sekiranya Allah mengutus Nabi dari golongan kami, niscaya tidak ada satupun umat yang lebih taat kepada penciptanya, lebih setia kepada Nabinya, dan lebih berpegang teguh kepada kitabnya, kecuali kami."
Sekadar informasi, pada ayat pertama surat ini diterangkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, pencipta Malaikat, pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah sebagai bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Surat ini dinamai juga dengan surat Malaikat karena pada ayat pertama disebutkan bahwa Allah telah menjadikan Malaikat sebagai utusan-Nya yang mempunyai beberapa sayap.
Asbabun Nuzul Surat Fathir ini dijelaskan dalam empat ayat yaitu ayat ke 8, 29, 35, dan 42 sebagaiman dikutip dari Buku "Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuti.
Berikut firman Allah:
أَفَمَن زُيِّنَ لَهُۥ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ فَرَءَاهُ حَسَنًا ۖ فَإِنَّ ٱللَّهَ يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَٰتٍ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya: "Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS Fatir ayat 8)
Diriwayatkan oleh Jubair dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, dia mengatakan turunnya ayat ini, "Maka Apakah orang yang dijadikan (setan) akan menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia dia meyakini pekerjaan itu baik..." turun berkenaan dengan Nabi Muhammad SAW yang berdoa:
"Ya Allah, semoga Engkau meneguhkan agama-Mu dengan berimannya Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam." Allah memberikan hidayah kepada Umar dan menyesatkan Abu Jahal. Ayat ini turun berkenaan dengan kedua orang tersebut.
إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi." (QS Fathir ayat 29)
Diriwayatkan oleh Abdul Ghani bin Sa'id Ats-Tsaqafi dalam Tafsir-nya, dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini, "Sesungguhnya orang orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam diam dan terang terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Ayat ini turun berkenaan dengan Hushain bin Al Harits.
ٱلَّذِىٓ أَحَلَّنَا دَارَ ٱلْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِۦ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ
Atinya: "Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu." (QS Fathir ayat 35)
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Kitab Al Ba'ats dan Ibnu Abi Hatim, dari jalur Nafi' bin Al Harits, dari Abdullah bin Abi Aufa, dia mengatakan, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:
"Ya Rasulullah, sesungguhnya tidur merupakan kenikmatan dari Allah di dunia ini. Apakah nanti di surga kita bisa tidur?" Rasulullah SAW menjawab: "Tidak ada. Karena tidur itu kawannya maut, sedang di surga tidak ada maut."
Kemudian dia bertanya lagi, "Bagaimana istirahat mereka (ahli surga) itu?" Pertanyaan ini menyinggung perasaan Rasulullah SAW. Beliau lalu menjawab: "Tidak ada cape di surga, semuanya serba senang dan enak."
Maka turunlah ayat ini: "Yang menetapkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu."
وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ لَئِن جَآءَهُمْ نَذِيرٌ لَّيَكُونُنَّ أَهْدَىٰ مِنْ إِحْدَى ٱلْأُمَمِ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُمْ نَذِيرٌ مَّا زَادَهُمْ إِلَّا نُفُورًا
Artinya: "Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran)." (QS Fathir ayat 42)
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abi Hilal, bahwasannya telah sampai kepadanya, sesungguhnya kaum Quraisy pernah berkata: "Sekiranya Allah mengutus Nabi dari golongan kami, niscaya tidak ada satupun umat yang lebih taat kepada penciptanya, lebih setia kepada Nabinya, dan lebih berpegang teguh kepada kitabnya, kecuali kami."