Kisah yang Sangat Menyentuh, Ketika Allah Menutupi Aib Hamba-Nya

Selasa, 02 Mei 2023 - 17:33 WIB
loading...
Kisah yang Sangat Menyentuh, Ketika Allah Menutupi Aib Hamba-Nya
Dalam kisah ini Allah menunjukkan kebesaran-Nya memelihara aib hamba-Nya. Foto/ilustrasi
A A A
Sebuah kisah yang sangat menyentuh hati diceritakan Gus Musa Muhammad dalam satu tausiyahnya. Kisah ini menjadi pelajaran besar bagi kita bahwa Allah selalu menutupi aib hamba-Nya selama hamba tersebut tidak menceritakannya kepada orang lain.

Dikisahkan, Bani Israel pernah ditimpa musim kemarau berkepanjangan. Mereka berkumpul mendatangi Nabi mereka, Musa 'alaihissalam. Mereka berkata: "Ya Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami!"

Maka berangkatlah Nabi Musa bersama 70.000 kaumnya menuju padang yang luas. Mulailah mereka berdoa dengan keadaan yang lusuh, penuh debu, haus dan lapar. Nabi Musa berdoa: "Ilaahi! Asqinaa ghaitsak, Wansyur 'alaina rahmatak. Warhamnaa bil athfaal ar rudhdha' wal bahaaim ar rutta', wal masyaayikh ar- rukka'.

Artinya: "Ya Tuhanku..! Turunkan hujan kepada kami. Tebarkanlah rahmat-Mu kepada kami,kasihilah kami demi anak-anak yang masih menyusui, hewan ternak yang merumput dan para orang-orang tua yang rukuk kepada-Mu."

"Namun langit tetap saja terang benderang sang surya pun bersinar terik meyengat. Kemudian Nabi Musa berdoa lagi: "Ilaahi.. Asqinaa."

Allah pun berfirman kepada Nabi Musa :

يا موسىأني أكون بغيثكم و فيكم رجل يبارزني بالمعاصي أربعين عاما.. فليخرج حتى أغيثكم

Artinya: "Wahai Musa, bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Umumkanlah di hadapan manusia agar dia berdiri di hadapan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian."

Maka Nabi Musa pun berseru di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."

Seorang laki-laki melirik ke kanan dan ke kiri. Maka tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia. Saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang orang dimaksud. Ia bergumam dalam hati, "Kalau aku keluar ke hadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun."

Maka hatinya pun gundah gulana, air matanya pun menetes, menyesali perbuatan maksiatnya. Sambil berkata lirih: "Ya Allah. Aku telah bermaksiat kepada-Mu selama 40 tahun. Selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertaubat kepada-Mu, maka terimalah taubatku."

Tak lama setelah pengakuan taubatnya itu, awan-awan tebal pun muncul di langit. Semakin lama semakin tebal menghitam Dan akhirnya turunlah hujan.

Nabi Musa pun keheranan: "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di hadapan manusia." Kemudian Allah berfirman:

يا موسى لقد تاب وتبت عليه,, منعت عنكم الغيث بسببه,, وأمطرتكم بسببه

"Ya Musa laqod tabwatub tuwa 'alaihi man'atu 'iukum al ghoitsa bisababih, wa'antartukum bisababih."

Artinya: "Wahai Musa, dia telah bertaubat dan Aku telah menerima taubatnya,karena orang itu lah Aku menahan hujan kepada kalian, dan karena dia pula lah Aku menurunkan hujan."

Nabi Musa berkata:

ربي أرني أنظر إليه,,ربي أرني ذلك الرجل

Robbi arini andur ilayhi robbi dzalika rojula.

Artinya: "Ya Allah. Tunjukkan padaku orang itu. Tunjukkan aku pada orang itu."

Allah berfirman:

يا موسى.. لقد سترته وهو يعصيني؛
أفلا أستره وقد تــاب وعـــاد إلي؟؟

Artinya: "Ya Musa laqod satartuhu wahuwa ya'shini, afal asturuhu waqod taba wa'ada ilaiya."

Artinya: "Wahai Musa, Aku telah menutupi aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku. Apakah sekarang Aku membuka aibnya sedangkan ia telah bertaubat dan kembali kepada-Ku?"

"Sungguh Maha Pengasih Engkau wahai Rabbi. Kalau bukan karena Engkau yang menutupi aib-aib kami. Tentulah kami akan sangat malu di hadapan para hamba-Mu. Engkau mengetahui dosa-dosa kami," sahut Nabi Musa.

Jika Allah Ta'ala, Tuhan yang mengetahui segala perbendaharaan langit dan bumi saja menutupi segala aib hamba-Nya. Lalu siapalah kita? Tidak kita sadari dengan entengnya kadang menyebarluaskan aib dan keburukan saudara kita sendiri tanpa maslahat.

Merasa seakan diri ini lebih suci, lebih alim, lebih hebat, dengan menyebarluaskan keburukan saudara kita. Tak sadar bahwa ternyata aib kita sendiri sudah menggunung tak terhingga.

Dalam satu riwayat, Sabda Nabi:

اللهم استر عوراتي

Allahumastur 'auroti.

Artinya: "Ya Allah, tutuplah auratku (aibku)."

(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2363 seconds (0.1#10.140)