Khutbah Jumat: Ada Apa dengan Hari Asyura?
loading...
A
A
A
Khutbah Jumat kali ini mengangkat tema tentang Hari Asyura yang bertepatan hari ini Jumat, 28 Juli 2023. Salah satu kemuliaan bulan Muharam adalah keberadaan Hari Asyura yang di dalamnya terdapat banyak peristiwa agung.
Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya berpuasa pada hari itu mengingat keutamaannya yang sangat luar biasa. Berikut petikan Khutbah Jumat tentang Hari Asyura dilansir dari laman NU Bontang. Semoga bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu dan keimanan kita.
Khutbah Pertama
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Saat ini kita tengah berada dalam bulan Muharam. Satu di antara empat bulan yang memiliki status khusus. Al-Qur'an menyebutnya dengan arba'atun hurum. Yakni bulan yang berstatus suci atau mulia. Sebagaimana dalam firman Allah Surat at-Taubah ayat 36:
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram."
Nama Muharam sendiri mengafirmasi arti dari penamaan bulan tersebut yakni bulan haram atau bulan yang dimuliakan. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan status keharamamnya (kemuliaannya). Terjadinya pengukuhan ini menurut pendapat as-Sakhawi, beliau mengatakan bahwa orang-orang Arab di masa lalu berpandangan labil terhadap keharaman bulan ini. Terkadang dalam satu tahun mereka menghalalkannya, sedangkan di tahun yang lain mereka mengharamkannya (memuliakannya). Maka dengan nama yang memiliki arti sama dengan statusnya memberikan ikatan kuat pada status bulan Muharram.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Bulan Muharram dalam tradisi Jawa kerap disebut sebagai bulan Syuro, yang tak lain penamaannya adalah mengambil dari hari ke sepuluh bulan Muharam yaitu Asyuro. Lantas ada apa dengan hari Asyuro ? Asyuro yang dikenal sebagai hari dengan beberapa bentuk amalan tertentu didalamnya memiliki banyak jejak sejarah.
Di antaranya adalah momentum dimana Allah subhanahu wa ta'ala menyelamatkan Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam dari kobaran api, Allah mengeluarkan Nabiyullah Yusuf dari penjara, Allah mengeluarkan Nabiyullah Yunus dari perut ikan dan Allah mendaratkan Nabiyullah Nuh dari perahu dengan selamat. Itulah beberapa peristiwa spesial yang pernah terjadi pada hari Asyuro. Maka tak heran jika dalam hari Asyuro banyak amaliyah-amaliyah yang dianjurkan dikerjakan didalamnya.
Dalam teks Hadits Nabi, setidaknya ada dua amaliyah yang dianjurkan untuk dikerjakan saat Asyuro. Pertama adalah anjuran untuk melakukan puasa. Ketika beberapa waktu Nabi ﷺ tinggal di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa Asyuro. Mereka ditanya perihal apa yang dilakukan. Orang-orang Yahudi menjawab, "Hari ini Allah memenangkan Musa dan Bani Israil atas Fir'aun dan kami berpuasa sebagai bentuk penghormatan," maka kemudian Baginda Nabi bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian. Kemduan Nabi memerintahkan umatnya berpuasa Asyuro.
Perintah ini bukanlah bentuk mengikuti apa yang telah dilakukan kaum Yahudi, tapi ini adalah sebuah sikap bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utamanya manusia yang lebih berhak terhadap sesama Nabi. Seperti kepada Nabi Musa dan Nabi-nabi yang lainnya dari pada orang-orang Yahudi. Untuk menghindari asumsi bahwa nabi mengekor kepada orang Yahudi beliau memerintahkan berpuasa tidak hanya tanggal Asyuro saja, sebagaimana keterangan dalam Hadis berikut:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صُوْمُوْا يَوْمَ عَاشُرَاءَ وَ خَالِفُوْا فِيْهِ الْيَهُوْدَ صُوْمُوْا قَبْلَهُ يَوْمًا اَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا (رواه احمد)
Artinya: "Rasulullah ﷺ bersabda: Puasalah kalian di hari Asyuro dan berbedalah dengan orang Yahudi, puasalah kalian satu hari sebelumnya atau satu hari setelahnya." (HR Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun keutamaan puasa Asyuro, sebagaimana disampaikan oleh Baginda Nabi dalam hadisnya. Mengamalkan puasa Asyuro dapat menghapus kesalahan dalam satu tahun.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ
(رواه مسلم)
Artinya: "Nabi ditanya mengenai puasa Asyuro, maka beliau menjawab, "Puasa itu dapat mengahpus kesalahan ditahun yang lalu." (HR. Muslim)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun amaliyah kedua yaitu meluaskan nafkah untuk keluarga. Meluaskan nafkah untuk keluarga disini artinya memberikan nafkah lebih pada hari Asyuro dari pada kebiasaan nafkah yang diberikan. Misal, di hari-hari biasa keluarga diberikan nafkah 100 ribu perhari, maka pada Asyuro dilebihkan nafkahnya. Bisa 150 ribu 200 ribu dan seterusnya. Adapun fadhilahnya jika kita memberikan nafkah lebih kepada keluarga dihari Asyuro Allah subhanahu wa ta'ala akan meluaskan rezekinya selama satu tahun. Hal ini berdasarkan teks Hadits nabi sebagai berikut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلِّهَا. رواه الطبرانى و البيهقى
Artinya: "Barangsiapa melapangkan belanja kepada keluarganya di hari Asyura', maka Allah melapangkan kepadanya selama setahun, keseluruhan." (HR at-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Ketiga, yaitu membahagiakan anak yatim. Asyuro adalah identik dengan harinya anak yatim. Bahkan disebut sebagai hari rayanya anak yatim. Penyebutan hari raya disini tentu tidak bermaksud untuk melahirkan hukum baru tentang adanya hari raya ketiga yaitu hari raya anak yatim. Penyebutan ini adalah sebagai wujud pengingat bersama bahwa hari raya adalah hari yang tak bisa lepas dengan suka cita dan kegembiraan.
Maka Asyuro adalah hari yang pas untuk membahagiakan dan menggembirakan anak-anak yatim. Dengan apa menggembirakan mereka? Tentu dapat diwujudkan dengan berbagai macam hal. Bisa dengan mengadakan acara yang dikhususkan untuk anak-anak yatim, pemberikan biaya pendidikan untuk anak yatim atau santunan anak yatim.
Biasanya pada momentum Asyuro ini banyak masyarakat yang mengadakan santunan anak yatim. Ini bukan perkara yang baru, karena para ulama terdahulu tengah memberikan contoh demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Ibnul Jauzi dalam kitab al-Majalis, ada lima belas hal yang disunnahkan dikerjakan ketika Asyuro, satu diantaranya adalah:
اَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمَ
Makna secara tekstual adalah mengusap kepala anak yatim. Dan makna secara kontekstual adalah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Dalam hadits nabi disebutkan tentang keutamaan mengusap kepala anak yatim. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إلَّا لِلهِ، كَانَتْ لَهُ فِى كُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ يَدُهُ عَلَيْهَا حَسَنَاتٌ (رواه احمد)
Artinya: "Barang siapa mengusap kepala anak yatim, ia tidak mengusap kecuali hanya mengharap ridha Allah. Maka baginya setiap usapan tangannya mengandung beberapa kebaikan." (HR Imam Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Usapan kepala adalah menunjukkan gestur kasih sayang. Tentulah tidak mungkin kita mengundang mereka anak-anak yatim kemudian hanya untuk mengusap kepala mereka saja. Dalam tradisi masyarakat kita memberikan kasih sayang kepada anak yatim biasanya diekspresikan melalui memberikan santunan kepada mereka. Yang kemudian dalam momentum istimewa ini dimanfaatkan untuk dapat mengusap kepala mereka. Banyak sekali teks hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim. Diantaranya adalah sebagai berikut:
وَالَّذِىْ بَعَثَنِى بِالْحَقِّ لَا يُعَذِّبُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ رَحِمَ الْيَتِيْمَ (رواه الطبرانى)
Artinya: "Demi Allah yang telah mengutusku dengan sebenarnya. Allah tidak akan mengazab pada hari kiamat orang yang mengasihi anak yatim." (HR at-Thabrani)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah di antara amalan-amalan yang dapat kita amalkan pada hari Asyuro. Marilah kita amalkan sesuai dengan kemampuan kita. Yang mampu berpuasa, ayo berpuasa, yang mampu memberikan nafkah lebih kepada keluarga, ayo longgarkan nafkah untuk keluarga di hari Asyuro, yang bisa memberikan santunan kepada anak yatim, mari kita lakukan. Syukur-syukur di antara amalan-amalan itu dapat dilakukan semua, tentu itu lebih baik. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita kemudahan dan kemampuan untuk melakukannya. Aamiinn Ya Robbal 'alamiin.
Khutbah Kedua
Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya berpuasa pada hari itu mengingat keutamaannya yang sangat luar biasa. Berikut petikan Khutbah Jumat tentang Hari Asyura dilansir dari laman NU Bontang. Semoga bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu dan keimanan kita.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ: إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Saat ini kita tengah berada dalam bulan Muharam. Satu di antara empat bulan yang memiliki status khusus. Al-Qur'an menyebutnya dengan arba'atun hurum. Yakni bulan yang berstatus suci atau mulia. Sebagaimana dalam firman Allah Surat at-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram."
Nama Muharam sendiri mengafirmasi arti dari penamaan bulan tersebut yakni bulan haram atau bulan yang dimuliakan. Tujuannya adalah untuk mengukuhkan status keharamamnya (kemuliaannya). Terjadinya pengukuhan ini menurut pendapat as-Sakhawi, beliau mengatakan bahwa orang-orang Arab di masa lalu berpandangan labil terhadap keharaman bulan ini. Terkadang dalam satu tahun mereka menghalalkannya, sedangkan di tahun yang lain mereka mengharamkannya (memuliakannya). Maka dengan nama yang memiliki arti sama dengan statusnya memberikan ikatan kuat pada status bulan Muharram.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Bulan Muharram dalam tradisi Jawa kerap disebut sebagai bulan Syuro, yang tak lain penamaannya adalah mengambil dari hari ke sepuluh bulan Muharam yaitu Asyuro. Lantas ada apa dengan hari Asyuro ? Asyuro yang dikenal sebagai hari dengan beberapa bentuk amalan tertentu didalamnya memiliki banyak jejak sejarah.
Di antaranya adalah momentum dimana Allah subhanahu wa ta'ala menyelamatkan Nabiyullah Ibrahim 'alaihissalam dari kobaran api, Allah mengeluarkan Nabiyullah Yusuf dari penjara, Allah mengeluarkan Nabiyullah Yunus dari perut ikan dan Allah mendaratkan Nabiyullah Nuh dari perahu dengan selamat. Itulah beberapa peristiwa spesial yang pernah terjadi pada hari Asyuro. Maka tak heran jika dalam hari Asyuro banyak amaliyah-amaliyah yang dianjurkan dikerjakan didalamnya.
Dalam teks Hadits Nabi, setidaknya ada dua amaliyah yang dianjurkan untuk dikerjakan saat Asyuro. Pertama adalah anjuran untuk melakukan puasa. Ketika beberapa waktu Nabi ﷺ tinggal di Madinah, beliau mendapati orang-orang Yahudi melaksanakan puasa Asyuro. Mereka ditanya perihal apa yang dilakukan. Orang-orang Yahudi menjawab, "Hari ini Allah memenangkan Musa dan Bani Israil atas Fir'aun dan kami berpuasa sebagai bentuk penghormatan," maka kemudian Baginda Nabi bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian. Kemduan Nabi memerintahkan umatnya berpuasa Asyuro.
Perintah ini bukanlah bentuk mengikuti apa yang telah dilakukan kaum Yahudi, tapi ini adalah sebuah sikap bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah utamanya manusia yang lebih berhak terhadap sesama Nabi. Seperti kepada Nabi Musa dan Nabi-nabi yang lainnya dari pada orang-orang Yahudi. Untuk menghindari asumsi bahwa nabi mengekor kepada orang Yahudi beliau memerintahkan berpuasa tidak hanya tanggal Asyuro saja, sebagaimana keterangan dalam Hadis berikut:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ صُوْمُوْا يَوْمَ عَاشُرَاءَ وَ خَالِفُوْا فِيْهِ الْيَهُوْدَ صُوْمُوْا قَبْلَهُ يَوْمًا اَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا (رواه احمد)
Artinya: "Rasulullah ﷺ bersabda: Puasalah kalian di hari Asyuro dan berbedalah dengan orang Yahudi, puasalah kalian satu hari sebelumnya atau satu hari setelahnya." (HR Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun keutamaan puasa Asyuro, sebagaimana disampaikan oleh Baginda Nabi dalam hadisnya. Mengamalkan puasa Asyuro dapat menghapus kesalahan dalam satu tahun.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ اَلسَّنَةَ اَلْمَاضِيَةَ
(رواه مسلم)
Artinya: "Nabi ditanya mengenai puasa Asyuro, maka beliau menjawab, "Puasa itu dapat mengahpus kesalahan ditahun yang lalu." (HR. Muslim)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun amaliyah kedua yaitu meluaskan nafkah untuk keluarga. Meluaskan nafkah untuk keluarga disini artinya memberikan nafkah lebih pada hari Asyuro dari pada kebiasaan nafkah yang diberikan. Misal, di hari-hari biasa keluarga diberikan nafkah 100 ribu perhari, maka pada Asyuro dilebihkan nafkahnya. Bisa 150 ribu 200 ribu dan seterusnya. Adapun fadhilahnya jika kita memberikan nafkah lebih kepada keluarga dihari Asyuro Allah subhanahu wa ta'ala akan meluaskan rezekinya selama satu tahun. Hal ini berdasarkan teks Hadits nabi sebagai berikut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلِّهَا. رواه الطبرانى و البيهقى
Artinya: "Barangsiapa melapangkan belanja kepada keluarganya di hari Asyura', maka Allah melapangkan kepadanya selama setahun, keseluruhan." (HR at-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Ketiga, yaitu membahagiakan anak yatim. Asyuro adalah identik dengan harinya anak yatim. Bahkan disebut sebagai hari rayanya anak yatim. Penyebutan hari raya disini tentu tidak bermaksud untuk melahirkan hukum baru tentang adanya hari raya ketiga yaitu hari raya anak yatim. Penyebutan ini adalah sebagai wujud pengingat bersama bahwa hari raya adalah hari yang tak bisa lepas dengan suka cita dan kegembiraan.
Maka Asyuro adalah hari yang pas untuk membahagiakan dan menggembirakan anak-anak yatim. Dengan apa menggembirakan mereka? Tentu dapat diwujudkan dengan berbagai macam hal. Bisa dengan mengadakan acara yang dikhususkan untuk anak-anak yatim, pemberikan biaya pendidikan untuk anak yatim atau santunan anak yatim.
Biasanya pada momentum Asyuro ini banyak masyarakat yang mengadakan santunan anak yatim. Ini bukan perkara yang baru, karena para ulama terdahulu tengah memberikan contoh demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Ibnul Jauzi dalam kitab al-Majalis, ada lima belas hal yang disunnahkan dikerjakan ketika Asyuro, satu diantaranya adalah:
اَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمَ
Makna secara tekstual adalah mengusap kepala anak yatim. Dan makna secara kontekstual adalah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Dalam hadits nabi disebutkan tentang keutamaan mengusap kepala anak yatim. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إلَّا لِلهِ، كَانَتْ لَهُ فِى كُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ يَدُهُ عَلَيْهَا حَسَنَاتٌ (رواه احمد)
Artinya: "Barang siapa mengusap kepala anak yatim, ia tidak mengusap kecuali hanya mengharap ridha Allah. Maka baginya setiap usapan tangannya mengandung beberapa kebaikan." (HR Imam Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Usapan kepala adalah menunjukkan gestur kasih sayang. Tentulah tidak mungkin kita mengundang mereka anak-anak yatim kemudian hanya untuk mengusap kepala mereka saja. Dalam tradisi masyarakat kita memberikan kasih sayang kepada anak yatim biasanya diekspresikan melalui memberikan santunan kepada mereka. Yang kemudian dalam momentum istimewa ini dimanfaatkan untuk dapat mengusap kepala mereka. Banyak sekali teks hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim. Diantaranya adalah sebagai berikut:
وَالَّذِىْ بَعَثَنِى بِالْحَقِّ لَا يُعَذِّبُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ رَحِمَ الْيَتِيْمَ (رواه الطبرانى)
Artinya: "Demi Allah yang telah mengutusku dengan sebenarnya. Allah tidak akan mengazab pada hari kiamat orang yang mengasihi anak yatim." (HR at-Thabrani)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah di antara amalan-amalan yang dapat kita amalkan pada hari Asyuro. Marilah kita amalkan sesuai dengan kemampuan kita. Yang mampu berpuasa, ayo berpuasa, yang mampu memberikan nafkah lebih kepada keluarga, ayo longgarkan nafkah untuk keluarga di hari Asyuro, yang bisa memberikan santunan kepada anak yatim, mari kita lakukan. Syukur-syukur di antara amalan-amalan itu dapat dilakukan semua, tentu itu lebih baik. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita kemudahan dan kemampuan untuk melakukannya. Aamiinn Ya Robbal 'alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
(rhs)