Habib Ali Al-Habsyi Kwitang, Tokoh Ulama Penentu Tanggal Kemerdekaan RI

Selasa, 18 Agustus 2020 - 16:28 WIB
loading...
Habib Ali Al-Habsyi Kwitang, Tokoh Ulama Penentu Tanggal Kemerdekaan RI
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau dikenal dengan Habib Ali Kwitang lahir di Jakarta, 20 April 1870 merupakan tokoh ulama penentu hari dan tanggal kemerdekaan RI. Foto/Istimewa
A A A
Ustaz Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'an

Founding father para tokoh pendiri bangsa kita terdahulu tidak sembarangan menentukan hari dan tanggal Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Meskipun buku-buku sejarah tak mencantumkan jasa besar para ulama dan habaib yang turut berperan sentral dibalik peristiwa monemental itu.

Kalam ulama dan petuah nasihat para habaib menjadi pedoman sekaligus motivasi keberanian para pendiri bangsa mengambil keputusan-keputusan besar penuh risiko. Sebab doa-doa merekalah yang menyertai setiap langkah perjuangan pendirian bangsa ini sehingga semua bisa dicapai dengan penuh kegemilangan.

Salah satu tokoh habaib yang paling berpengaruh dan paling disegani Belanda dan menjadi ulama paling populer di masa awal kemerdekaan adalah Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang. ( )

Beliau juga pioner, orang yang pertama kali mempopulerkan sistem pengajian majelis taklim di Indonesia dengan Islamic Center Indonesia di Kwitang Jakarta yang dihadiri ribuan jamaah di awal kemerdekaan Indonesia. Sehingga hari ini majelis pengajian populer dan menjamur di seluruh Nusantara.

Ir Soekarno dalam banyak langkah mengambil keputusan besar, termasuk menentukan hari dan tanggal Kemerdekaan RI seringkali berdiskusi dan meminta pendapat para ulama di antaranya Habib Ali Kwitang.

Maka, ditentukanlah hari penuh berkah pada hari Jumat pagi pada tanggal 17 Agustus 1945 yang juga bertepatan dengan 17 Ramadhan. Tentu, kesesuaian ini bukan semata karena kebetulan atau kecocokan tanpa sengaja, melainkan atas dasar petunjuk istikharah, isyarat kewalian serta doa dari para ulama dan habaib.

Sayangnya, sejarah yang begitu sangat pentingnya, justru terus dikaburkan oleh kelompok nasiolis-sekuleris bahwa kemerdekaan hanya semata desakan para pemuda yang ingin segera merdeka, tanpa pernah melihat aspek sosiologis-spritualitas paling sentral yang juga terjadi menyertai dibalik semua peristiwa monemental itu. ( )

Siapa Habib Ali Al-Habsyi Kwitang?
Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi atau dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang lahir di Jakarta, 20 April 1870 dan wafat di Jakarta pada 13 Oktober 1968 pada umur 98 tahun. Beliau adalah salah seorang tokoh ulama terdepan di Jakarta pada abad 20. Ia juga pendiri dan pimpinan pertama pengajian Majelis Taklim Kwitang yang merupakan cikal-bakal berdirinya organisasi-organisasi keagaaman lainnya di Jakarta dan Indonesia.

Ayahnya adalah seorang ulama keturunan Sayyid yang hidup zuhud, sementara ibunya adalah seorang wanita salehah putri seorang ulama Betawi. Ayahnya meninggal dunia saat Habib Ali masih kecil.

Ketika usianya mencapai sekitar 11 tahun, ia berangkat ke Hadramaut untuk belajar agama. Tempat pertama yang ditujunya ialah Rubath Habib Abdur Rahman bin 'Alwi al-Aydrus. Di sana beliau menekuni belajar dengan para ulamanya. Di antara guru beliau ialah Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi, Habib Hasan bin Ahmad al-'Aydrus, Habib Zain bin Alwi Ba'Abud, Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas dan Syeikh Hasan bin Awadh.

Habib Ali Al-Habsyi juga berkesempatan ke Al-Haramain dan meneguk ilmu dari ulama di sana. Di antara gurunya di sana adalah Habib Muhammad bin Husain Al-Habsyi (Mufti Makkah), Sayyid Abu Bakar Al-Bakri Syatha ad-Dimyati, (pengarang I'aanathuth Thoolibiin yang masyhur) Syeikh Muhammad Said Babsail, Syeikh 'Umar Hamdan. ( )
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6566 seconds (0.1#10.140)