Mendaki Puncak Jabal Nur, Berziarah ke Gua Hira saat Maghrib
loading...
A
A
A
Sore itu azan Maghrib berkumandang saat saya masih awal perjalanan menuju Gua Hira yang berada di puncak Jabal Nur . Di gua yang berada di puncak Jabal Nur itulah untuk kali pertama Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.
Saya dan seorang rekan sesama Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) berhenti sejenak sambil menunggu selesainya kumandang azan maghrib. Saya lihat di sepanjang jalur mendatar beberapa rombongan orang mendirikan salat maghrib berjamaah setelah azan selesai.
Mereka tetap khusyuk bersujud dengan kiblat ke Kakbah yang tampak dari kejauhan dengan jarak 4 kilometer. Pemandangan yang membuat saya merinding melihat peziarah yang tetap mendirikan salat maghrib.
Jemaah menyempatkan salat Maghrib saat mendaki Jabal Nuru untuk berziarah ke Gua Hira
Setelah badan sedikit bugar, saya kembali melanjutkan perjalanan pendakian ke Gua Hira yang terletak di 634 meter di atas permukaan air laut. Suhu Makkah yang panas membuat keringat mulai membasahi wajah dan seragam putih Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang saya pakai.
Tak terasa saya sudah berjalan hampir satu jam saat mendekati puncak Jabal Nur. Kedua kaki saya pun mulai terasa pegal dan sedikit gemetar. Saya mendongakkan kepala ke puncak Jabal Nur yang masih separo jalan. "Fiuh...Bisa nggak ya sampai ke gua Hira," gumam saya dalam hati.
Saya pun kembali berhenti dan duduk di anak tangga sambil meluruskan kaki. Setelah istirahat 5 menit dan mengambil napas, saya memantapkan niat untuk menuntaskan pendakian ke Gua Hira.
Ini kali kedua saya mendaki ke Gua Hira setelah delapan tahun lalu saya berziarah ke Gunung Cahaya di sela umrah tahun 2016. Saya terpacu untuk mengulang mencapai Gua Hira seperti delapan tahun lalu. "Bismillah."
Saya dan teman pun melanjutkan pendakian. Mendekati puncak, ada ibu muda yang ditemani dua anaknya sedang menjajakan air mineral dingin.
Saya dan teman berhenti untuk membeli dua botol air mineral. Setelah minum seteguk air mineral, saya melanjutkan perjalanan.
Di saat mendekati belokan ke jalur pendakian, saya mendengar suara orang yang sedang melantunkan selawat Nabi. Empat pria paruh baya sedang bergantian selawat dengan semangat.
Saya dan teman mengabadikan momen yang membuat suasana di puncak semakin syahdu. Saya kembali berjalan hingga mendekati puncak. Setelah berjalan hampir dua jam, sampailah saya di puncak Jabal Nur. MasyaAllah pemandangan saat maghrib sangat menakjubkan.
Di tengah kegelapan dengan hanya mengandalkan sorot cahaya lampu senter dari handphone, saya berhenti sejenak. Saya mengabadikan spot di puncak Jabal Nur yang satu garis lurus ke Kakbah. Posisi Gua Hira masih berada di turunan Jabal Nur. Saya harus berhati-hati menuruni 1.420 anak tangga dari bebatuan cadas. Sambil berpegangan pada besi pengaman, saya menuruni anak tangga menuju Gua Hira.
Akhirnya saya dan teman tiba di mulut Gua Hira. Saya dan teman bergantian masuk ke Gua Hira yang gelap.
Dengan mengandalkan lampu senter HP, saya masuk ke lubang besar menuju Gua Hira. Butuh perjuangan untuk masuk ke lubang sempit sebelum sampai di mulut Gua Hira.
Di tengah cahaya minim, kaki harus berhati-hati melangkah jika tidak mau kepala terbentur langit bebatuan cadas. Setelah melewati bebatuan, sampailah di mulut Gua Hira. Ternyata di depan Gua Hira sudah banyak peziarah yang antre masuk. Mereka harus antre karena ada peziarah dari Pakistan yang berada di dalam Gua Hira sedang salat.
Peziarah lainnya yang mulai tidak sabar, berteriak agar jemaah Pakistan bergantian. Setelah 10 menit menunggu belum selesai juga, akhirnya saya dan teman, mengalah. Saya memilih balik kanan mengingat waktu menunjukkan pukul 9 malam. Setelah selawatan dan berdoa di mulut Gua Hira, saya memutuskan meninggalkan tempat bersejarah umat Islam.
Perjalanan menuruni Jabal Nur tidak seberat saat mendaki. Meski kaki masih pegal dan gemetar, saya paksakan untuk menuruni anak tangga. Saat tiba di bawah, saya melihat banyak jemaah Indonesia yang ramai naik ke Jabal Nur. Ternyata mereka jemaah asal Subang, Jawa Barat.
Jemaah asal Subang ada yang muda hingga lansia mencoba naik. Saya dan teman pun mengingatkan agar jemaah berhati-hati saat mendaki. "Bapak ibu jangan memaksakan diri kalau tidak kuat. Istirahat dulu jika capai. Kalau tidak kuat bisa balik lagi. Puncaknya masih jauh di atas,"kata teman saya.
"Jangan lupa bawa air,"kata saya menimpali.
Imbauan ini diterima jemaah yang sebagian besar tetap melanjutkan pendakian. Meski ada juga yang balik kanan karena tidak kuat ke puncak. Total 3 jam pergi pulang saya mendaki Jabal Nur. Lelah tapi puas saya rasakan bisa mencapai Gua Hira.
Saya dan seorang rekan sesama Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) berhenti sejenak sambil menunggu selesainya kumandang azan maghrib. Saya lihat di sepanjang jalur mendatar beberapa rombongan orang mendirikan salat maghrib berjamaah setelah azan selesai.
Mereka tetap khusyuk bersujud dengan kiblat ke Kakbah yang tampak dari kejauhan dengan jarak 4 kilometer. Pemandangan yang membuat saya merinding melihat peziarah yang tetap mendirikan salat maghrib.
Jemaah menyempatkan salat Maghrib saat mendaki Jabal Nuru untuk berziarah ke Gua Hira
Setelah badan sedikit bugar, saya kembali melanjutkan perjalanan pendakian ke Gua Hira yang terletak di 634 meter di atas permukaan air laut. Suhu Makkah yang panas membuat keringat mulai membasahi wajah dan seragam putih Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang saya pakai.
Tak terasa saya sudah berjalan hampir satu jam saat mendekati puncak Jabal Nur. Kedua kaki saya pun mulai terasa pegal dan sedikit gemetar. Saya mendongakkan kepala ke puncak Jabal Nur yang masih separo jalan. "Fiuh...Bisa nggak ya sampai ke gua Hira," gumam saya dalam hati.
Saya pun kembali berhenti dan duduk di anak tangga sambil meluruskan kaki. Setelah istirahat 5 menit dan mengambil napas, saya memantapkan niat untuk menuntaskan pendakian ke Gua Hira.
Ini kali kedua saya mendaki ke Gua Hira setelah delapan tahun lalu saya berziarah ke Gunung Cahaya di sela umrah tahun 2016. Saya terpacu untuk mengulang mencapai Gua Hira seperti delapan tahun lalu. "Bismillah."
Saya dan teman pun melanjutkan pendakian. Mendekati puncak, ada ibu muda yang ditemani dua anaknya sedang menjajakan air mineral dingin.
Saya dan teman berhenti untuk membeli dua botol air mineral. Setelah minum seteguk air mineral, saya melanjutkan perjalanan.
Di saat mendekati belokan ke jalur pendakian, saya mendengar suara orang yang sedang melantunkan selawat Nabi. Empat pria paruh baya sedang bergantian selawat dengan semangat.
Saya dan teman mengabadikan momen yang membuat suasana di puncak semakin syahdu. Saya kembali berjalan hingga mendekati puncak. Setelah berjalan hampir dua jam, sampailah saya di puncak Jabal Nur. MasyaAllah pemandangan saat maghrib sangat menakjubkan.
Di tengah kegelapan dengan hanya mengandalkan sorot cahaya lampu senter dari handphone, saya berhenti sejenak. Saya mengabadikan spot di puncak Jabal Nur yang satu garis lurus ke Kakbah. Posisi Gua Hira masih berada di turunan Jabal Nur. Saya harus berhati-hati menuruni 1.420 anak tangga dari bebatuan cadas. Sambil berpegangan pada besi pengaman, saya menuruni anak tangga menuju Gua Hira.
Akhirnya saya dan teman tiba di mulut Gua Hira. Saya dan teman bergantian masuk ke Gua Hira yang gelap.
Dengan mengandalkan lampu senter HP, saya masuk ke lubang besar menuju Gua Hira. Butuh perjuangan untuk masuk ke lubang sempit sebelum sampai di mulut Gua Hira.
Di tengah cahaya minim, kaki harus berhati-hati melangkah jika tidak mau kepala terbentur langit bebatuan cadas. Setelah melewati bebatuan, sampailah di mulut Gua Hira. Ternyata di depan Gua Hira sudah banyak peziarah yang antre masuk. Mereka harus antre karena ada peziarah dari Pakistan yang berada di dalam Gua Hira sedang salat.
Peziarah lainnya yang mulai tidak sabar, berteriak agar jemaah Pakistan bergantian. Setelah 10 menit menunggu belum selesai juga, akhirnya saya dan teman, mengalah. Saya memilih balik kanan mengingat waktu menunjukkan pukul 9 malam. Setelah selawatan dan berdoa di mulut Gua Hira, saya memutuskan meninggalkan tempat bersejarah umat Islam.
Perjalanan menuruni Jabal Nur tidak seberat saat mendaki. Meski kaki masih pegal dan gemetar, saya paksakan untuk menuruni anak tangga. Saat tiba di bawah, saya melihat banyak jemaah Indonesia yang ramai naik ke Jabal Nur. Ternyata mereka jemaah asal Subang, Jawa Barat.
Jemaah asal Subang ada yang muda hingga lansia mencoba naik. Saya dan teman pun mengingatkan agar jemaah berhati-hati saat mendaki. "Bapak ibu jangan memaksakan diri kalau tidak kuat. Istirahat dulu jika capai. Kalau tidak kuat bisa balik lagi. Puncaknya masih jauh di atas,"kata teman saya.
"Jangan lupa bawa air,"kata saya menimpali.
Imbauan ini diterima jemaah yang sebagian besar tetap melanjutkan pendakian. Meski ada juga yang balik kanan karena tidak kuat ke puncak. Total 3 jam pergi pulang saya mendaki Jabal Nur. Lelah tapi puas saya rasakan bisa mencapai Gua Hira.
(aww)