Gerhana Matahari Saat Ibrahim, Putra Rasulullah, Wafat
loading...
A
A
A
Karena cintanya yang begitu besar kepada Ibrahim, dan rasa duka yang begitu dalam karena kematiannya, adakah ia lalu merasa terhibur mendengar kata-kata itu, atau setidak-tidaknya akan didiamkan saja, menutup mata melihat orang sudah begitu terpesona karena telah menganggap itu suatu mujizat? Tidak. Dalam keadaan serupa itu, kalau pun ini layak dilakukan oleh mereka yang suka mengambil kesempatan karena kebodohan orang, atau layak dilakukan oleh mereka yang sudah tak sadar karena terlampau sedih, buat orang yang berpikir sehat tentu hal ini tidak layak, apalagi buat Nabi Besar!
( )
Rasulullah melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khutbahnya kepada mereka ia berkata:
"Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam zikir kepada Tuhan dengan berdoa."
Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak melupakan risalahnya itu dalam suatu situasi yang begitu gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan kesedihan yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi peristiwa yang terjadi terhadap diri Rasulullah ini, tidak bisa lain mereka bersikap hormat dan kagum sekali! Mereka tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa hormatnya itu kepadanya.
Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang kejujuran orang itu, yang dalam situasi yang sangat gawat ia tetap mempertahankan hak dan kejujurannya yang sungguh-sungguh !
Gerangan bagaimana pula perasaan isteri-isteri Nabi melihat kesedihan dan dukacita yang menimpanya begitu mendalam karena kematian Ibrahim itu?
( )
Dia sendiri sudah merasa terhibur dengan karunia Allah itu dan dapat pula meneruskan tugas menunaikan risalah serta dengan bertambahnya Islam tersebar pada perutusan yang terus-menerus datang kepadanya dari segenap penjuru, sehingga tahun kesepuluh Hijrah ini diberi nama 'Am'lWufud - Tahun Perutusan.' Pada tahun itulah Abu Bakr memimpin orang menunaikan ibadat haji.
( )
Rasulullah melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khutbahnya kepada mereka ia berkata:
"Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam zikir kepada Tuhan dengan berdoa."
Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak melupakan risalahnya itu dalam suatu situasi yang begitu gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan kesedihan yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi peristiwa yang terjadi terhadap diri Rasulullah ini, tidak bisa lain mereka bersikap hormat dan kagum sekali! Mereka tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa hormatnya itu kepadanya.
Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang kejujuran orang itu, yang dalam situasi yang sangat gawat ia tetap mempertahankan hak dan kejujurannya yang sungguh-sungguh !
Gerangan bagaimana pula perasaan isteri-isteri Nabi melihat kesedihan dan dukacita yang menimpanya begitu mendalam karena kematian Ibrahim itu?
( )
Dia sendiri sudah merasa terhibur dengan karunia Allah itu dan dapat pula meneruskan tugas menunaikan risalah serta dengan bertambahnya Islam tersebar pada perutusan yang terus-menerus datang kepadanya dari segenap penjuru, sehingga tahun kesepuluh Hijrah ini diberi nama 'Am'lWufud - Tahun Perutusan.' Pada tahun itulah Abu Bakr memimpin orang menunaikan ibadat haji.
(mhy)