Jejak Dakwah Persuasif Walisongo di Nusantara
loading...
A
A
A
PENYEBARAN agama Islam di Indonesia tidak lepas dari peran Walisongo . Menariknya, kesembilan Walisongo dikenal memiliki ciri khasnya masing-masing untuk mendakwahkan agama Islam yang menyejukkan di Nusantara.
1. Sunan Ampel
Sunan Ampel memiliki nama asli yaitu Raden Rahmat. Sunan Ampel tidak berasal dari Jawa. Ia berasal dari sebuah negeri bernama Negeri Champa.Ia lahir pada 1401 Masehi. 78 tahun setelahnya yaitu pada tahun 1479, Raden Rahmat alias Sunan Ampel mendirikan Masjid Demak sebagai sarana untuk berdakwah. Kemudian ia juga membangun pusat pendidikan yaitu pesantren yang menjadi pusat pendidikan dan berpengaruh di dunia. (Baca juga: Kisah Nabi Khidir dan Amalan yang Paling Dicintai Allah )
2. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat dakwahnya. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Padjajaran Prabu Siliwangi. Menurut sebuah pendapat, Sunan Gunung Jati dihormati oleh Kerajaan Demak dan Pajang. Dirinya juga memiliki jasa besar dalam penyebaran Islam di Jawa Barat. Di Cirebon, Sunan Gunung Jati mendirikan Kasultanan Cirebon dan Banten serta pesantren Gunung Jati. (Baca juga: Kisah Sunan Gunung Jati dan Misteri Hilangnya Istana Pakuan )
3. Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim atau akrab disebut Sunan Gresik merupakan Walisongo yang lahir di tempat sama sebagaimana lahirnya Sunan Ampel yaitu di Negeri Champa. Masyarakat Jawa biasa menyebut Sunan Gresik sebagai Asmaraqandi.
Sunan Gresik merupakan Walisongo senior mengingat ia merupakan orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Desa yang menjadi tempat bernaung Sunan Gresik untuk berdakwah adalah daerah Laren. Selain itu, Sunan Gresik juga membuka toko di Desa Romo.
4. Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki nama asli yaitu Jafar Sodiq. Ia adalah anak Utsman Haji yang merupakan seorang pendakwah di daerah Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus memiliki keilmuan dalam agama Islam berupa ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadist, dan logika. Gending Maskumambang dan Mijil adalah sebuah cerita yang ia buat untuk kepentingan dakwah. Sunan Kudus wafat pada 1550 Masehi dan dimakamkan di pemakaman Masjid Menara Kudus.
5. Sunan Muria
Lereng Gunung Muria adalah tempat kelahiran Sunan Muria. Kata Muria pun diambil dari kata Gunung Muria yang terletak 18 kilometer dari utara Kota Kudus. Metode dakwah yang digunakan oleh Sunan Muria adalah penyebaran agama Islam dengan cara halus.
Sunan Kudus sangat menyukai berdakwah di tempat terpencil dan jauh dari ekosistem kota antara lain dirinya berdakwah di sekitar Gunung Muria. Karena daerah tersebut merupakan pegunungan maka untuk berinteraksi dengan masyarakat, Sunan Kudus dalam dakwahnya juga mengajarkan cara bercocok tanam.
6. Sunan Drajat
Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel serta adik dari Sunan Bonang. Akrab disapa Raden Qasim, Sunan Drajat belajar agama Islam melalui ayahnya di Pondok Pesantren yang berlokasi di daerah Ampel, Surabaya. (Baca juga:
Kisah Perjalanan Sunan Drajat Menghadapi Berbagai Rintangan saat Menyebarkan Islam )
Sunan Drajat terkenal akan jiwa sosialnya yang tinggi. Ini kemudian sejalan dengan tema-tema dakwah yang dibawaknya dimana kental dengan tema gotong royong dan saling membantu.
1. Sunan Ampel
Sunan Ampel memiliki nama asli yaitu Raden Rahmat. Sunan Ampel tidak berasal dari Jawa. Ia berasal dari sebuah negeri bernama Negeri Champa.Ia lahir pada 1401 Masehi. 78 tahun setelahnya yaitu pada tahun 1479, Raden Rahmat alias Sunan Ampel mendirikan Masjid Demak sebagai sarana untuk berdakwah. Kemudian ia juga membangun pusat pendidikan yaitu pesantren yang menjadi pusat pendidikan dan berpengaruh di dunia. (Baca juga: Kisah Nabi Khidir dan Amalan yang Paling Dicintai Allah )
2. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah menjadikan Kota Cirebon sebagai pusat dakwahnya. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Padjajaran Prabu Siliwangi. Menurut sebuah pendapat, Sunan Gunung Jati dihormati oleh Kerajaan Demak dan Pajang. Dirinya juga memiliki jasa besar dalam penyebaran Islam di Jawa Barat. Di Cirebon, Sunan Gunung Jati mendirikan Kasultanan Cirebon dan Banten serta pesantren Gunung Jati. (Baca juga: Kisah Sunan Gunung Jati dan Misteri Hilangnya Istana Pakuan )
3. Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim atau akrab disebut Sunan Gresik merupakan Walisongo yang lahir di tempat sama sebagaimana lahirnya Sunan Ampel yaitu di Negeri Champa. Masyarakat Jawa biasa menyebut Sunan Gresik sebagai Asmaraqandi.
Sunan Gresik merupakan Walisongo senior mengingat ia merupakan orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa. Desa yang menjadi tempat bernaung Sunan Gresik untuk berdakwah adalah daerah Laren. Selain itu, Sunan Gresik juga membuka toko di Desa Romo.
4. Sunan Kudus
Sunan Kudus memiliki nama asli yaitu Jafar Sodiq. Ia adalah anak Utsman Haji yang merupakan seorang pendakwah di daerah Jipang Panolan, Blora. Sunan Kudus memiliki keilmuan dalam agama Islam berupa ilmu fiqih, ushul fiqih, tauhid, hadist, dan logika. Gending Maskumambang dan Mijil adalah sebuah cerita yang ia buat untuk kepentingan dakwah. Sunan Kudus wafat pada 1550 Masehi dan dimakamkan di pemakaman Masjid Menara Kudus.
5. Sunan Muria
Lereng Gunung Muria adalah tempat kelahiran Sunan Muria. Kata Muria pun diambil dari kata Gunung Muria yang terletak 18 kilometer dari utara Kota Kudus. Metode dakwah yang digunakan oleh Sunan Muria adalah penyebaran agama Islam dengan cara halus.
Sunan Kudus sangat menyukai berdakwah di tempat terpencil dan jauh dari ekosistem kota antara lain dirinya berdakwah di sekitar Gunung Muria. Karena daerah tersebut merupakan pegunungan maka untuk berinteraksi dengan masyarakat, Sunan Kudus dalam dakwahnya juga mengajarkan cara bercocok tanam.
6. Sunan Drajat
Sunan Drajat merupakan putra dari Sunan Ampel serta adik dari Sunan Bonang. Akrab disapa Raden Qasim, Sunan Drajat belajar agama Islam melalui ayahnya di Pondok Pesantren yang berlokasi di daerah Ampel, Surabaya. (Baca juga:
Kisah Perjalanan Sunan Drajat Menghadapi Berbagai Rintangan saat Menyebarkan Islam )
Sunan Drajat terkenal akan jiwa sosialnya yang tinggi. Ini kemudian sejalan dengan tema-tema dakwah yang dibawaknya dimana kental dengan tema gotong royong dan saling membantu.