Kaum 'Ad: Manusia Raksasa, Dianggap Dewasa Setelah Berusia 100 Tahun
loading...
A
A
A
Allah berfirman: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Ad saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah; sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” ( QS Al-A’raaf: 65 ).
Buku “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang telah diterjemahkan oleh Abdul Halim, mengutip pendapat Ka’ab al-Ahbar mengatakan bahwa nabi yang diutus setelah Nuh AS adalah Nabi Hud AS.
Dia adalah Hud bin ‘Abdillah bin ‘Aush, salah satu anak Sam. Dia termasuk bagian dari kabilah ‘Ad. Mereka orang-orang Arab yang menempati al-Ahqaf, yaitu sebuah pegunungan pasir yang terletak di daerah Yaman antara Oman dan Hadramaut yang dekat ke laut asin.
Kabilah-kabilah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Jalijan yang tingginya sekitar 100 siku. Oleh karena itu, ketika berdiri dia bisa menutupi matahari dari bumi, dan ketika dia meletakkan lengannya di atas sebuah gunung, dia bisa menghancurkannya dari semua sisinya.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa tinggi dari postur laki-laki kaum ‘Ad adalah 100 siku dan yang paling pendeknya seukuran 60 siku. Mereka belum mencapai dewasa kecuali setelah berumur 100 tahun. Mereka bisa mencapai umur lebih dari 400 tahun, tidak pernah terlihat orang-orang kalangan mereka yang meninggal dan belum pernah ditemukan jenazah. Ukuran kepala mereka kira-kira sebesar kubah yang besar. Mereka adalah kaum yang kejam dan menyembah berhala.
Wahab bin Munabbih adalah salah seorang pemuka Tabi'in dan ahli dalam bidang sejarah. Ia diperkirakan berasal dari Arab Selatan dan berketurunan Persia dengan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kitab suci dan tradisi dari Yahudi dan Nasrani, sehingga memiliki banyak riwayat kisah Israiliyat.
Menurut dia, 60 orang laki-laki dari kaum Musa pernah berteduh di dalam tengkorak kepala seorang laki-laki dari kaum Amalaqah.
Zaid bin Aslam mengatakan, “Aku pernah melihat seekor serigala beserta anak-anaknya sedang berkumpul dalam kelopak mata seorang laki-laki dari kaum Amalaqah. Dan aku pernah menimbang satu gigi gerahamnya, ternyata beratnya mencapai 10 kati.”
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika kejahatan kaum itu kian memuncak, Allah mengutus Hud AS kepada mereka saat dia berumur 40 tahun. Jibril turun kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum ‘Ad. Berilah mereka peringatan dan beritahukanlah mereka bahwa Aku (Allah) telah memberi mereka tempo yang lama dan mereka telah Aku beri kekuatan yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelum mereka. Aku jadikan mereka para pembesar yang menguasai emas dan menjadikan mereka sebagai orang yang paling panjang umurnya. Datanglah kepada mereka dan serulah mereka untuk bertauhid agar mereka kembali dari menyembah berhala kepada menyembah Allah.”
Hud AS datang kepada mereka pada waktu hari raya mereka. Di sana, para pembesar sedang berkumpul dan Raja Jalijan duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas. Kepalanya memakai mahkota bertatahkan permata yang megah. Mereka tidak menyadari apapun kecuali suara Hud yang mengatakan, “Wahai orang-orang, beribadahlah kalian kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Kalian tidak memiliki tuhan kecuali Dia. Berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah ini adalah yang menyebabkan kaum Nuh, sebelum kalian, ditenggelamkan.”
Ketika Raja Jalijan melihatnya, dia berkata, “Celaka engkau wahai Hud. Apakah engkau menyangka, dengan kelompok kami, dan kukuhnya kekuatan kami ini, bisa mengalahkan kami dengan pernyataan-pernyataan tersebut? Tidak tahukah engkau bahwa setiap sehari semalam seribu anak kami terlahir?”
Tatkala Hud merasa bosan mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak mendengarkannya, dia memohon kepada Allah agar wanita-wanita mereka dimandulkan sehingga pada tahun itu tidak ada satupun wanita yang hamil. Mereka mengadukan hal tersebut kepada Raja Jalijan.
Mereka berkata, “Sesungguhnya Hud telah membuat istri-istri kami mandul. Kami khawatir apa yang dikatakannya itu memang benar.”
Kemudian Allah mewahyukan kepada Hud, “Kabarkanlah kepada kaummu agar mereka beriman kepada-Ku. Jika mereka tetap tidak beriman, maka akan Aku kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan.”
Ketika mereka mendengar kabar itu dari Hud, mereka melemparinya dengan batu. Hud tetap mengajak mereka selama 70 tahun dan di saat itu mereka terus-menerus melemparinya dengan batu.
Ketika Hud merasa putus asa dengan mereka, dia berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau tahu bahwa sesungguhnya aku telah menyampaikan risalah-Mu kepada kaum ‘Ad, tetapi mereka tetap dalam kekafiran mereka karena kesesatan mereka yang nyata.”
Selanjutnya, Allah menghentikan hujan dari mereka selama tujuh tahun. Setelah tanah mereka mengering, hewan-hewan ternak mereka binasa, sementara kebutuhan mereka kian meningkat sehingga mereka banyak yang mati hingga mencapai setengahnya. (Bersambung)
Buku “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas yang telah diterjemahkan oleh Abdul Halim, mengutip pendapat Ka’ab al-Ahbar mengatakan bahwa nabi yang diutus setelah Nuh AS adalah Nabi Hud AS.
Dia adalah Hud bin ‘Abdillah bin ‘Aush, salah satu anak Sam. Dia termasuk bagian dari kabilah ‘Ad. Mereka orang-orang Arab yang menempati al-Ahqaf, yaitu sebuah pegunungan pasir yang terletak di daerah Yaman antara Oman dan Hadramaut yang dekat ke laut asin.
Kabilah-kabilah ini dipimpin oleh seorang raja bernama Jalijan yang tingginya sekitar 100 siku. Oleh karena itu, ketika berdiri dia bisa menutupi matahari dari bumi, dan ketika dia meletakkan lengannya di atas sebuah gunung, dia bisa menghancurkannya dari semua sisinya.
Wahab bin Munabbih mengatakan bahwa tinggi dari postur laki-laki kaum ‘Ad adalah 100 siku dan yang paling pendeknya seukuran 60 siku. Mereka belum mencapai dewasa kecuali setelah berumur 100 tahun. Mereka bisa mencapai umur lebih dari 400 tahun, tidak pernah terlihat orang-orang kalangan mereka yang meninggal dan belum pernah ditemukan jenazah. Ukuran kepala mereka kira-kira sebesar kubah yang besar. Mereka adalah kaum yang kejam dan menyembah berhala.
Wahab bin Munabbih adalah salah seorang pemuka Tabi'in dan ahli dalam bidang sejarah. Ia diperkirakan berasal dari Arab Selatan dan berketurunan Persia dengan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kitab suci dan tradisi dari Yahudi dan Nasrani, sehingga memiliki banyak riwayat kisah Israiliyat.
Menurut dia, 60 orang laki-laki dari kaum Musa pernah berteduh di dalam tengkorak kepala seorang laki-laki dari kaum Amalaqah.
Zaid bin Aslam mengatakan, “Aku pernah melihat seekor serigala beserta anak-anaknya sedang berkumpul dalam kelopak mata seorang laki-laki dari kaum Amalaqah. Dan aku pernah menimbang satu gigi gerahamnya, ternyata beratnya mencapai 10 kati.”
Wahab bin Munabbih mengatakan, ketika kejahatan kaum itu kian memuncak, Allah mengutus Hud AS kepada mereka saat dia berumur 40 tahun. Jibril turun kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah telah mengutusmu kepada kaum ‘Ad. Berilah mereka peringatan dan beritahukanlah mereka bahwa Aku (Allah) telah memberi mereka tempo yang lama dan mereka telah Aku beri kekuatan yang belum pernah diberikan kepada siapapun sebelum mereka. Aku jadikan mereka para pembesar yang menguasai emas dan menjadikan mereka sebagai orang yang paling panjang umurnya. Datanglah kepada mereka dan serulah mereka untuk bertauhid agar mereka kembali dari menyembah berhala kepada menyembah Allah.”
Hud AS datang kepada mereka pada waktu hari raya mereka. Di sana, para pembesar sedang berkumpul dan Raja Jalijan duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas. Kepalanya memakai mahkota bertatahkan permata yang megah. Mereka tidak menyadari apapun kecuali suara Hud yang mengatakan, “Wahai orang-orang, beribadahlah kalian kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Kalian tidak memiliki tuhan kecuali Dia. Berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah ini adalah yang menyebabkan kaum Nuh, sebelum kalian, ditenggelamkan.”
Ketika Raja Jalijan melihatnya, dia berkata, “Celaka engkau wahai Hud. Apakah engkau menyangka, dengan kelompok kami, dan kukuhnya kekuatan kami ini, bisa mengalahkan kami dengan pernyataan-pernyataan tersebut? Tidak tahukah engkau bahwa setiap sehari semalam seribu anak kami terlahir?”
Tatkala Hud merasa bosan mengajak mereka untuk mengesakan Allah, tetapi mereka tidak mendengarkannya, dia memohon kepada Allah agar wanita-wanita mereka dimandulkan sehingga pada tahun itu tidak ada satupun wanita yang hamil. Mereka mengadukan hal tersebut kepada Raja Jalijan.
Mereka berkata, “Sesungguhnya Hud telah membuat istri-istri kami mandul. Kami khawatir apa yang dikatakannya itu memang benar.”
Kemudian Allah mewahyukan kepada Hud, “Kabarkanlah kepada kaummu agar mereka beriman kepada-Ku. Jika mereka tetap tidak beriman, maka akan Aku kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan.”
Ketika mereka mendengar kabar itu dari Hud, mereka melemparinya dengan batu. Hud tetap mengajak mereka selama 70 tahun dan di saat itu mereka terus-menerus melemparinya dengan batu.
Ketika Hud merasa putus asa dengan mereka, dia berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau tahu bahwa sesungguhnya aku telah menyampaikan risalah-Mu kepada kaum ‘Ad, tetapi mereka tetap dalam kekafiran mereka karena kesesatan mereka yang nyata.”
Selanjutnya, Allah menghentikan hujan dari mereka selama tujuh tahun. Setelah tanah mereka mengering, hewan-hewan ternak mereka binasa, sementara kebutuhan mereka kian meningkat sehingga mereka banyak yang mati hingga mencapai setengahnya. (Bersambung)
(mhy)