Haji Wada (2): Rasulullah SAW Sempat Marah Karena Perintahnya Tidak Diikuti

Minggu, 06 Juni 2021 - 14:30 WIB
loading...
Haji Wada (2): Rasulullah SAW Sempat Marah Karena Perintahnya Tidak Diikuti
Kabah tempo dulu/Foto/Ist
A A A
SEMENTARA Ali bin Abi Thalib sedang bersiap-siap kembali ke Makkah , Nabi pun sedang dalam persiapan pula hendak menunaikan ibadah haji, dan dimintanya orang juga bersiap-siap. Bulan berganti bulan dan bulan Zulkaedah pun sudah pula hampir lalu. Nabi belum lagi melakukan ibadah haji akbar meskipun sebelum itu sudah dua kali mengadakan 'umrah dengan melakukan ibadah haji ashghar.



Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul “Sejarah Hidup Muhammad” memaparkan dalam ibadah haji ada suatu manasik (upacara) yang dalam hal ini Rasulullah SAW adalah contoh bagi umat Islam. Begitu orang mengetahui benar Nabi telah menetapkan akan pergi haji dan mengajak mereka ikut serta, tersiarlah ajakan itu ke segenap penjuru semenanjung.

Beribu-ribu orang datang ke Madinah dari segenap penjuru: dari kota-kota dan dari pedalaman, dari gunung-gunung dan dari sahara, dari semua pelosok tanah Arab yang membentang luas, yang sekarang sudah bersinar dengan cahaya Tuhan dan cahaya Nabi yang mulia itu.

Di sekitar kota Madinah sudah pula dipasang kemah-kemah untuk seratus ribu orang atau lebih, yang datang memenuhi seruan Rasulullah SAW. Mereka datang sebagai saudara untuk saling kenal-mengenal, mereka dipertalikan semua oleh rasa kasih-sayang, oleh keikhlasan hati dan oleh ukhuah islamiah, yang dalam tahun-tahun sebelum itu mereka saling bermusuhan.

Haekal menggabarkan manusia yang berjumlah ribuan itu kini sedang melihat-lihat kota, masing-masing dengan bibir tersenyum, dengan wajah yang cerah dan berseri-seri. Berkumpulnya mereka itu menggambarkan adanya suatu kebenaran yang telah mendapat kemenangan, Nur Ilahi telah tersebar luas, yang membuat mereka semua teguh bersatu seperti sebuah bangunan yang kukuh.



Pada 25 Zulkaedah tahun kesepuluh Hijrah Nabi berangkat dengan membawa semua isterinya, masing-masing dalam hodahnya. Ia berangkat dengan diikuti jumlah manusia yang begitu melimpah -penulis-penulis sejarah ada yang menyebutkan 90.000 orang dan ada pula yang menyebutkan 114.000 orang. Mereka berangkat dibawa oleh iman, jantung mereka penuh kegembiraan, penuh keikhlasan, menuju ke Baitullah yang suci. Mereka hendak menunaikan kewajiban ibadah haji besar.

Bilamana mereka sampai di Dhu'l-Hulaifa, mereka berhenti dan tinggal selama satu malam di sana. Keesokan harinya, bila Nabi sudah mengenakan pakaian ihram kaum Muslimin yang lain juga memakai pakaian ihram. Mereka semua masing-masing mengenakan kain selubung bagian bawah dan atas. Mereka berjalan semua dengan pakaian yang sama, yaitu pakaian yang sangat sederhana. Dengan demikian mereka telah melaksanakan suatu persamaan dalam arti yang sangat jelas.

Dengan seluruh kalbu Nabi Muhammad SAW telah menghadapkan diri kepada Tuhan dengan mengucapkan talbiah yang diikuti pula oleh kaum Muslimin dari belakang: "Labbaika Allahumma labbaika, labbaika la syarika laka labbaika. Alhamdulillah wan-ni'matu wa'sy-syukru laka labbaika. Labbaika la syarika laka labbaika." ("Kupenuhi panggilanMu, ya Allah, kupenuhi panggilanMu. Kupenuhi panggilanMu. Tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilanMu. Puji, nikmat dan syukur kepunyaanMu. Kupenuhi panggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada bersekutu Engkau. Kupenuhi panggilanMu.")

Lembah-lembah dan padang sahara bersahut-sahutan menyambut seruan ini, semua turut berseru dengan penuh iman. Ribuan, ya puluhan ribu kafilah itu menyusuri jalan antara Madinat'r-Rasul dengan Kota Mesjid Suci. Ia berhenti pada setiap mesjid, menunaikan kewajiban sambil menyerukan talbiah, sebagai tanda taat dan syukur atas nikmat Allah. Dengan penuh kesabaran ia menantikan saat ibadah haji akbar itu tiba. Dengan hati rindu, dengan jantung berdetak penuh cinta akan Baitullah.



Padang-padang pasir seluruh jazirah, gunung-gunung, lembah-lembah dan padang tanaman yang segar menghijau, terkejut mendengarnya, dengan kumandangnya yang bersahut-sahutan; suatu hal yang belum pernah dikenal, sebelum Nabi yang ummi ini, Rasul dan Hamba Allah ini datang memberkahinya.

Tatkala rombongan itu sampai di Sarif - suatu tempat antara jalan Makkah dengan Madinah - Nabi Muhammad SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya:

"Barangsiapa di antara kamu tidak membawa binatang kurban dan ingin menjadikan (ihram) ini sebagai umrah, lakukanlah; tetapi yang membawa binatang kurban jangan."

Bilamana jamaah haji sudah sampai di Mekah pada hari keempat Zulhijjah, Nabi cepat-cepat menuju Ka'bah diikuti oleh kaum Muslimin yang lain. Kemudian ia menyentuh hajar aswad dan menciumnya, lalu bertawaf di Ka'bah sebanyak tujuh kali dan pada tiga kali yang pertama ia berlari-lari seperti yang dilakukan pada waktu 'umrat'l-qadza'.

Setelah melakukan salat di Maqam Ibrahim ia kembali dan sekali lagi mencium hajar aswad. Kemudian ia keluar dari mesjid itu menuju ke sebuah bukit di Shafa, lalu melakukan sa'i antara Shafa dan Marwa.

Selanjutnya Nabi Muhammad SAW berseru supaya barangsiapa tidak membawa ternak kurban untuk disembelih, jangan terus mengenakan pakaian ihram. Ada beberapa orang yang masih ragu-ragu. Atas sikap yang masih ragu-ragu ini Nabi marah sekali seraya katanya

"Apa yang kuperintahkan, lakukanlah."

Dalam keadaan masih gusar itu Nabi memasuki kubahnya, sehingga Aisyah bertanya:

"Kenapa jadi marah?"

"Bagaimana takkan marah, aku memerintahkan sesuatu tidak dijalankan."

Ketika ada salah seorang sahabat menemuinya ia masih dalam keadaan marah. "Rasulullah," katanya, "orang yang membuat tuan jadi marah akan masuk neraka."

Ketika itu Rasul menjawab: "Tidak kau ketahui, bahwa aku memerintahkan sesuatu kepada mereka tapi mereka masih ragu-ragu? Jika aku menghadapi tugasku, aku takkan pernah mundur! Aku tidak membawa ternak kurban itu kemari sebelum aku membelinya. Sesudah itu aku melepaskan ihram seperti mereka juga," demikian Muslim seperti dikutip Haekal melaporkan.

Setelah kaum Muslimin mengetahui, bahwa Rasulullah sampai marah, ribuan mereka segera melepaskan pakaian ihramnya dengan perasaan menyesal sekali. Juga isteri-isteri Nabi, Fatimah puterinya seperti yang lain juga melepaskan pakaian ihramnya. Yang masih mengenakan ihram hanya mereka yang membawa ternak
kurban.

Sementara kaum Muslimin sedang menunaikan ibadah haji, Ali pun kembali dari ekspedisinya ke Yaman. Ia sudah mengenakan pula pakaian ihram sebagai persiapan pergi haji setelah diketahuinya bahwa Rasulullah memimpin jamaah berhaji. Ketika ia menemui Fatimah dan dilihatnya sudah melepaskan kain ihram, hal itu ditanyakannya. Fatimah menerangkan bahwa Nabi memerintahkan mereka supaya melepaskan ihram itu waktu umrah.

Ia pun segera pergi menemui Nabi, hendak melaporkan hasil perjalanannya ke Yaman. Selesai laporan itu Nabi berkata: "Pergilah bertawaf di Ka'bah kemudian lepaskan ihrammu seperti teman-temanmu yang lain."

"Rasulullah"' kata Ali, "saya sudah mengucapkah ihlal seperti yang tuan ucapkan."

"Kembalilah dan lepaskan ihrammu seperti dilakukan teman-temanmu yang lain," kata Nabi lagi.

"Rasulullah," demikian Ali berkata, "ketika saya mengenakan ihram, saya sudah berkata begini: Allahumma Ya Allah, saya berihlal seperti yang dilakukan oleh NabiMu, HambaMu dan RasulMu Nabi Muhammad SAW."

Nabi bertanya, kalau-kalau dia sudah mempunyai binatang kurban. Setelah oleh Ali dijawab tidak, Nabi Muhammad SAW membagikan binatang kurban yang dibawanya itu kepada Ali. Dengan demikian Ali tetap mengenakan ihram dan melakukan manasik haji akbar sampai selesai. (Bersambung)

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1927 seconds (0.1#10.140)