Surat Al-Baqarah Ayat 102: Fitnah Sihir Nabi Sulaiman Itu Nyata

Selasa, 26 Oktober 2021 - 18:30 WIB
loading...
Surat Al-Baqarah Ayat 102: Fitnah Sihir Nabi Sulaiman Itu Nyata
Nabi Sulaiman membasmi buku-buku para peramal yang mengajarkan ilmu sihir pada masa kekuasaannya. (Ilustrasi : Ist)
A A A
Surah Al-Baqarah ayat 102 adalah salah satu surat yang menyinggung masalah sihir serta menegaskan bahwa sihir adalah nyata dan bukan fiksi.



Allah SWT berfirman:

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ


Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan Marut.

Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, 'Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir'.

Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya.

Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka.

Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.” ( QS Al-Baqarah : 102 )



Az-Zuhaili dalam Tafsir Munir menjelaskan ayat ini awal mulanya menceritakan bahwa sebagian pendeta-pendeta Yahudi meninggalkan Taurat, beralih mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Setan membuat pemalsuan dan kebohongan besar atas Nabi Sulaiman as.

Setan menuduh Nabi Sulaiman menghimpun kitab sihir, dan menyimpan di bawah tempat sholatnya. Padahal yang sebenarnya, setan sendiri yang menulis kitab sihir tersebut dengan mencatut nama Ashif Bin Barkhoya, sekertaris Nabi Sulaiman sebagai penulisnya.

Setan kemudian menyembunyikan buku tersebut di bawah tempat sholat Nabi Sulaiman tanpa disadari oleh sang nabi.

Setelah Nabi Sulaiman wafat setan mengeluarkan kitab tersebut kemudian menyiarkan kepada manusia: “Inilah ilmu Sulaiman, raja kalian semua”.

Fitnah dan celaan terhadap Nabi Sulaiman semakin meluas dan keadaan ini sampai diutusnya Nabi Muhammad SAW”.

Sedangkan Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa setan-setan sering naik ke langit, untuk mencuri pendengaran. Lalu mereka mencuri sebagian dari perkataan para malaikat tentang apa yang bakal terjadi di bumi menyangkut perkara kematian, atau hal yang gaib atau suatu kejadian.

Kemudian setan-setan itu menyampaikan hal tersebut kepada tukang-tukang tenung dan juru ramal. Selanjutnya juru ramal itu menceritakan kepada manusia hal tersebut, dan ternyata kejadiannya mereka jumpai seperti apa yang dikatakan oleh para tukang tenung itu.

Setelah para juru ramal percaya kepada setan-setan itu, maka setan-setan mulai berdusta kepada mereka dan memasukkan hal-hal yang lain ke dalam berita yang dibawanya. Mereka menambah tujuh puluh kalimat pada setiap kalimatnya.

Lalu orang-orang mencatat omongan itu ke dalam buku-buku hingga tersiarlah di kalangan Bani Israil bahwa jin mengetahui hal yang gaib.

Kemudian Nabi Sulaiman mengirimkan utusannya kepada semua orang untuk menyita buku-buku itu. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu dikuburnya di bawah kursi singgasananya. Tiada suatu setan pun yang berani mendekat ke kursi tersebut melainkan pasti terbakar.

Nabi Sulaiman berkata, "Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahwa setan-setan itu mengetahui hal yang gaib melainkan aku pasti menebas batang lehemya (sebagai hukumannya)."

Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi Sulaiman telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi sesudahnya, maka datanglah setan dalam bentuk seorang manusia.

Setan itu mendatangi segolongan kaum Bani Israil dan berkata kepada mereka, "Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk selama-lamanya?"

Mereka menjawab, "Tentu saja kami mau."

Setan berkata, "Galilah tanah di bawah kursi singgasananya."

Setan pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka, sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat tersebut.

Mereka berkata, "Mendekatlah kamu ke sini."

Setan menjawab, "Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku."

Mereka menggali tempat tersebut dan akhimya mereka menjumpai kitab-kitab itu. Ketika mereka mengeluarkannya, setan berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan mengatur manusia, setan-setan, dan burung-burung hanyalah melalui ilmu sihir ini."

Setelah itu setan tersebut terbang dan pergi. Sejak itu tersiarlah di kalangan manusia bahwa Sulaiman adalah ahli sihir, dan orang-orang Bani Israil mengambil kitab-kitab itu.



Sihir Itu Nyata
Mendasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 112 ini, Imam Syamsuddin Al-Qurtubi dalam kitabnya Al-Jami’ Li Ahkami Al-Qur’an mengatakan bahwa sihir itu nyata adanya, terutama pada bagian “mereka mengajarkan sihir kepada manusia”.

Menurut Al-Qurthubi, jika sihir tidak nyata, maka tidak bisa diajarkan dan Allah tidak mengabarkan “sesungguhnya mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. Ini, menunjukkan bahwa sihir itu nyata.

Al-Qurthubi lalu mengutip riwayat tentang sebab turunnya surat Al-Falaq, yakni disihirnya Nabi oleh Labid Bin al-Asom.

“Imam Bukhari, Muslim dan lainnya meriwayatkan hadits ini dari A’isyah Ra, berkata bahwa Nabi disihir oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq. Ia dikenal dengan Labid Bin al-Asom. Dan di dalam hadits dijelaskan bahwa saat Nabi terbebas dari sihir beliau berkata (إِنَّ اللَّهَ شَفَانِي) “sesungguhnya Allah telah menyembuhkanku”.

Adanya syifa/sembuh sebab hilangnya penyakit dan rasa sakit. Ini, menunjukkan bahwa sihir itu nyata. Maka dengan demikian nyatanya sihir telah ditetapkan oleh kabar dari Allah dan Rasulullah atas eksistensi dan kejadian nyatanya.”

Alasan lain bahwa sihir itu memang nyata adalah penyebutan Al-Qur'an tentang sihir pada kisah Firaun, وَجاؤُ بِسِحْرٍ عَظِيم (mereka mendatangkan sihir yang besar atau menakjubkan). Dengan demikian, Al-Qur'an tidak hanya sekali menyinggung dan menyebut secara jelas tentang sihir. Masih menurut Al-Qurthubi- hal ini semakin menguatkan bahwa sihir itu memang ada.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2608 seconds (0.1#10.140)