Kisah Nebukadnezar Jadikan Budak Puluhan Ribu Keturunan Nabi Ya'qub dan Nabi Sulaiman

Jum'at, 17 Desember 2021 - 20:15 WIB
loading...
A A A
"Lalu mereka merajalela di kampung-kampung! Diceritakan bahwa setelah pengepungan terhadap negeri mereka berlangsung dalam waktu yang lama, akhirnya Nebukhadnezar dan pasukannya berhasil menerobos masuk dan menempati negeri itu sesuai dengan keketapan Allah. Mereka berhasil memasuki semua pintu dan merobohkan semua rintangan. Kejadian tersebut merupakan ketetapan dari-Nya sebagaimana disebutkan di dalam firman-Nya: 'Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana." (QS Al-Isra': 5)

Selanjutnya, hukum yang berlaku di tengah-tengah kehidupan mereka adalah hukum jahiliyah, yaitu hukum yang diberlakukan dengan penuh kekejaman dan kezaliman dari penguasa yang sangat bengis dan zalim.

Sepertiga penduduk dibunuh dengan kejam sementara sepertiga penduduk ditawan sebagai budak.

Orang-orang tua, anak-anak, dan orang-orang yang lemah dibiarkan terlantar. Nebukhadnesar dan pasukannya menunggang kuda sambil menginjak-injak jasad penduduk yang telah dibunuh dengan penuh kekejaman.

Setelah itu, Baitul Maqdis dirobohkan. Anak-anak dan kaum wanita digiring ramai-ramai ke pasar-pasar, tanpa mengenal ampun dan belas kasihan, meskipun mereka sudah tampak kelelahan.

Pembunuhan secara sadis terjadi di mana-mana. Benteng-benteng dan masjid-masjid dirusak dan dirobohkan. Taurat dibakar.
Selanjutnya, Nebukhadnesar dan pasukannya kembali ke negerinya dengan membawa harta benda rampasan yang sangat banyak.



Dialog Nebukhadnezar dengan Armiya
Wahab bin Munabbih mengatakan setelah Nebukhadnezar melakukan aksi penyerangannya mereka berkata: “Kaum Bani Israil yang engkau serang itu memiliki seorang tokoh spiritual yang bernama Armiya."

"Ia telah memperingatkan kaumnya perihal dirimu yang melakukan penyerangan kepada mereka, melakukan pembunuhan massal, menghancurkan masjid-masjid dan tempat ibadah mereka, tetapi mereka mendustai dirinya, mengintimidasi, memukul, dan menjebloskannya ke dalam penjara."

Mendengar informasi itu, Nebukhadnesar segera memerintahkan agar Armiya dibebaskan dari penjara.

Setelah Armiya dikeluarkan dari penjara, Bukhtanashar bertanya: "Apakah engkau telah memperingatkan kaummu itu tentang bencana yang akan menimpa mereka?”

Armiya menjawab: "Ya”

Nebukhadnesar berkata: "Sungguh, aku mengetahui hal itu."

Armiya berkata: “Allah telah mengutus aku kepada mereka, tetapi mereka mendustai diriku."

Nebukhadnesar berkata: "Apakah mereka mendustaimu, memukulmu, dan menjebloskan dirimu ke penjara?"

Armiya menjawab: “Ya.

Nebukhadnesar berkata: “Seburuk-buruk kaum adalah kaum yang mendustai nabi mereka dan mendustai risalah Tuhan mereka. Maukah engkau ikut denganku? Aku akan memuliakan dirimu dan memenuhi segala keperluanmu. Atau, jika engkau lebih suka menetap di negerimu maka aku sungguh-sungguh akan menjamin keamanan dirimu."

Armiya berkata kepada Nebukhadnesar: "Sungguh, aku senantiasa berada dalam perlindungan Allah selama aku tidak menyimpang dari ajaran-Nya sesaat pun. Seandainya Bani Israil tidak menyimpang dari ajaran-Nya, niscaya mereka tidak takut kepadamu dan kepada yang lainnya. Engkau tidak dapat menguasai mereka."

Setelah mendengar jawaban Armiya itu, Bukhtanashar segera meninggalkan Armiya seorang diri di wilayah Iliya (Yerusalem)'.

Ibnu Katsir mengatakan konteks cerita ini adalah gharib (asing). Di dalamnya mengandung berbagai macam hikmah, pengajaran, dan nasihat yang sangat berharga.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1251 seconds (0.1#10.140)