Sering Tak Disadari, Begini Cara Malaikat Mengawasi Manusia
loading...
A
A
A
Setiap manusia tidak ada yang luput dari pengawasan Malaikat. Setiap gerak-gerik, perbuatan dan ucapan kita semua direkam oleh Malaikat penjaga yang ditugaskan oleh Allah 'Azza wa Jalla.
Di antara manusia mungkin banyak yang tak sadar kalau Malaikat selalu hadir mengawasinya. Para Malaikat ini tak pernah lalai menjalankan tugasnya. Bagaimana cara Malaikat mengawasi manusia?
Berikut firman Allah dalam Al-Qur'an:
Artinya: "Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu Malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, Malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya." (QS. Al-An'am Ayat 61)
Ayat ini menegaskan kekuasaan, pemeliharaan dan pengawasan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Dia tidak dapat dikuasai sedikit pun oleh makhluk termasuk sesembahan dan patung-patung yang disembah orang-orang musyrik.
Dalam mengawasi manusia, Allah mengirimkan Malaikat penjaga yang bertugas merekam tindak-tanduk mereka setiap waktu. Semuanya dicatat dan tidak satu pun yang tertinggal sebagaimana firman-Nya: "Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar." (QS at-Takwir: 10)
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang menjaganya secara bergiliran. Ada pula yang mencatat amalan manusia, yaitu Raqib dan Atid.
"Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah." (QS ar-Ra'd: 11)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat berganti-ganti menjagamu, yaitu Malaikat malam dan Malaikat siang. Mereka bertemu (berganti giliran) pada waktu sholat Subuh dan waktu Sholat Ashar. Kemudian Malaikat yang menjagamu di malam hari naik ke langit, maka Tuhan menanyakan kepada mereka (sedang Dia lebih tahu dari mereka). "Bagaimanakah kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku." Mereka menjawab, "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datangi mereka dalam keadan sholat pula." (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Sebenarnya Allah tidak memerlukan Malaikat pencatat untuk mencatat segala perbuatan manusia, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dengan adanya Malaikat pencatat yang mencatat seluruh perbuatan manusia, diharapkan manusia akan berhati-hati setiap melakukan pekerjaan, apakah pekerjaan itu diridai Allah atau tidak.
Demikianlah para Malaikat penjaga dan pencatat itu menjaga, mengawasi dan mencatat seluruh perbuatan manusia, sampai saat datangnya kematian kepadanya. Dengan datangnya Malaikat maut mencabut nyawa manusia, sampailah ajal manusia itu.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Malaikat maut ('Izrail) mempunyai pembantu-pembantu yang terdiri atas para Malaikat lainnya. Mereka mencabut roh dari jasad, lalu roh dicabut oleh Malaikat maut apabila telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan.
Dari ayat di atas dipetik hikmah hendaknya manusia menghambakan diri kepada Allah, karena segala ilmu, kekuasaan, kemampuan bergerak dan akal merupakan anugerah Allah kepada mereka. Allah sanggup menambah atau mencabut anugerah-Nya kapan Dia kehendaki. Ketika Allah mencabut semua anugerah-Nya itu, maka manusia tidak mempunyai arti sedikit pun.
Allahu A'lam
Di antara manusia mungkin banyak yang tak sadar kalau Malaikat selalu hadir mengawasinya. Para Malaikat ini tak pernah lalai menjalankan tugasnya. Bagaimana cara Malaikat mengawasi manusia?
Berikut firman Allah dalam Al-Qur'an:
وَهُوَ الۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهٖ وَيُرۡسِلُ عَلَيۡكُمۡ حَفَظَةً ؕ حَتّٰٓى اِذَا جَآءَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ تَوَفَّتۡهُ رُسُلُـنَا وَهُمۡ لَا يُفَرِّطُوۡنَ
Artinya: "Dan Dialah Penguasa mutlak atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu Malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara kamu, Malaikat-malaikat Kami mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan tugasnya." (QS. Al-An'am Ayat 61)
Ayat ini menegaskan kekuasaan, pemeliharaan dan pengawasan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Dia tidak dapat dikuasai sedikit pun oleh makhluk termasuk sesembahan dan patung-patung yang disembah orang-orang musyrik.
Dalam mengawasi manusia, Allah mengirimkan Malaikat penjaga yang bertugas merekam tindak-tanduk mereka setiap waktu. Semuanya dicatat dan tidak satu pun yang tertinggal sebagaimana firman-Nya: "Dan apabila lembaran-lembaran (catatan amal) telah dibuka lebar-lebar." (QS at-Takwir: 10)
Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang menjaganya secara bergiliran. Ada pula yang mencatat amalan manusia, yaitu Raqib dan Atid.
"Bagi manusia ada Malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah." (QS ar-Ra'd: 11)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Para Malaikat berganti-ganti menjagamu, yaitu Malaikat malam dan Malaikat siang. Mereka bertemu (berganti giliran) pada waktu sholat Subuh dan waktu Sholat Ashar. Kemudian Malaikat yang menjagamu di malam hari naik ke langit, maka Tuhan menanyakan kepada mereka (sedang Dia lebih tahu dari mereka). "Bagaimanakah kamu tinggalkan hamba-hamba-Ku." Mereka menjawab, "Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sholat dan kami datangi mereka dalam keadan sholat pula." (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Sebenarnya Allah tidak memerlukan Malaikat pencatat untuk mencatat segala perbuatan manusia, karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dengan adanya Malaikat pencatat yang mencatat seluruh perbuatan manusia, diharapkan manusia akan berhati-hati setiap melakukan pekerjaan, apakah pekerjaan itu diridai Allah atau tidak.
Demikianlah para Malaikat penjaga dan pencatat itu menjaga, mengawasi dan mencatat seluruh perbuatan manusia, sampai saat datangnya kematian kepadanya. Dengan datangnya Malaikat maut mencabut nyawa manusia, sampailah ajal manusia itu.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa Malaikat maut ('Izrail) mempunyai pembantu-pembantu yang terdiri atas para Malaikat lainnya. Mereka mencabut roh dari jasad, lalu roh dicabut oleh Malaikat maut apabila telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan.
Dari ayat di atas dipetik hikmah hendaknya manusia menghambakan diri kepada Allah, karena segala ilmu, kekuasaan, kemampuan bergerak dan akal merupakan anugerah Allah kepada mereka. Allah sanggup menambah atau mencabut anugerah-Nya kapan Dia kehendaki. Ketika Allah mencabut semua anugerah-Nya itu, maka manusia tidak mempunyai arti sedikit pun.
Allahu A'lam
(rhs)