Surat An-Najm Ayat 13-18: Ketika Rasulullah SAW di Sidratul Muntaha Bersama Jibril
loading...
A
A
A
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah SAW menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha yang ada di langit yang ketujuh. Dari situlah berhenti semua yang naik dari bumi, lalu diambil darinya; dan darinya pula berhenti segala sesuatu yang turun dari atasnya, lalu diambil darinya. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Bahwa yang meliputinya itu adalah kupu-kupu emas. Dan Rasulullah SAW diberi tiga perkara, yaitu sholat lima waktu, ayat-ayat yang terakhir dari surat Al-Baqarah, dan diberi ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, yang semuanya itu merupakan hal-hal yang pasti.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Abu Ja’far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Abu Hurairah atau lainnya —Abu Ja'far ragu—yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha, lalu dikatakan kepadanya, ''Inilah Sidrah," dan tiba-tiba Sidrah diliputi oleh cahaya Tuhan Yang Maha Pencipta, lalu diliputi pula oleh para malaikat yang pemandangannya seperti burung-burung gagak yang menghinggapi sebuah pohon. Maka Allah SWT berbicara kepadanya di tempat itu. Untuk itu Allah SWT berfirman, "Mintalah!"
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid terkait surat An-Najm: 16 ini bahwa dahan-dahan Sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka Muhammad SAW melihatnya dan melihat Tuhannya dengan mata hatinya.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa pernah ditanyakan, "Wahai Rasulullah, sesuatu apakah yang engkau lihat menutupi Sidrah itu?"
Nabi SAW menjawab: "Aku melihat kupu-kupu emas menutupi Sidratil Muntaha, dan aku melihat pada tiap-tiap daunnya terdapat malaikat yang berdiri seraya bertasbih menyucikan Allah SWT."
Firman Allah SWT:
Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS An-Najm: 17)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa pandangan mata Nabi SAW tidak ditolehkan ke arah kanan dan tidak pula ke arah kiri.
{وَمَا طَغَى}
dan tidak (pula) melampauinya (An-Najm: 17). Yakni melampaui dari apa yang diperintahkan kepadanya. Ini merupakan sifat yang agung yang menggambarkan keteguhan hati dan ketaatan, karena sesungguhnya Nabi SAW tidak berbuat melainkan berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya, tidak pula pernah meminta lebih dari apa yang diberikan kepadanya.
Firman Allah SWT:
Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. (QS An-Najm: 18)
Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut semakna dengan firman-Nya:
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ( QS Al-Isra : 1) yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Kami.
Berdasarkan kedua ayat ini sebagian ulama ahli sunnah wal jama'ah mengatakan bahwa penglihatan di malam itu tidak terjadi, karena Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. Ibnu Katsir mengatakan seandainya dia melihat Tuhannya, niscaya hal tersebut diberitakan dan orang-orang pun mengatakan hal yang sama.
Bahwa yang meliputinya itu adalah kupu-kupu emas. Dan Rasulullah SAW diberi tiga perkara, yaitu sholat lima waktu, ayat-ayat yang terakhir dari surat Al-Baqarah, dan diberi ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, yang semuanya itu merupakan hal-hal yang pasti.
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal). Abu Ja’far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Abu Hurairah atau lainnya —Abu Ja'far ragu—yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha, lalu dikatakan kepadanya, ''Inilah Sidrah," dan tiba-tiba Sidrah diliputi oleh cahaya Tuhan Yang Maha Pencipta, lalu diliputi pula oleh para malaikat yang pemandangannya seperti burung-burung gagak yang menghinggapi sebuah pohon. Maka Allah SWT berbicara kepadanya di tempat itu. Untuk itu Allah SWT berfirman, "Mintalah!"
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid terkait surat An-Najm: 16 ini bahwa dahan-dahan Sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka Muhammad SAW melihatnya dan melihat Tuhannya dengan mata hatinya.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa pernah ditanyakan, "Wahai Rasulullah, sesuatu apakah yang engkau lihat menutupi Sidrah itu?"
Nabi SAW menjawab: "Aku melihat kupu-kupu emas menutupi Sidratil Muntaha, dan aku melihat pada tiap-tiap daunnya terdapat malaikat yang berdiri seraya bertasbih menyucikan Allah SWT."
Firman Allah SWT:
مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى
Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (QS An-Najm: 17)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa pandangan mata Nabi SAW tidak ditolehkan ke arah kanan dan tidak pula ke arah kiri.
{وَمَا طَغَى}
dan tidak (pula) melampauinya (An-Najm: 17). Yakni melampaui dari apa yang diperintahkan kepadanya. Ini merupakan sifat yang agung yang menggambarkan keteguhan hati dan ketaatan, karena sesungguhnya Nabi SAW tidak berbuat melainkan berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya, tidak pula pernah meminta lebih dari apa yang diberikan kepadanya.
Firman Allah SWT:
لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. (QS An-Najm: 18)
Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut semakna dengan firman-Nya:
لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا
agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. ( QS Al-Isra : 1) yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Kami.
Berdasarkan kedua ayat ini sebagian ulama ahli sunnah wal jama'ah mengatakan bahwa penglihatan di malam itu tidak terjadi, karena Allah SWT menyebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. Ibnu Katsir mengatakan seandainya dia melihat Tuhannya, niscaya hal tersebut diberitakan dan orang-orang pun mengatakan hal yang sama.