Kisah Umar bin Khattab Emosional Ketika Mendengar Kabar Rasulullah SAW Wafat

Rabu, 18 Mei 2022 - 18:11 WIB
loading...
Kisah Umar bin Khattab Emosional Ketika Mendengar Kabar Rasulullah SAW Wafat
Umar menolak setiap usaha orang yang hendak meyakinkannya bahwa Rasulullah telah wafat. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Umar bin Khattab memang memiliki sifat yang keras. Tatkala mendengar kabar bahwa Rasulullah SAW wafat, Umar sempat bingung dan tidak percaya. “Ia menolak setiap usaha orang yang hendak meyakinkannya mengenai kenyataan pahit itu,” ujar Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Umar bin Khattab"

Umar berdiri di depan orang banyak sambil berkata:

"Ada orang dari kaum munafik yang mengira bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Tetapi, demi Allah sebenarnya dia tidak meninggal, melainkan ia pergi kepada Tuhan, seperti Musa bin Imran."

"Ia telah menghilang dari tengah-tengah masyarakatnya selama empat puluh hari, kemudian kembali lagi ke tengah mereka setelah dikatakan dia sudah mati. Sungguh, Rasulullah pasti akan kembali seperti Musa juga. Orang yang menduga bahwa dia telah meninggal, tangan dan kakinya harus dipotong!"



Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan sesudah melihat Rasulullah, Umar pun akhirnya yakin bahwa Rasulullah memang sudah tiada. Abu Bakar mendatangi orang-orang yang sedang berkerumun itu lalu katanya:

"Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barang siapa menyembah Allah, Allah hidup selamanya tak pernah mati."

Kemudian ia membacakan firman Allah:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

"Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur." ( QS Ali 'Imran : 144)

Setelah Abu Bakar As-Shiddiq membacakan ayat itu, Umar jatuh tersungkur ke tanah. Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi. Setelah ia yakin bahwa Rasulullah memang sudah wafat, seolah ia tak pernah mendengar ayat itu sebelumnya.

Berpikir Masa Depan
Tak lama setelah sadar, Umar kembali pula sebagai manusia politik. Kembali ia memikirkan masa depan kaum Muslimin sesudah peristiwa yang sungguh memilukan hati itu.

Ia mulai berpikir mengenai masa depan umat Islam sepeninggal Nabi. Situasi itu memang memerlukan pemikiran yang mendalam. Andaikata orang-orang Arab terus berselisih di antara sesama mereka, niscaya Islam akan menghadapi bahaya besar. Mereka yang tinggal jauh dari Mekkah dan Medinah, di pelbagai kawasan di Semenanjung itu tidak dapat menyembunyikan kejenuhan mereka terhadap kekuasaan Quraisy dan kekuasaan Madinah.



Menurut Haekal, hal inilah yang pertama kali dipikirkan Umar begitu ia yakin bahwa Rasulullah sudah wafat. Dan ini akan segera terlihat dengan jelas bahwa jika keadaan dibiarkan dan tidak ada orang yang dapat segera mengambil langkah dan mengatur strategi Muslimin yang tepat, kaum Muhajirin dan Anshar hampir saja terjerumus ke dalam perselisihan, dan di segenap penjuru negeri akan berkobar pemberontakan.

Oleh karena itu cepat-cepat ia menyeruak ke tengah-tengah jamaah Muslimin di Masjid membicarakan kematian Rasulullah. Ia terus menuju tempat Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan katanya: "Bentangkan tangan Anda akan saya baiat Anda. Andalah orang kepercayaan umat ini atas dasar ucapan Rasulullah."

Mendengar kata-kata Umar itu Abu Ubaidah terperangah. Ia sadar, mengenai umat Islam sekarang ini memang perlu ada keputusan cepat. Tetapi pendapat Umar tidak disetujuinya. Ditatapnya laki-laki itu seraya katanya: "Sejak Anda masuk Islam tak pernah Anda tergelincir. Anda akan memberikan sumpah setia kepada saya padahal masih ada Abu Bakar, 'salah seorang dari dua orang '."

Sementara kedua orang itu sedang berpikir mengenai persoalan genting ini, tiba-tiba datang berita bahwa Anshar sudah berkumpul di Saqifah Banu Sa'idah, dengan tujuan agar pimpinan Muslimin di tangan mereka. Saat itu juga Umar cepat-cepat mengutus orang kepada Abu Bakar di rumah Aisyah agar segera datang. Abu Bakar menjawab melalui utusan itu, bahwa dia sedang sibuk. Tetapi Umar menganggap keadaan Muslimin lebih penting untuk sekadar meninggalkan kesibukan itu sebentar kendati sedang mempersiapkan jenazah Rasulullah. Sekali lagi Umar mengutus orang kepada Abu Bakar dengan pesan: "Telah terjadi sesuatu yang sangat memerlukan kehadirannya."

Abu Bakar pun kemudian datang dan menanyakan: “Apa yang terjadi ia harus meninggalkan persiapan jenazah Rasulullah?”

"Anda tidak tahu," kata Umar, "bahwa pihak Anshar sudah berkumpul di Serambi Banu Sa'idah hendak menyerahkan pimpinan ke tangan Sa'd bin Ubadah. Ucapan yang paling baik ketika ada yang mengatakan: Dari kami seorang amir dan dari Quraisy seorang amir?"
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2186 seconds (0.1#10.140)