Menganggap Jadi Kadi sebagai Bala, Abu Nawas Berpura-pura Gila

Minggu, 26 April 2020 - 16:35 WIB
loading...
Menganggap Jadi Kadi sebagai Bala, Abu Nawas Berpura-pura Gila
Abu Nawas pura-pura menjadi gila hanya untuk menghindarkan diri agar tidak diangkat menjadi kadi. Ilustrasi/Ist
A A A
Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814) dikenal sebagai Abu-Nawas. Ia seorang pujangga Arab. Dilahirkan di kota Ahvaz, Persia. Darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak. Dia juga dianggap sebagai sufi. Cerita berikut dinukil dari Kisah Seribu Satu Malam.

Ayah Abu Nawas adalah Penghulu Kerajaan Baghdad bernama Maulana. Pada suatu hari sang ayah yang sudah tua itu sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.

Abu Nawas dipanggil ke istana. la diperintah Sultan (Raja) untuk mengubur jenazah bapaknya itu sebagaimana adat Syaikh Maulana. Apa yang dilakukan Abu Nawas hampir tiada bedanya dengan Kadi Maulana baik mengenai tatacara memandikan jenazah hingga mengafani, menyalati dan mendo'akannya. Itu sebabnya Sultan bermaksud mengangkat Abu Nawas menjadi Kadi atau penghulu menggantikan kedudukan ayahnya.

Namun, demi mendengar rencana sang Sultan. Tiba-tiba saja Abu Nawas yang cerdas itu tampak berubah menjadi gila.

Usai upacara pemakaman ayahnya. Abu Nawas mengambil sepotong batang pisang dan diperlakukannya seperti kuda. Ia menunggang kuda dari batang pisang itu sambil berlari-lari dari kuburan bapaknya menuju rumahnya. Orang yang melihat menjadi terheran-heran dibuatnya.

Pada hari yang lain ia mengajak anak-anak kecil dalam jumlah yang cukup banyak untuk pergi ke makam bapaknya. Dan di atas makam bapaknya itu ia mengajak anak-anak bermain rebana dan bersuka cita.

Kini semua orang semakin heran atas kelakuan Abu Nawas. Mereka menganggap Abu Nawas sudah menjadi gila karena ditinggal mati oleh bapaknya.

Pada suatu hari ada beberapa orang utusan dari Sultan Harun Al Rasyid datang menemui Abu Nawas. "Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana," kata wazir utusan Sultan.

"Buat apa sultan memanggilku? Aku tidak ada keperluan dengannya,” jawab Abu Nawas dengan entengnya seperti tanpa beban.

"Hai Abu Nawas kau tidak boleh berkata seperti itu kepada rajamu."

"Hai wazir, kau jangan banyak cakap. Cepat ambil ini kudaku ini dan mandikan di sungai supaya bersih dan segar," kata Abu Nawas sambil menyodorkan sebatang pohon pisang yang dijadikan kuda-kudaan.

Si wazir hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Abu Nawas. "Abu Nawas, kau mau apa tidak menghadap Sultan?" desak wazir

"Katakan kepada rajamu, aku sudah tahu maka aku tidak mau," jawab Abu Nawas.

"Apa maksudnya Abu Nawas?" tanya wazir penasaran.

"Sudah pergi sana, bilang saja begitu kepada rajamu." sergah Abu Nawas sembari menyaruk debu dan dilempar ke arah si wazir dan teman-temannya.

Si wazir segera menyingkir dari halaman rumah Abu Nawas. Mereka laporkan keadaan Abu Nawas yang seperti tak waras itu kepada Sultan Harun Al Rasyid.

Dengan geram Sultan berkata, "Kalian bodoh semua, hanya menghadapkan Abu Nawas kemari saja tak becus! Ayo pergi sana ke rumah Abu Nawas bawa dia kemari dengan suka rela ataupun terpaksa."

Si wazir segera mengajak beberapa prajurit istana. Dan dengan paksa Abu Nawas dihadirkan di hadapan raja.

Namun lagi-lagi di depan raja Abu Nawas berlagak pilon bahkan tingkahnya ugal-ugalan tak selayaknya berada di hadapan seorang raja.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1882 seconds (0.1#10.140)