Jusuf Kalla: Komunitas Masjid ASEAN Bisa Jadi Wadah Atasi Radikalisme

Rabu, 20 Juli 2022 - 16:21 WIB
loading...
Jusuf Kalla: Komunitas...
Ketua Umum DPP DMI Muhammad Jusuf Kalla mengajak seluruh umat Islam di kawasan ASEAN terus menjaga ukhuwah dan kebersamaan dalam konsep berbangsa dan bernegara melalui masjid. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DPP DMI) Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disapa JK, mengajak seluruh umat Islam di kawasan ASEAN, terus menjaga ukhuwah dan kebersamaan dalam konsep berbangsa dan bernegara melalui masjid.

Hal tersebut disampaikan JK dalam sambutan Konferensi Internasional Komunitas Masjid ASEAN Tahun 2022 di Gedung DMI, Jalan Matraman, Jakarta Timur, Rabu (20/7/2022). Kegiatan tersebut diikuti negara-negara di ASEAN yakni Indonesia dan Malaysia yang hadir secara Offline serta Fhilipina, Thailand, Brunei Darussalam, Myanmar, Timor Leste, Singapura, dan Kamboja yang hadir secara online.

Pada kesempatan tersebut, JK mengatakan, masjid memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun umat. Karena itu, pertemuan komunitas masjid ASEAN menjadi pintu untuk menjaga kebersamaan dan ukhuwah wasathiah antar umat Islam di negara-negara di kawasan Asia Tenggara.



"Penduduk Asean sekitar 660 juta jiwa. Islam itu hampir 200 juta dan penduduk muslim di ASEAN itu terbesar di Asia, ada 41%. Dengan jumlah tersebut itu penting untuk menjaga ukhuwah secara bersama-sama melalui masjid," kata JK.

Jumlah masjid di ASEAN diperkirakan mencapai 900.000, atau jika dipersentasekan secara rata-rata, maka setiap 300 orang itu bisa ditampung dalam satu masjid. "Jadi sangat besar populasinya," katanya.

Dengan kekuatan tersebut, masjid butuh penguatan secara longgar dan tidak terikat pada kepengurusan pusat, melainkan komunitas, yang penting mengedepankan kebersamaan untuk saling berukhuwah. JK berpendapat kebersamaan di masjid bisa menjadi jalan bagi umat Islam di ASEAN untuk mengatasi tuduhan adanya Islam radikal. "Melalui kekuatan masjid, kita bisa redam dan masyarakat bisa kita arahkan lebih moderat," ujar Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI ini.

Tak hanya itu, kekuatan umat Islam melalui masjid juga bisa menjadi jalan untuk membantu muslim minoritas di negara-negara lain. Bantuan bisa dilakukan dengan banyak cara guna menguatkan komunitas masjid dalam upaya membangun umat di kawasan ASEAN.

Baca juga: Muhammadiyah Dukung Timor Leste Masuk ASEAN Lebih Cepat

"Mungkin di Filipina butuh khatib yang baik, atau di Thailand, Kamboja. Maka mereka bisa belajar ke Indonesia dan Malaysia. Kita buatkan lembaga pendidikannya soal itu," katanya.

Bantuan juga bisa dalam bentuk pendidikan menjadi imam yang baik dan cara mengelola masjid dengan baik. "Nanti mereka kita undang untuk belajar. Bisa ke Indonesia atau Malaysia atau Brunai Darussalam, yang dikenal sebagai tiga negara dengan mayoritas Islam di ASEAN," imbuhnya.

"Itulah inti dari pertemuan ini kita lakukan, bagaimana agar komunitas masjid di ASEAN bisa memberikan dukungan secara positif bagi umat Islam di kawasan ASEAN itu sendiri. Ini juga untuk menjaga kebersamaan dalam membangun Islam yang wasathiyah," katanya.

Kegiatan yang digagas DMI mendapat apresiasi dari pemerintah Indonesia. Dirjen Binmas Islam Kemenag Kamaruddin Amin juga menyampaikan terima kasih kepada DMI atas penyelenggaran kegiatan tersebut. Bagi Kemenag, masjid merupakan alat instrumental dan fundemantal dalam membangun komunitas seperti yang dilakukan Rasulullah saat hijrah yang membangun masjid terlbih dahulu.

"Rasulullah membangun masjid sebagai bagian upaya membangun komunitas saat hijrah," kata Kamaruddin Amin.

Namun demikian, ia mengingatkan tantangan terbesar di era perkembangan teknologi saat ini, khususnya di kalangan masjid. Berdasarkan riset Kementerian Agama, masjid juga sangat berpotensi untuk dipenetrasi oleh paham-paham keagamaan yang tidak moderat, tidak wasathiah, dan paham ekstrem.

"Ini mengemuka dalam riset yang kami lakukan. Dan yang menjadi salah satu penyebab adalah rendahnya literasi dan pemahaman para takmir-takmir masjid," katanya.

Padahal, takmir memegang peran penting dalam sebuah masjid. Sebab takmir menjadi penentu dalam kegiatan-kegiatan keagamaan di setiap masjid, seperti khatib, penceramah pengajian dan kegiatan lainnya. "Takmir harus memiliki literasi yang baik, pemahaman yang tinggi karena sangat sentral dalam menjalankan fungsi agama, ekonomi, budaya dan lainnya yang bisa dikembangkan dari masjid," katanya.

Sebagai tindak lanjut tersebut, Kamaruddin Amin berharap agar takmir-takmir masjid bisa menjadi perhatian bagi masjid-masjid yang ada di Indonesia.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2308 seconds (0.1#10.140)