Prof Haedar: Islam Agama Pencerahan yang Terangi Jiwa, Hati, dan Pikiran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Islam merupakan agama yang menyeluruh karena dia merupakan wahyu akhir zaman. Islam punya dan memiliki kandungan dan prinsip-prinsip akidah, ibadah, akhlak juga muamalah duniawi bahkan lebih dari itu, Islam mengandung banyak khasanah ilmu pengetahuan dan panduan bagi kehidupan kita.
“Ketika kita tarik Islam sebagai agama pencerahan itu maknanya bahwa Islam merupakan din at-tanwir, agama yang menerangi jiwa, hati, pikiran, dan tindakan manusia sekaligus juga Islam yang memancarkan berbagai macam ajaran yang menerangi kehidupan semesta ini,” urai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, dalam Progam Kajian #RamadanDirumah yang membahas ‘Islam Agama Pencerahan’, belum lama ini. ( )
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah untuk akhir zaman termaktub di dalam Al-Qur’an dan dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa sallam (SAW) dalam bentuk sunnahnya yang mengandung ajaran perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-pertunjuk untuk kebahagiaan umat manusia.
Lalu bagaimana memahami Islam sebagai agama din at-tanwir sebagai agama yang mencerahkan? Haedar menjelaskan kata pencerahan atau tanwir itu tidak semata-mata istilah teknis tetapi juga mempunyai makna yang mendalam jika kita kaitkan ke dalam Islam.
Kata ‘nur’ itu ada 43 kata di dalam Al-Qur’an. Yang pertama an-nur kita pahami sebagai cahaya atau materi cahaya, di dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5. “Bahwa Allah yang menjadikan matahari itu bersinar dan bulan itu bercahaya”.
Dari ciptaan Allah yang bernama cahaya itu kemudian lahir ilmu dan ilmu ini menerangi kehidupan. Cahaya sebagai materi dan disebutkan di Al-Qur’an bahwa matahari itu Dia akan bersinar kemudian bulan berbeda istilahnya sebagai nuuro, menurut Tarjih matahari mengeluarkan cahayanya sementara bulan memantulkan cahaya itu.
“Nah, Islam sebagai agama pencerahan juga mengandung dimensi yang bersifat keilmuan. Islam sebagai ilmu menjadi bagian din at-tanwir. Islam sebagai dinul ‘ilmi itu karena bahwa apa yang disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 174”, kata Haedar.
Di situ disebutkan nuram mubina, agama yang melahirkan memberi khasanah pada ilmu dan mencerahkan. Kalau sering disebut Islam itu sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yaitu mozaik ilmu yang membawa pada kekuatan bahwa ilmu itu menerangi kehidupan dengan ilmu kita bisa memahami segala sesuatu dengan ilmu bisa menjelaskan segala hal.
“Maka Al-Qur’an sering disebut dengan Al-Furqon juga Fidyanalikuli Syaik’ sebagai agama pembeda dan menjelaskan segala sesuatu,” jelas Haedar.
Islam sebagai ilmu, kata Haedar, memberi ilmu sekaligus petunjuk ketika kita menghadapi Pandemi Covid-19 sekarang ini. Khazanah hadis memberi wawasan keilmuan tentang ilmu karantina bahwa kalau ada wabah di suatu tempat Nabi mengajarkan kita jangan masuk kesitu dan yang ada ke situ jangan keluar supaya tidak menularkan.
“Dari dua hal itu Islam memberi makna pencerahan cahaya kehidupan yang disimbolkan matahari. Maka dari dua dimensi ini kita sampai pada kesimpulan yang kuat Islam adalah din at-tanwir, agama pencerahan,” pungkasnya.
“Ketika kita tarik Islam sebagai agama pencerahan itu maknanya bahwa Islam merupakan din at-tanwir, agama yang menerangi jiwa, hati, pikiran, dan tindakan manusia sekaligus juga Islam yang memancarkan berbagai macam ajaran yang menerangi kehidupan semesta ini,” urai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, dalam Progam Kajian #RamadanDirumah yang membahas ‘Islam Agama Pencerahan’, belum lama ini. ( )
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah untuk akhir zaman termaktub di dalam Al-Qur’an dan dibawa oleh Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa sallam (SAW) dalam bentuk sunnahnya yang mengandung ajaran perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-pertunjuk untuk kebahagiaan umat manusia.
Lalu bagaimana memahami Islam sebagai agama din at-tanwir sebagai agama yang mencerahkan? Haedar menjelaskan kata pencerahan atau tanwir itu tidak semata-mata istilah teknis tetapi juga mempunyai makna yang mendalam jika kita kaitkan ke dalam Islam.
Kata ‘nur’ itu ada 43 kata di dalam Al-Qur’an. Yang pertama an-nur kita pahami sebagai cahaya atau materi cahaya, di dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 5. “Bahwa Allah yang menjadikan matahari itu bersinar dan bulan itu bercahaya”.
Dari ciptaan Allah yang bernama cahaya itu kemudian lahir ilmu dan ilmu ini menerangi kehidupan. Cahaya sebagai materi dan disebutkan di Al-Qur’an bahwa matahari itu Dia akan bersinar kemudian bulan berbeda istilahnya sebagai nuuro, menurut Tarjih matahari mengeluarkan cahayanya sementara bulan memantulkan cahaya itu.
“Nah, Islam sebagai agama pencerahan juga mengandung dimensi yang bersifat keilmuan. Islam sebagai ilmu menjadi bagian din at-tanwir. Islam sebagai dinul ‘ilmi itu karena bahwa apa yang disebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 174”, kata Haedar.
Di situ disebutkan nuram mubina, agama yang melahirkan memberi khasanah pada ilmu dan mencerahkan. Kalau sering disebut Islam itu sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yaitu mozaik ilmu yang membawa pada kekuatan bahwa ilmu itu menerangi kehidupan dengan ilmu kita bisa memahami segala sesuatu dengan ilmu bisa menjelaskan segala hal.
“Maka Al-Qur’an sering disebut dengan Al-Furqon juga Fidyanalikuli Syaik’ sebagai agama pembeda dan menjelaskan segala sesuatu,” jelas Haedar.
Islam sebagai ilmu, kata Haedar, memberi ilmu sekaligus petunjuk ketika kita menghadapi Pandemi Covid-19 sekarang ini. Khazanah hadis memberi wawasan keilmuan tentang ilmu karantina bahwa kalau ada wabah di suatu tempat Nabi mengajarkan kita jangan masuk kesitu dan yang ada ke situ jangan keluar supaya tidak menularkan.
“Dari dua hal itu Islam memberi makna pencerahan cahaya kehidupan yang disimbolkan matahari. Maka dari dua dimensi ini kita sampai pada kesimpulan yang kuat Islam adalah din at-tanwir, agama pencerahan,” pungkasnya.
(mhy)