Kisah Aminah Memberi Nama Bayinya Muhammad

Kamis, 29 September 2022 - 15:01 WIB
loading...
Kisah Aminah Memberi Nama Bayinya Muhammad
Malaikat mendatangi Aminah dan Abdul Muthalib agar memberi nama bayi yang akan lahir tersebut dengan nama Muhammad. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Aminah dan Abdul Muthalib sangat bahagia menyambut lahirnya bayi yang suci. Bayi itu diberi nama Muhammad . “Aku memberinya nama Muhammad, sebagaimana yang diperintahkan oleh pembawa suara misterius itu,” ujar Aminah kepada mertuanya, Abdul Muthalib.

Fuad Abdurahman dalam bukunya berjudul "Jalan Damai Rasulullah: Risalah Rahmat bagi Semua" menyebut saat hamil tua, ketika purnama memancarkan sinarnya dengan terang, Aminah mendengar suara berkata, “Tidak lama lagi kamu akan melahirkan tokoh umat ini. Kalau dia lahir, berdoalah memohon perlindungan untuknya kepada Yang Maha Esa dari semua yang iri hati. Namailah dia Muhammad.” Dan Aminah memberi nama sesuai dengan petunjuk suatu misterius itu.



Pada Senin menjelang fajar, Aminah dengan didampingi pembantunya, Barakah Ummu Aiman, mulai merasakan tanda-tanda akan melahirkan.

Malam itu, 12 Rabiul Awal atau bertepatan dengan 29 Agustus 571 M, purnama hampir sempurna. Ia memancarkan cahaya begitu terang dan bersih, memendarkan cahaya terindahnya bagi penduduk Mekkah. Cuaca terasa sejuk malam itu. Itulah malam ke-50 dari kehancuran pasukan Abrahah.

Ummu Aiman memanggil bidan bernama asy-Syifa binti Auf untuk menemani Aminah ketika melahirkan bayinya. Beberapa saat kemudian, lahirlah putra Aminah. Wajah bayi itu memancarkan cahaya dan menyinari segala sesuatu di sekitarnya. Bayi itu diterima oleh asy-Syifa dengan bahagia, kemudian ia serahkan kepada Aminah. Dan, Aminah tentu lebih bahagia lagi menerimanya.

Aminah segera memerintahkan Ummu Aiman untuk mengabari Abdul Muthalib, mertuanya, tentang kelahiran bayinya. Abdul Muthalib yang menerima berita kelahiran bayi Aminah dari Ummu Aiman, segera bangkit meninggalkan Kakbah menuju rumah Aminah.

Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira sekali hatinya karena ternyata pengganti anaknya sudah ada.

Ia segera mengambil bayi suci itu dengan kehangatan seorang ayah dan kakek. Tentu saja, ia merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena anugerah yang Allah berikan kepadanya. Bayangan sang anak, Abdullah, datang kembali kepadanya memenuhi pikirannya.



Aminah berkata kepada Abdul Muthalib, “Aku memberinya nama Muhammad, sebagaimana yang diperintahkan oleh pembawa suara misterius itu.”

Abdul Muthalib berkata, “Segala puji hanya milik Allah.”

“Pembawa suara misterius itu mengabarkan bahwa bayi ini akan menjadi pemimpin umat ini,” lanjut Aminah.

Namun riwayat lain menyebut, nama Muhammad diberikan oleh Abdul Muthalib. Abdul Muthalib membenarkan apa yang dikatakan oleh Aminah, bahwa cucunya ini akan menjadi pemimpin kaumnya karena semua bukti memperkuat hal tersebur. Kemudian, ia menggendong cucu kesayangannya itu untuk tawaf di sekitar Kakbah seraya mendendangkan syair:

"Segala puji bagi Allah yang telah memberi bayi ini kepadaku.
Bayi yang tampan dan lembut.
Dalam buaian ia telah memimpin bayi-bayi.
Aku melindunginya dengan rumah yang memiliki penyangga-penyangga (Kakbah).
Aku melindunginya dari semua orang yang punya niat buruk.
Dari semua orang yang dengki dan merasa terganggu.”

Usai melaksanakan tawaf, Abdul Muthalib kembali ke rumah Aminah sambil membawa sang cucu. Di tengah perjalanan, ia melihat sekelompok orang yang sedang mengerumuni seorang kakek Yahudi.

Si kakek itu berkara kepada mereka, “Wahai orang-orang Quraisy, demi kebenaran Taurat, tadi malam telah lahir seorang bayi yang merupakan nabi umat ini.”

Orang-orang terkejut mendengar ucapannya, tetapi tidak mengerti sepenuhnya apa maksud ucapan tersebut. Abdul Muthalib juga mendengar ucapan si kakek Yahudi itu. Ya, bayi yang digendong Abdul Muthalib itulah yang akan menjadi nabi umat ini.

Pada hari ketujuh kelahiran Muhammad, Abdul-Muthalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy.



Tidak Lazim
Syekh Syafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam bukunya berjudul "Ar Rahiq al-Makhtum" menyebut, nama Muhammad tak terlu lazim digunakan oleh bangsa Arab kala itu.

Dalam ar-Rad al-Unuf wa Ma’ahu as-Sirah Nabawiyyah li ibni Hisyam karya Imam Abu Qasim al-Suhaili diinformasikan bahwa orang-orang Mekkah mempertanyakan pada Abdul Muthalib tentang nama yang diberikan pada cucunya itu.

Sebab tak ada satu orang pun dalam garis keturunan Abdul Muthalib yang menggunakan nama Muhammad. Abdul Muthalib pun menjawab diberikannya nama Muhammad karena dia berharap kelak seluruh penduduk bumi memujinya.

Memang jika dicermati, nama Muhammad merupakan maf’ul yang memiliki arti orang yang terpuji. Sementara kata Ahmad sendiri merupakan fiil yang berarti saya memuji.

Menurut Imam Syamsuddin as-Safari, keistimewaan nama Muhammad juga terletak pada susunan hurufnya. Di mana susunan namanya terdiri dari empat huruf sesuai dengang lafdzul jalalah. Selain itu banyak juga ulama yang menjelaskan tentang keutamaan-keutaman tiap susunan huruf dalam nama Muhammad.

Terkait pemberian nama Muhammad dari Abdul Muthalib dan Aminah, ada penjelasan bahwa nama Muhammad tak begitu saja terucap dari lisan Abdul Muthalib. Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyyah menjelaskan terdapat sebuah riwayat tentang malaikat yang mendatangi Siti Aminah. Malaikat memberitahu Siti Aminah bahwa dirinya sedang mengandung seorang pemimpin umat.



Malaikat pun menyuruh Aminah agar ketika bayi itu lahir untuk berdoa memohon agar bayi itu dilindungi Allah dari tiap kejahatan dan orang-orang yang hasud. Malaikat pun menyuruh Aminah untuk menamai bayi itu dengan nama Muhammad.

Sementara Imam Abu Qasim al-Suhaili atau Imam Suhaili menjelaskan bahwa kakek Rasulullah juga memperoleh nama Muhammad berdasarkan mimpi yang dialaminya. Dalam mimpinya itu, Abdul Muthalib melihat rantai dari emas keluar dari punggungnya. Ujung rantai menyebar ke langit, bumi, timur dan barat.

Rangkai rantai itu menjadi pohon yang setiap daunnya mengeluarkan cahaya, dan penduduk bumi di barat dan timur semuanya tergantung kepadanya. Dari mimpi itulah ditafsirkan dengan dilahirkannya seorang anak dari tulang punggungnya yang akan diikuti manusia dari timur dan barat. Penduduk langit dan bumi akan memujinya. Karena itulah Abdul Muthalib menamainya Muhammad.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2016 seconds (0.1#10.140)