Menelisik Kiasan dalam Surat Al-A’raf Ayat 40 hingga Unta Masuk ke Lubang Jarum

Rabu, 19 Oktober 2022 - 11:11 WIB
loading...
Menelisik Kiasan dalam Surat Al-A’raf Ayat 40 hingga Unta Masuk ke Lubang Jarum
Kalangan mufassir menerjemahkan hatta yaliju al-jamalu fi sammi al-khiyath adalah ungkapan kiasan: sebagai sesuatu yang mustahil. Foto/Ilusrasi: Dok SINDOnews
A A A
Di dalam Al-Qur'an surat Al-A’raf ayat 40 Allah SWT menyampaikan ungkapan “hingga unta masuk ke lubang jarum”; hatta yaliju al-jamalu fi sammi al-khiyath. Kalangan mufassir menerjemahkan ungkapan itu sebagai sesuatu yang mustahil. Unta yang besar memasuki lubang jarum yang amat kecil, tentu sesuatu yang mustahil.

Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَٱسْتَكْبَرُوا۟ عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَٰبُ ٱلسَّمَآءِ وَلَا يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ ٱلْجَمَلُ فِى سَمِّ ٱلْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُجْرِمِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. [ QS Al A’raf : 40]



Tafsir Al-Muyassar, Tafsir Al-Mukhtashar, dan Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah menerjemahkan kecuali apabila unta sudah bisa memasuki lubang jarum adalah "satu hal yang mustahil terjadi."

Sedangkan Syaikh Dr Muhammad Sulaiman Al Asyqar dalam tafsir "Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir" menafsirkan Allah menyebutkan kalimat ‘lubang jarum’ karena ia sangat sempit. "Adapun makna (الجمل) yakni unta jantan, dan pendapat lain mengatakan yakni tali tebal yang terbuat dari kulit pohon," ujarnya.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di dalam Tafsir as-Sa'di menjelaskan firman-Nya tentang penduduk neraka ”dan tidak pula mereka masuk surga , hingga unta masuk” yaitu unta yang sudah dikenal ”ke lubang jarum” yakni sehingga unta yang merupakan binatang bertubuh besar masuk ke lubang jarum yang merupakan lubang tersempit.

"Ini merupakan ungkapan mengingatkan sesuatu dengan sesuatu yang mustahil, yakni sebagaimana unta mustahil dapat masuk ke dalam lubang jarum, maka orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah juga mustahil masuk surga," ujarnya.

At-Thabari menafsirkan hal yang tak jauh berbeda. Allah tidak akan membukakan pintu-pintu langit dan surga bagi mereka yang tidak saja mendustakan, menyombongkan diri, dan mereka yang tidak beriman. Sebab yang demikian itu adalah kemustahilan. Dalam Tafsir Al-Jalalayn dikatakan ungkapan itu adalah kiasan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

Ungkapan ini juga muncul di dalam sebuah hadis shahih diriwayatkan Imam Muslim. Sahabat ‘Ammar bin Yasir berkata:

Saya diberitahu oleh Hudzaifah dari Nabi SAW, [Hudzaifah] berkata – bersabda Nabi SAW: ‘Di kalangan sahabatku ada dua belas orang munafik. Di antara mereka ada delapan orang yang tidak akan masuk surga (hingga ada seekor unta yang dapat masuk ke dalam lubang jarum). Delapan orang di antara mereka pasti akan tertimpa Dubailah, sedangkan yang empat lagi aku tidak hafal apa yang dikatakan Syu’bah tentang mereka."



Ungkapan Semisal
Ungkapan semisal dapat kita temukan dalam Alkitab Nasrani, yakni di dalam Injil sinoptik. Maksud dari sinoptik adalah tiga dari Injil yang empat; Lukas, Matius, dan Markus, tanpa Injil Yohanes. Sebagaimana diketahui, empat Injil itu termasuk ke dalam Perjanjian Baru.

Ungkapan itu muncul di antaranya di dalam Markus 10:25: Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Kemudian dalam Matius 19:24: Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Juga dalam Lukas 18:25: Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Dalam Injil sinoptik yang disusun pada abad 1 M itu, sebagaimana ungkapan di dalam surah Al-A’raf ayat 40, ungkapan hingga unta masuk lubang jarum juga mengisyaratkan kemustahilan.

Bedanya, surah Al-A’raf ayat 40 menyebutkan akan kemustahilan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, menyombongkan diri, dan tidak beriman untuk memasuki pintu-pintu langit, yaitu surga. Adapun di dalam Injil sinoptik, ungkapan itu mengisyaratkan pentingnya hidup “zuhud”. Sebab, mustahil orang yang melimpah ruah hartanya untuk masuk ke Kerajaan Allah.



Ternyata ungkapan semisal juga dapat kita temui dalam tradisi Yudaisme. Hanya saja ia tidak terdapat dalam 39 kitab kanon yang disebut dengan Perjanjian Lama. Ia “hanya” muncul dalam Talmud.

Dalam Talmud Berakhot 55b:21 misalnya, disebutkan bahwa seseorang bernama Abba ben Joseph bar Ḥama (280 – 352 M) yang lahir di kota ibukota Persia, Ctesiphon, mengatakan bahwa ketika orang tertidur, mimpi yang ia lihat hanyalah lintasan pikiran yang memasuki tidurnya orang tersebut. Ia berkata: karena seseorang tidak diperlihatkan pohon palem terbuat dari emas atau seekor gajah masuk melalui lubang jarum di dalam mimpi.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2562 seconds (0.1#10.140)